"Apakah kamu pernah merasakan suatu titik di dalam kehidupanmu, dimana kamu merasa tak berguna, tak bisa membagakan siapaun, bahkan diri sendiri, padahal sudah mencoba banyak cara. Bukannya tidak bersyukur, tapi merasa bahwa kita sebenarnya sudah diberi banyak kecukupan dan banyak peluang, tapi hampir semuanya tidak berhasil. Sebenarnya kalimat itu juga kurang tepat, karena ada juga sih yang berhasil, tapi itu bukan tujuan utama dari apa yang kita inginkan. Apapun itu, hidup pasti terus berjalan, dan kita tidak bisa terus diam di tempat, dan kita harus memanfaatkan hal yang sudah berhasil kita capai untuk mencapai tujuan kita yang tertinggi, karena Allah menggagalkan kita bukan untuk membuat kita menyerah. Allah ingin kita lebih kreatif dan ingin kita lebih berjuang lagi, agar kesungguhan kita bisa membuahkan hasil yang selama ini kita nanti-nantikan. Mungkin aku terlalu banyak omong disini, aku pun tak lebih baik darimu. Tapi karena kau teman terdekatku, aku berani berbicara seperti ini, bukan hanya karena kau memintanya, tapi aku, kau, bisa mencapai apa yang kita inginkan jika bersungguh-sungguh, serta doa dan perilaku yang baik, dan juga jangan lupa bersyukur ta!" Ucap fani kepadaku.
Sore itu aku mengalami hari yang cukup buruk, seharian aku mengerjakan tugas ma yang diberikan oleh Dosen, tapi disuruh revisi lagi karena masih ada yang harus diperbaiki. Ini sudah yang keenam kalinya, aku sampai tak habis pikir, dimana letak kesalahanku, aku kira aku sudah mengikuti format standar yang diperintahkan, aku juga berusaha semaksimal mungkin untuk memastikan bahwa laporanku sesuai dengan standar PUEBI, sampai aku baca ulang terkantuk-kantuk di kamar kos ku. Kalaulah aku tidak menyelesaikan kuliahku sebelum akhir tahun, aku harus membayar lagi untuk satu semester kedepan, padahal baik aku maupun keluargaku keadaan keuangannya kurang baik. Aku juga sebelumnya nyambi kerja jadi reseller, karena aku tidak punya terlalu banyak di hari-hari biasa, dan kebanyakan teman-temanku juga menggeluti hal itu. Alhamdulillah sih, hal itu bisa mencukupi untuk membayar kos, makan, dan kebutuhan anak kos lainnya. Kalau untuk biaya akademik kuliah, pamanku yang membayarnya, karena waktu itu memang beliau yang menawarkannya kepadaku. Ya kalau dipikir-pikir lagi, bukannya aku yang tidak beruntung, tapi akulah yang kurang bersyukur.
"Woy diem-diem bae di pelataran!"
Teriakan dari belakangku itu rupanya si Dian. Anak yang jarak kalo ke kampus paling belakangan, soalnya jarak dari kosnya ke kampus cuma 5 menit. Dia emang orangnya sedikit cerewet, tapi kalo urusan baku hantam (baca: karate) dia jagonya. Wong waktu itu dia pernah ngelembur sampe malem di kampus, di deket Gedung utama sih tepatnya. Nah waktu itu lagi sepi, tiba-tiba ada orang berlari cepat dari belakang. Karena waktu itu dia posisinya lagi sendirian, dia curiga kalo itu orang mau buat gak baik, langsung lah dia cangkling orang itu. Jatohlah orang yang lari tadi, pas Dian mau gebuk tu orang, orangnya dah bilang.
"Eh mbak2, jangan pukul saya, saya mau boker ini mba".
Wahh langsung minta maaf tuh si Dian. Gara-gara dia, entah bagaimana nasib 'emas' yang di bawa mas-mas itu, apakah masih aman atau sudah bocor. Baik, kita lupakan soal mas-mas yang lagi boker itu.
"Eh Dian, tumben belom pulang. Biasanya malam sabtu gini kamu jalan kan ama dia."
"Ah, itu urusan nanti. Oh ya aku ada penawaran menarik buat kamu nih. Kamu mau ikut timku gak, ikut lomba PKM. Hadiahnya lumayan lho, bisa buat mbayar kos dua tahun hehe..."
"Wah boleh tuh" jawabku dengan semangat.
"Kalau mau ikut, besok kumpul di kupat tahu Pak Ujang ya, nanti mau di traktirin ama Aan".
"Oke siap".
"Oke, aku duluan ya, dia dah nunggu haha".
"Gek cepet, mandi sama dandan yang rapi. Jangan kayak Rambo selesai perang".
