Ini merupakan pengalaman saya ketika jalan-jalan ke Gunung Nglanggeran yang terletak di kawasan Baturagung di bagian utara Kabupaten Gunungkidul dengan ketinggian antara 200-700 mdpl. Bagi wisatawan yang dari Jogjakarta seperti saya ini dapat sampai di lokasi ini dengan hanya menggunakan waktu tempuh 40-50 menit saja jika menggunakan motor dengan kecepatan sedang, yah 60-70km/jam. Jika ngebut 30 menit pun sampai (sudah dibuktikan saya dari UIN Sunan Kalijaga sampai Nglanggeran 35 menit). Untuk lebih jelasnya seperti ini. Kita berjalan melewati jalan Jogja-Wonosari ke arah wonosari akan melewati Bukit Bintang/Bukit Patuk yang biasanya digunakan oleh para remaja menatap Sunset. Nah lokasi Gunung Api Purba desa Nglanggeran tidak jauh dari lokasi itu hanya kira2 perjalanan 15 menit atau 7 Km untuk sampai lokasi Gunung ini. Sampai Desa Nglanggeran dimana Gunung Api Purba berada. Gunung ini pun sudah kelihatan jika kita sudah sampai di Stasiun Relay INDOSIAR. Dari kejauhan saja saya dan teman-teman sudah takjub melihat gunung ini, karena gunung ini tidak seperti gunung-gunung pada umumnya. Gunung Nglanggeran terdiri dari bongkahan batu-batu berukuran raksasa. Dari hasil penelitian dan referensi yang ada, dinyatakan gunung Nglanggeran adalah gunung berapi purba yang pernah aktif puluhan juta tahun lalu.
Setelah sampai di lokasi saya dan teman-teman bergegas membeli tiket masuk, harga tiket yang di patok Rp. 3.000 (siang) Rp. 5.000 (malam) dan ada Paket Tracking (minimal 3 orang): Rp. 25.000 / orang. Ada bangunan joglo di pintu masuk dan bila kita melangkah kejalan setapak untuk mendaki gunung, maka ada 3 bangunan gardu pandang sederhana dari ketinggian yang rendah, sedang sampai puncak gunung. Pemandangan unik dan indah disekelilingnya berupa sawah hijau dan tidak jauh dari situ terdapat bangunan tower dan berbagai stasiun televisi yang jumlahnya cukup banyak, manambah keindahan alam. Lokasi ini sangat cocok untuk panjat tebing, tracking, jelajah wisata dan bekemah.
Banyak wisatawan lokal, dan ada juga sesekali wisatawan asing mengunjungi gunung Nglanggeran untuk menikmati keindahan pemandangan, mencoba menaklukkan batu-batu besar untuk didaki, dan banyak juga yang hanya sekedar melepas kepenatan seusai ujian dan kebisingan kota.
Untuk sampai di puncak Gunung Nglanggeran kita harus menempuh 3 pos, karena gunung ini tak begitu tinggi kita bisa lekas sampai di atas puncak, namun karena medan yang di tempuh sangatlah sulit, karena terdiri dari bongkahan batu besar bukan dari tanah atau pasir pada umunya, jadi kita harus lebih berhati-hati. Dalam mendaki kita di sediakan tali untuk memudahkan kita dalam mendaki. Tangan saya sendiri sampai merah dan sakit karena terlalu sering memegang tali dan menahan beban berat badan, jika kita tidak menggunakan tali kita bisa terpeleset jatuh, maka dari itu untuk para pembaca yang ingin datang ke Gunung Nglanggeran saya menganjurkan untuk menggunakan sepatu atau sandal gunung dan memakai sarung tangan agar lebih aman. Karena ketika mendaki gunung tujuan kita sebenarnya bukanlah puncak, akan tetapi tujuan kita adalah sampai di rumah dengan selamat, karena wisata mendaki adalah wisata ekstrem.
Setelah melewati pos 2 kita akan melewati Sumber Air Comberan, sebuah mata air yang tidak pernah mengalami kekeringan di Puncak Gunung Nglanggeran. Juga terdapat tempat pemujaan untuk mendapatkan anugrah dari sang pencipta bagi mereka yang menyakini untuk bisa mencapai keinginan ( cita-cita ). Disamping sumber Comberan terdapat tempat pertapaan untuk melakukan kegiatan ritual “Prehatin”, biasanya pada hari-hari tertentu yang diyakini mempunyai nilai mistis akan berdatangan Wisatawan untuk melakukan ritual tersebut. Tempat ini digemari Wisatawan karena cuaca iklim yang sejuk dan terdapat Tangga Tataran yang dibuat pada zaman Jepang yang dulunya juga digunakan sebagai tempat persembunyian tentara Jepang. Air di Sumber Comberan diyakini dapat membuat awet muda jika digunakan untuk mencuci muka. Karena saya sedang mengalami datang bulan dan dilarang masuk ke Sumber Air Comberan maka saya melewatinya dan tak lama kemudian samapailah saya di puncak Gunung Nglanggeran. Menyaksikan mentari terbit dari puncak gunung merupakan satu kemewahan yang tidak semua orang bisa menikmatinya. Pemandangan indah yang memanjakan mata pun menyambut. Sejauh mata memandang yang terlihat hamparan awan di ketinggian, jajaran gunung batu dengan bentuk yang unik, perkampungan warga, serta hijaunya sawah dan ladang. Sungguh perjalanan yang mengesankan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H