Mohon tunggu...
Ahmad Aqillah Alfirros
Ahmad Aqillah Alfirros Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

Saya suka menonton sepak bola

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Melestarikan Budaya yang Hampir Hilang Lewat Bazar

30 Agustus 2024   00:00 Diperbarui: 30 Agustus 2024   00:02 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Kelas 12 bahasa mendorong untuk melestarikan budaya tradisional Indonesia yang hampir hilang karena tergerus oleh zaman. Untuk itu ada upaya upaya yang harus dilakukan supaya budaya kita tidak hilang begitu saja. Salah satu upaya yang dilakukan oleh anak anak kelas 12 bahasa adalah dengan menyelenggarakan "Bazar kearifan budaya lokal".

Kegiatan Bazar ini di laksanakan oleh seluruh siswa siswi kelas 12 bahasa, yang bertempat di ruang kelas 12 bahasa pada tanggal 15 agustus 2024. Antusiasme para siswa siswi dalam melaksanakan kegitan ini sangat totalitas sekali, mereka semua mempersiapkan stand stand Bazar bahkan seminggu sebelum pelaksanaan kegiatan.

Penyelenggaraan Bazar di mulai dari pembentukan kelompok, kelompok di bentuk berdasarkan perhitungan urut per bangku. 34 jumlah siswa siswi di kelas terbagi menjadi 6 kelompok, masing masing kelompok beranggotakan 6-5 anak. Setiap kelompok memilih satu budaya di daerahnya yang sudah hampir tiada, hal ini bertujuan untuk melestarikan tradisi itu supaya tidak sampai hilang.

Setelah mereka mendiskusikan tentang budaya yang sudah hampir tiada, akhirnya satu persatu menentukan Budaya yang di usung dalam stand nya masing masing. Di mulai dari kelompok 1, yaitu "Sedekah Rami", kelompok 2 yakni "Ludruk Culinery Delight", Kelompok 3 "Mbasuh Manten", kelompok 4 "Yasinan / Rakshakah", kelompok 5 "Wayang Kulit", dan yang terakhir kelompok 6, yaitu "Wiwitan".

Yang pertama ada "Sedekah Rami", di stand ini terdapat berbagai macam ornamen khas saat tradisi ini dilakukan, seperti tumpeng yang terdiri dari sayur dan buah hasil panen. Ini merupakan ciri khas dari tradisi ini, tapi tidak hanya itu saja, di stand mereka juga berjualan jajanan yang lain dan ada juga game yang berhadiah sayur.

Selanjutnya ada " Ludruk Culinery Delight", stand ini juga tak kalah meriahnya dengan stand "Sedekah Rami", berbagai macam ornamen khas ludruk terpampang di sana, seperti makanan ataupun yang lain. Di stand ini juga tersedia jamu gratis bagi pengunjung yang datang, tak hanya itu mereka juga menjual jajanan khas yang biasa di sajikan saat pertunjukan ludruk, dan ada game yang seru juga.

Bergeser ke sampingnya, ada stand "Mbasuh Manten", stand ini hanya berhiaskan kain jarik dan juga hiasan yang lain. Meskipun begitu, stand ini juga ramai pengunjung karena game nya yang seru, di sini terdapat banyak game yang seru seperti menyusun aksara jawa dan game lainnya.

Selanjutnya juga ada stand yang islami, yaitu stand "Rakshakah", mengapa saya menyebutnya dengan stand islami, tak lain dan tak bukan karena di stand ini game nya sangat bisa menambah wawasan keagamaan kita. Memang game nya tebak tebakan, tapi di sini tebak tebakan tentang ayat Al-Qur'an.

Tak kalah dengan yang lain, selanjutnya ada stand "Wayang Kulit", di sini terdapat berbagai macam karakter wayang kulit. Tak hanya itu saja, stand juga di hias bak pertunjukan wayang kulit, berbagai macam ornamen juga di tampilkan. Tebak tebakan tentang wayang kulit menjadi game yang utama di stand ini.

Yang terakhir ada stand "Wiwitan", meskipun di urutan terakhir stand ini juga tak kalah meriah dari stand yang lain. Di stand ini menyediakan Tetel untuk di makan oleh pengunjung yang datang, sama hal nya dengan jamu yang ada di stand "Ludruk Culinery Delight".  Tetel adalah makanan khas dari tradisi ini. Mereka juga mengadakan berbagai game seru seperti mencari perbedaan dalam gambar dan lain sebagainya.

Dari kegiatan ini, secara tidak langsung anak anak kelas 12 bahasa melestarikan budaya yang hampir hilang, dan juga memperkenalkan budaya kepada teman teman yang lain.

Pada saat kegiatan ini berlangsung, juga berbarengan dengan adanya tamu dari jepang yang berkunjung ke MAN 1 Lamongan. Jadi kami semua, yang terlibat dalam Bazar ini juga secara tidak langsung memperkenalkan budaya lokal kita kepada orang jepang yang berkunjung ke MAN 1 Lamongan.

Sekian dari saya Ahmad Aqillah Alfirros selaku pembuat artikel. Bila ada salah kata, mohon maaf yang sebesar besarnya. Saya juga berterima kasih kepada Bu Anis Ceha selaku pembimbing.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun