PESAN DUA CANGKIR TEH HIJAU
Sofia Titik
Ruang tamu ini, tidak banyak berubah. Aku duduk di kursi yang sama. Aku cermati setiap sudut ruang , semua masih sama. Ada perasaan terhibur, tetapi tetap batin tidak tenang. Seorang pramuwisma telah menyajikan dua cangkir  teh hijau. Seperti dulu. Hanya aku tidak tahu apa yang telah terjadi antar waktu yang berjalan.
Maaf, menunggu lama. Sambil mengulurkan tangannya yang indah, Citra. Begitu dia menyebut namanya.  Langsung duduk persis di depanku. Dia gadis yang sopan, manis dan ramah. Silahkan diminum, akupun  langsung meminum teh itu. Itupun tidak membantu aku bisa bersuara. Gadis itu rupanya sangat paham keadaanku. Mari Om, ikut saya. Refleksku mengikuti saja. Di depan pintu kamar, rasanya kaki tidak sanggup lagi melangkah. Aku melihat ia dengan tenang duduk di kursi roda.
Mama ada tamu. Citra mimbisiki ditelinganya dengan mesra. Ia menoleh, dan memandangku begitu dalam. Seperti mengaduk -aduk perasaanku. Kemudian Ririn mengambil sebuah buku, dari dalamnya dikeluarkan lipatan kertas. Diberikannya kepadaku dan aku baca. Gadis itu anakmu dari sahabatku yang telah mengkianati kepercayaanku. Sebelum meninggal, bayi itu diberikan kepadaku. Aku berjuang mencintainya, hingga luka ini terobati. Sekarang ia penuh cinta merawatku. Pulanglah kepada istri dan anak-anakmu, jangan ada lagi hati yang terluka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H