"Transisi energi menuju net zero emission membutuhkan infrastruktur energi, teknologi, dan pembiayaan. Melalui peningkatan infrastruktur seperti interkoneksi jaringan, kita (Indonesia) berpeluang untuk mengoptimalkan pemanfaatan EBT," jelas Arifin saat menyampaikan pandangannya pada Ministrial Talks, dalam rangkaian agenda Conference of Parties (COP) ke-26 di Paviliun Indonesia, Glasgow, UK, Senin (1/10).
Selain banyak manfaatnya, energi surya juga dapat membantu mengatasi krisis iklim dan menurunkan suhu global. Dengan mengganti bahan bakar fosil dengan energi matahari, kita dapat mengurangi jejak karbon kita secara signifikan, yang akan membantu memperlambat laju pemanasan global. Menurut Badan Energi Internasional, energi matahari dapat menyediakan hingga 30% listrik dunia pada tahun 2050, yang akan berdampak besar pada pengurangan emisi gas rumah kaca.
Salah satu tantangan penggelaran energi surya dalam skala besar adalah intermittency matahari. Panel surya menghasilkan listrik hanya saat matahari bersinar, yang berarti sistem penyimpanan energi diperlukan untuk menyediakan daya saat matahari tidak tersedia. Namun, kemajuan dalam teknologi penyimpanan energi memungkinkan untuk menyimpan energi untuk jangka waktu yang lebih lama, yang akan membuat energi surya lebih layak sebagai sumber listrik utama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H