"Engga papa bu, ibu gak usah khawatir kok. Cuma kaki kiri aja sama kepala benjol sedikit" sambil kutunjukkan bagian mana saja yang sakit. Raut wajah cemas masih belum hilang dari wajah ibu walau aku sudah bilang untuk tidak khawatir.
"Ibu juga tidak usah khawatir soal biaya perawatanku disini bu. Tadi ayah dari si penabrak sudah bilang bahwa beliaulah yang akan menanggung biaya perawatannya." Ucapku
"Alhamdulillah deh kalo gitu." Jawab ibu. Raut cemasnya pun mulai hilang. Lalu, Ibuku pun keluar menc ari dokter untuk menanyakan di kamar mana aku akan dirawat. Lima belas menit berlalu, ibuku kembali. Namun ibu gak sendiri, sudah ada perawat yang membersamainya. Aku pun akhirnya dibawa ke ruang rawat inap. Sepanjang perjalanan tidak terlihat begitu banyak orang. Aku pun masuk ke salah satu kamar rawat inap. Jaraknya memang lumayan jauh sih dari Instalasi gawat darurat, tapi fasilitas di dalam kamar ini lumayan lengkap huehe.
Aku kemudian pindah ke kasur kamar, mba perawat pun memberi tahu apa yang harus dilakukan jika ada sesuatu yang tidak mengenakkan, dimana kamar mandinya, dan sebagainya. Lima menit berselang ia sudah keluar dari kamarku.
Ibu kemudian menyetel TV, seperti biasa ibu mencari channel TV pengajian. Oh iya aku baru sadar kalau ini rumah sakit Islam.
"Lha kamu besok ujiannya gimana?" tanya ibuku.
"Paling besok ada guru yang nganterin soalnya kesini. Temen-temen kayaknya juga udah pada tau soal kejadian ini hehe. Ibu santai aja, aku bakal dapetin nilai terbaik di Ujian Sekolah nanti!"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H