"Yee, bisa aja kamu"
Dia pun pulang ke kosannya. Hari juga memang sudah mulai gelap, aku pun bergegas pulang, karena jam 8 nanti aku ada siaran di Ramawa FM. Iya, semenjak dulu aku sangat berminat untuk masuk jurusan penyiaran. Tapi karena waktu SBMPTN aku tidak lulus, jadilah aku belajar lewat UKM Radio Mahasiswa saja, toh masih ada hubungannya dengan jurusan penyiaran hehe. Jalanan kota malam itu sangat ramai, tak hanya ramai oleh kendaraan yang lalu lalang, tapi juga jejeran muda-mudi yang nongkrong di tepian, membuat malamku sebagai jomblo tambah suram saja huhu. Sepuluh menit naik motor cukup untuk sampai ke kos tercinta, kos yang telah menemaniku selama dua tahunan ini sudah sangat akrab di mata, telinga, hidung, bahkan di empeduku, eh maksudnya hati.
Kos-kosan yang terdiri dari lima kamar itu sepi. Wajar saja, karena akulah satu-satunya orang yang jomblo di kos ini, yang lain lagi diajak jalan ama doi-nya. Akupun segera mandi. Setelah selesai aku merebus mie, biasa akhir bulan. Entah kenapa kalau harta yang kita syukuri, sesedikit apapun itu pasti akan sangat nikmat. Walaupun Cuma makan mie rebus plus nasi, ditemani tumpukan kertas dan laprak, diiringi suara bising motor yang sliweran, itu tidak membuatku terganggu. Waktu terasa begitu cepat, kumandang adzan mengudara di seluruh kota, segera kulaksanakan sholat, setelah itu cap cus menuju kantor siaran.
Saat aku sudah di depan kosan, Ecep yang lagi di studio mengabariku bahwa aku harus segera kesana, karena bintang tamu datang lebih awal dari waktu yang di jadwalkan. Tanpa pikir Panjang kutarik gas motorku. Dua puluh menit perjalanan terasa sangat cepat, karena aku terus kepikiran dengan bintang tamu yang pasti sudah menunggu. Malam ini bintang tamunya bukan orang biasa. Beliau adalah orang yang telah menginspirasi banyak orang untuk meninggalkan zona nyamannya, dan bangkit dari keterpurukan.
Sesampainya disana, Ecep dan beliau sudah ada di dalam studio. Aku pun segera masuk dan ingin menyalaminya dan mencium tangannya. Tapi ketika hendak kucium, iya secepat mungkin menarik tangannya dan berkata.
"Tangan orang tuamu lebih mulia untuk kau cium daripada tangan seorang yang hanya bisa bicara ini"
Buset, orang sehebat dia bisa sangat merendah. Perlu diketahui bahwa ia adalah orang yang berhasil membuat jaringan reseller dari para napi, jagal pasar, dan juga para penjudi yang bisa dibilang kelas kakap. Ia datang ke perkumpulan mereka dan meminta mereka untuk menghentikan kelakuannya. Tentu tidak mudah, ancaman, cacian dan makian sudah sering ia dapatkan. Tapi dia bodoamat dengan hal itu, ketika ia diancam dia bisa mengetuk hati para preman itu dengan satu kalimat.
"Kamu membunuhka, siap-siap masuk penjara. Kalo kamu mau ikut sama aku, kamu yang jadi penjaga penjara, bahkan lebih." Â Â
Secara nalar mungkin orang pun sudah biasa di beri kalimat menggiurkan seperti itu. Nah yang membuat para preman itu tergiur adalah, ia langsung memberi tahu caranya setelah itu, dengan menunjukkan apa yang ia bawa. Bahkan di beri modal langsung di tempat. Baik uang maupun alat yang dibutuhkan.
Dan ia tidak hanya memberitahu saja, tapi juga mencontohkan dan ikut mempraktekkan apa yang ia ajarkan pada orang lain. Saat ia menyuruh para 'muridnya' untuk semangat promosi produk, ia pun ikut promosi. Status whatsapp, story IG, marketplace facebook, maupun marketplace lainnya semuanya ia coba untuk mempromosikan barang dagangannya. Dengan begitu, orang-orang yang diajarinya ikut terpacu untuk semangat promosi.
Sekarang beliau sudah ada didepan mataku, dan ini mungkin menjadi kesempatan yang sangat berharga bagiku, karena aku juga salah satu dari ribuan 'muridnya'.
