Mohon tunggu...
021_Siti Aisyah Nur Fadlilah
021_Siti Aisyah Nur Fadlilah Mohon Tunggu... Jurnalis - Mahasiswa UIN Malang

Hari ini harus lebih baik dari hari sebelumnya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

My Teacher

2 Juni 2022   07:22 Diperbarui: 2 Juni 2022   07:33 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

hayy kenalin ini guru ngajiku sekaligus ayahku yang sangat hebat beliau bernama Bapak Leksono. Beliau kelahiran di kabupaten Tuban, 13 November tahun 1993. Tak juga hebat ayahku sangat memiliki kepribadian yang pandai, gemar membaca buku dan soleh. Sampai sampai beliau menjalankan pendidikan samapai S2. 

Dulu beliau ketika duduk di bangku sekolah dasar , bersekolah di SDN Sumurgeneng 1 yang terletak di desanya. Malanjutkan ke jenjang Sekolah Menengah Pertama beliau melanjutkan sekolah di SMPN 1 Sumurgeneng juga. Sampai pada bangku Sekolah Menengah Atas beliau sekolah di MAN 1 Tuban. Waahh baru ketika MA ayah melanjutkan pendidikan di luar desa. Ayahku ini merupakan anak ke dua dari tiga bersaudara.

Ketika beliau duduk di bangku Sekolah Dasar, beliau sudah ditinggal oleh ibu kandunganya. Namun kakekku memutuskan untuk menikah lagi. Dan sejak itu ayah tinggal bareng bersama ibu sambungnya. Tetapi ibu sambungnya sangat baik dan peduli akan kebutuhan, kesehatan ayahku. Namun dengan keadaan itu sanagt tidak memutus semangat ayahku untuk berjuang menempuh pendidikan. Dan beliau selalu membantu kakek yang setiap paginya mengurus dan memberi makan sapi peliharaannya.

Alhamdulillah dengan adanya rejeki dari kakek dan nenekku membuat ayah bisa berkuliah di luar kota. Ayah melanjutkan kuliah di UIN Maulana Malik Ibrahim Malang dengan mengambil jurusan Matematika. 

Tak putus sampai disitu ayah juga melanjutkan pendidikan S2 dikampus yang sama namun dengan jurusan yang berbeda yaitu Pendidikan Agama Islam. Rupanya kelebihan yang ada pada ayahku kini blance ya. Ilmu akademik mampu tak lupa ilmu akhiratpun beliau juga mampu. Namun aku bangga padanya tidak sampai sini saja.

Setelah ayah menyelesaikan pendidikannya, ayah melanjutkan pekerjaan menjadi guru di MAN 1 Rengel. Yang mana ibu adalah murid dari bapak sendiri. Nah yang bikin menajupkan juga, ayah menjadi jatuh cinta dengan ibu ketika bertemu di sekolah. Namun perjuangan cintanya sangat besar. 

Sampai sampai ketika lulus bapak berusaha mendatangi keluarga ibu dengan niat baik untuk menikahi ibu. Pada akhirnya setelah mendapatkan restu dari keluarga ibu, ayah segera menikahi ibu. Sungguh mulia niat ayah yang ketika dulu ibu belum berhijab beliau menuntunnya hingga ibu menggunakan hijab serta mempelajari ilmu agama lebih dalam. Dan alhamdulillahnya dikaruniai anak satu laki laki yaitu kakaku yang bernama Abdul Karim.

Dengan ketekunanya dalam bekerja, lalu ayah pun diangkat menjadin kepala madrasah di MAN 1 Rengel. Dan ketika dikaruniai anak tiga lagi yaitu kakaku yang bernama Solahudin Nur Rohman, Muhammad Arif Nur Mansyah, Muhammad Khoirun Nur Roziqin. Ayahpun dipindahkan pekerjaan di MAN 1 Tuban tetapi dengan jabatan menjadi kepala madrasah. Lalu dipindahkan di kemenag Tuban, dan di pindahkan juga di kota Lamongan tetapi tetap di kemenag, dan sampai akhirnya bekerja di kantor kanwil kemenag jatim yang ada disurabaya. Beliau sangat kekeh dalam bekerja, menafkahi ke tujuh anaknya.

Dan pada akhirnya beliau diberi kesempatan untuk meraih juaran menjadi kabid terbaik seindonesia karena telah berhasil membuat inovasi baru tentang program pembelajaran bagi siswa madrasah yang ada di Indonesia. Tetapi roda selalau berputar dengan banyaknya cobaan akhirnya beliau dipindahkan di kantor kemenag Ponorogo. Jauh juga dari rumah perjalananpun harus menempuh tujuh jam perjalanan.

Sangat bangga aku dengan apa yang beliau perjuangkan demi anak anaknya. I love you dad , maafin Aisyah yang sering minta ini itu dan belom bisa memberikan yang terbaik untuk bapak. Dengan sebisa mungkin aku usahakan agar dapat menjadi apa yang engkau pengen in. pengen banget rasanya tuh bisa meringankan beban orang tua. Tetapi yang orang tuaku mau aku hanya menjadi wanita yang berpendidikan tinggi. 

Buka kuliah sambal bekerja. Orang tuaku sangat tidak mau itu. Kalau lagi evaluasi diri gini sering banget sadar dan ngerasa masih belom bisa jadi anak yang dibanggain, dan kadang masih berfikir tentang apa saja perkataanku yang sangat tidak pantas tetapi tetap aku ucapin ke padaayahku.

Hmmmmm tapi kini ayah sudah pensiun dan hanya meneruskan nbisnis kecil -- kecilannya yang beliau tanam sejak dulu. Tetapi dengan keadaan ekonomi seperti ini, justru maalah beban semakin besar yang diberikan kepada orang tuaku. Dengakn kedua kakakku yang kuliah, lalu aku masih kuliah, dan adiiku juga yang masih duduk dibangku Madrasah Aliyah. Tapi sungguh salut sih aku dengan apa yang dilakukan ayahku. Aku tidak pernah melihat beliau mengeluh, meskipun anak - anaknya belom bisa menjadi yang terbaik bagi beliau.

Beliau adalah sosok yang soleh, rajin beribadah, suak beramal, dan tak pernah mngenal kata lelah. Di umurnya yang menjelang tua kini beliau memilih untuk mengabdi kepada  masjid. Beliau menjadi takmir masjid, imam dimasjid, serta mengadakan ibadah -- ibadah Sunnah lainnya. Tak lupa dengan mengajak masyarakat Perumnas Tasikmadu. 

Dan beliau juga disebut menjadi sesepuh di daerahku kini. Karena dengan akhlaqnya yang baik, taat beribadah sanggup mengatur program -- program acara yang di adakan dimasjid, sera ketaatannya dalam beribadah. Sangat salut memiliki ayah yang seperti ini, namun hanya saja aku yang belom bisa menjadi anak yang sholeh sehingga dapat menjadi cover bagi orang tuaku. 

Tapi tenang ya yah, Aisyah sedang berusaha semaksimal mungkin menjadi anak yang ayah inginkan kok, namun tetap dengan porsiku yaa, dana apa yang bisa aku lakukan sesuai passionku. I love you dad. Terimakasih atas perjuanganmu selama ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun