Pulas sudah ia di hamparan mataku
di pasang dadanya kutulis puisi-puisi doa
di jiwanya yang lapang aku bebas menari
menangkap jutaan kunang-kunang
Di leher putihnya kunikmati kabut rindu
dagu, bibir, sepasang alis di atas sepasang
mata pejam dan rambut yang kemerahan
itu membuatku tak henti menulis anugerah
Kuntum puisi yang teramat indah
Pulas sudah ia di hampar mataku, di sekujur
tubuhnya, di huruf-huruf yang kupahatkan
kanak-kanak berlarian, balik-membalik buku
kehidupan yang kupinjam dari langit ketika
malaikat menari
Ayah, kaulah laki-laki yang mahasempurna
kata Bunda: suara itu menumpahkan wangi
mawar di sajadah kehidupan yang kuciumi
saban waktu, dan malam akan selalu setia
disambut pagi..