"Baik selamat malam sobat mawa! balik lagi ama Ecep dan Tata dalam acara Inspirasi Millenial. Yak malam ini kita kedatangan guest star yang sangat luar biasa, beliau mungkin sudah tidak asing lagi bagi muda-mudi seperti kita, betul kan ta" Ucap Ecep bak penyiar radio Prambors FM
"Pastinya dong, pokoknya malam ini bakal seru dong pastinya, so stay tune terus ya gaes biar kalian gak ketinggalan ama pemaparan keren yang akan di sampaikan nanti". Ucapku
"Oke, daripada berlama-lama kita langsung kenalan saja sama orangnya. Baik, bapak bisa perkenalan dulu pak, mungkin temen-temen mahasiswa ada yang belum kenal. Kan kata pepatah tak kenal maka kenalan. Monggo"
"Uhuk, saya ini lagi agak sedikit batuk, jadi mungkin saya jelasinnya singkat saja ya hehe. Kenalin saya Farel Adiputro Sutyanto, mungkin lebih terkenal ama panggilan Anto xixixi. Saya tinggal di rumah, dan lahir saat keluar dari perut ibu. Status sudah berpasangan, alamat saat ini di deket stasiun solo balapan." Ucapnya dengan santai.
"Oke pak Anto, kita pengen tahu nih, gimana ceritanya pak Anto bisa sampai membangun jaringan reseller yang sangat besar ini. Apakah Pak Anto memulainya sendiri, bersama teman atau bagaimana, dan bagaimana drama atau lika-liku pak Anto bisa menjalankan bisnis ini, mungkin bisa dibagi tips-tipsnya Pak hehe" Tanya Ecep.
"Hahaha, tentu saya memulainya bersama teman saya. Kita ini kan makhluk social, jadi pasti selalu membutuhkan kehadiran orang lain, termasuk dalam hal ini. Untuk menggapai mimpi, tentu kita tidak cukup hanya berangan-angan tiduran di kasur, menanti Baim Wong menyebut namamu dalam giveawaynya kan? Nah, maka dari itu kita harus bisa memaksimalkan potensi yang ada di dalam otak kita, keluarkan semua hal-hal kreatif yang bisa kau bayangkan. Ibarat kanebo, harus diperes sampe habis airnya biar cepet kering kan? Nah untuk mencapai tujuan kita, kita juga harus mau memeras otak kita, tenaga kita agar impian atau tujuan kita benar-benar terwujud. Kalo perlu pikirkan hal-hal gila yang orang tidak akan menyangka bahwa aku, atau kita akan melakukannya. Jujur saja, saya orang yang jarang buat status di sosmed, jarang juga berbicara dengan orang lain. Tapi karena terdesak kondisi ekonomi saat itu, saya nekat untuk 'ngebaki' status WA, FB, dan IG saya dengan promosi barang-barang yang saya miliki. Intinya itu sih mas kenapa saya bisa menjadi seperti sekarang. Intinya jangan takut melangkah dan semangat serta sungguh-sungguh. Oh ya satu lagi, jangan hanya omong doang, tapi juga lakukan apa yang kau omongkan. Orang lain pasti akan lebih menghargai kita dengan hal itu."
"Terima kasih pak atas inspirasinya. Yap bagi teman-teman yang ingin menanyakan sesuatu bisa DM Instagram Ramawa FM ya gaes." Ucapku.
Siaran berlangsung dari jam 8-10 malam. Alhamdulillah semuanya lancer. Dari semua pemaparan yang disampaikan Pak Anto tadi, yang paling mengena pada diriku adalah tips yang ia bagikan tadi. Kita harus berani melangkah, kalau perlu melakukan hal gila yang orang mengira bahwa kita tidak akan melakukannya, tentunya hal 'gila' dalam hal ini adalah hal baik yang tidak bertentangan dengan norma masyarakat dan tidak melanggar nilai ketuhanan. Mungkin metode memeras kanebo itu bisa kugunakan untuk menemukan ide dalam rembugan lomba PKM dengan Dian besok.
Hari sudah larut, akupun tak bisa berlama-lama, kos ku tutup jam sebelas malam. Kalau terlambat, aku bisa-bisa nginep di masjid pom bensin lagi, menyamar menjadi musafir hehe. Keesokan harinya, Dian sudah menghampiriku di depan kosan. Sepanjang perjalanan aku mencoba mempraktekkan analogi kanebo ke dalam otakku. Sambil melihat-lihat sekeliling, aku berpikir.
"Hmm apa ya, hal gila apa yang harus kulakukan" aku bergumam.
"APAH, KAMU MAU JADI GILA TA?!? KAMU BELUM BAYAR UTANGMU KE AKU LHO, JANGAN GILA DULU!" Teriak Dian.
"Ehee enggak Dian, aku lagi nyari ide gila untuk lomba kita besok. Maksudnya ide gila itu ide yang orang lain tidak menyangkan bahwa hal itu akan muncul atau terpikirkan oleh manusia". Ucapku menerangkan.
"Ooo gitu ya. Oke deh aku juga ikut mikir."
Kami berdua sepanjang perjalanan pun berpikir. Apaa ya yang bisa membuat karya kami berbeda. Hingga sampai titik dimana aku mengingat bahwa kita sedang ada di dalam masa digital, dimana semua orang bebas mengutarakan pendapatnya. Karena begitu bebasnya orang saling bertemu dan bicara di sosmed, orang kadang suka kelewatan dalam berpendapat. Bahkan sampai menghujat orang lain tanpa ragu dan rasa malu. Hal itu membuat Hate speech semakin marak di social media.
"Aha! Aku tau apa judul PKM yang akan kita buat."
"Wahh apaan tuh." Tanya Dian
"Jadi aku ada ide nih. Kita punya rencana membuat aplikasi agar orang-orang di sosmed saling menghargai dan mengkritik tanpa ujaran kebencian. Kita tahu kan kalau di negara ini sudah ada UU ITE, tapi orang menyinggung suku, ras, dan agama masih banyak kita temui kan. Karena apa, karena banyak dari komen ujaran kebencian itu yang tidak termonitor oleh pihak kepolisian. Nah rencanaku itu membuat aplikasi namanya "Hatespeech Less" atau bisa diartikan tanpa ujaran kebencian. Maksudku dengan nama itu ku harap kasus ujaran kebencian atau hal-hal yang menyinggung SARA semakin bisa berkurang atau bahkan habis."
"Wahh menarik juga tuh idemu. Aku juga kadang sebel ama orang yang membuat syariat jadi bahan olok-olokan di sosmed, atau menyindir ras lain walaupun bahasa yang digunakan adalah bahasa guyonan. Jadi gimana sistemnya?"
"Jadi aplikasi ini menghimpun para orang yang ingin menjadi agen untuk mencari dan melaporkan kasus hatespeech. Bagi agen yang menemukan kasus seperti itu bisa meng screenshot chatnya lalu di kirim ke aplikasi HL. Nanti HL akan menghubungi pihak kepolisian sebagai aparat, untuk menentukan apakah hal seperti itu termasuk tindak pidana atau bukan. Tentu HL akan meminta bantuan kepolisian untuk menindak hal-hal seperti ini, agar penegakkan UU ITE bisa maksimal, dan tidak tebang pilih. Dan juga penindakannya juga bisa lebih meluas ke seluruh Indonesia."
"Wahh mantap tuh. Oke, nanti kita bisa pakai idemu tuh! Ayo cepet ke perpus, kita kerjainnya disana aja, yang adem."
Aku dan dian pun segera menuju perpustakaan, dan kamipun segera menggarap PKM kami. Seminggu kemudian kami mengirimkan karya kami ke panitia lomba. Tiga pekan menunggu hasil pengumuman terasa sangat lama bagi kami berdua, waktu terasa sangat lama. Aku dan dian bela-belain begadang di perpus kampu, sampai-sampai karena beberapa hari pulang larut malam, kami sampai harus diusir satpam kampus. Sempat juga kami tiga malam menyamar menjadi musafir buat nginep di mushola pom bensin, karena kos-kosan kami sudah tutup. Kalau lah kami tidak menang, tak apalh namanya juga perlombaan, pasti ada menang dan kalah toh.
Hari yang di tunggu-tunggu pun tiba, hari pemenang dari PKM yang lolos pendanaan. Aku dan Dian sangat antusiasi mengikuti acara pengumuman yang disiarkan di youtube itu. Akhirnya pada menit ke 57, dibacakanlah nama-nama yang lolos pendanaan dari kampus kami. Setelah didengar dan dibaca, ternyata PKM kami tidak lolos. Sedih? Tentu kami berdua sedih. Tapi kami memang sudah siap kok. Kamipun melanjutkan kuliah seperti biasa di hari-hari selanjutnya.
Beberapa hari kemudian, aku mendapat Email dari Divisi Humas Polri. Ternyata aku dan Dian diundang ke Jakarta untuk menerima penghargaan atas ide kami.
"Dian kamu dapet E-Mail dari Divhumas Polri gak?" Tanyaku ketika ketemu Dian.
"Iya dong, kamu juga kan?"
"Iya yan"
"Yess kita berhasil Ta!"
Kamipun berpelukan, jingkrak-jingkrak karena saking senengnya. Hari itu bisa dibilang menjadi hari paling menyenangkan bagi kita berdua. Sabtunya kami sampai di Jakarta untuk menerima penghargaan itu.
Memang benar, jika kita bersungguh-sungguh, berdoa, bersyukur, dan berani melangkah pasti kita akan mencapai kesuksesan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H