Mohon tunggu...
Dzaky Perwira Hatwitiya
Dzaky Perwira Hatwitiya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Airlangga

Saya menyukai berbagai topik tentang kesehatan maupun tekonolgi. Saya tertarik dengan berbagai keunikan dan perkembangannya untuk selalu menambah wawasan saya.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno Pilihan

Literasi Digital Rendah, Bisakah Indonesia Menjadi Digital Hub?

7 Desember 2024   12:12 Diperbarui: 11 Desember 2024   07:56 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar dihasilkan menggunakan DALL·E melalui ChatGPT oleh OpenAI, November 2024. Ilustrasi kehidupan sehari-hari dengan teknologi di tengah desa

Literasi Digital

Sumber: www.pexels.com, diakses pada 1 Desember 2024    
Sumber: www.pexels.com, diakses pada 1 Desember 2024    

Apa sih literasi digital itu? Literasi digital merupakan kemampuan untuk memahami, menggunakan, dan mengkritisi teknologi digital secara efektif. Apakah ini penting? Tentu sangat penting, karena saat ini teknologi sudah mendominasi hampir seluruh aspek kehidupan manusia.  

Kajian Literasi Digital Nasional 2022 oleh Kominfo menunjukkan bahwa masyarakat dengan literasi teknologi tinggi cenderung lebih cepat beradaptasi dengan transformasi digital, yang akan memungkinkan inovasi dan pertumbuhan ekonomi.

Survei Kominfo pada 2022 memperlihatkan ada sekitar 48,52% masyarakat Indonesia di tingkat literasi digital menengah ke tinggi, sedangkan sisanya masih ada di literasi digital dasar. Dari data itu bisa diambil kesimpulan bahwa lebih dari separuh populasi belum dapat memanfaatkan kemajuan teknologi secara efektif. Selain itu, kesenjangan kemajuan teknologi antara perkotaan dan pedesaan yang cukup jauh.

Lalu bagaimana yang terjadi saat seseorang memiliki literasi digital yang rendah? Menurut laporan BSSN 2022 ada 1.512 insiden siber di Indonesia, yang menyebabkan kerugian fantastis senilai Rp38,4 triliun. Seseorang yang rendah dalam literasinya akan menjadi target empuk para penipu daring dan berbagai ancaman lainnya, seperti tersebarnya data pribadi yang menimbulkan dampak mengerikan.


Indonesia Menjadi Digital Hub?

Ilustrasi negara yang menjadi Digital Hub dihasilkan dengan bantuan AI DALL·E melalui ChatGPT, OpenAI, Desember 2024 
Ilustrasi negara yang menjadi Digital Hub dihasilkan dengan bantuan AI DALL·E melalui ChatGPT, OpenAI, Desember 2024 
Digital hub  merupakan sebutan untuk menggambarkan suatu tempat, negara, ataupun wilayah yang menjadi pusat kegiatan digital dan teknologi. Berbagai faktor pendukung membuat Indonesia memiliki potensi untuk menjadi digital hub di Asia Tenggara. 

Pengguna internetnya saja mencapai 212 juta dan beberapa startup besar yang terkenal. Hal tersebut terdengar sangat menjanjikan. Tapi, apakah itu hal realistis untuk mencapai status digital hub? Inilah berbagai tantangan yang harusnya segera diselesaikan sebelum Indonesia menjadi pusat teknologi.

1. Kesenjangan Digital

Sumber: https://creativecommons.org/licenses/by/2.0/, diakses pada 1 Desember 2024 
Sumber: https://creativecommons.org/licenses/by/2.0/, diakses pada 1 Desember 2024 

Dari data BPS 2023 memperlihatkan fakta yang mengejutkan. Bahwa 58% daerah di luar Jawa sedang mengalami kesusahan untuk akses internet yang mencukupi. Kecepatan Internet yang masih di bawah standar untuk aktivitas digital. Bisa dilihat di era yang sangat perlu kecepatan internet yang bagus tapi masih belum ada perkembangan. Artinya Indonesia belum siap untuk membangun ekosistem digital yang merata. Bagaimana bisa kita menjadi pusat dari teknologi digital saat masih banyak wilayah masih belum merasakan internet yang baik?

2. Literasi Digital yang Rendah Sangat Mengkhawatirkan
Lebih dari 50% masyarakat Indonesia masih berada di literasi digital tahap dasar. Angka tersebut menjadi PR untuk Indonesia di era yang sekarang ini. Mayoritas penduduk kita belum dapat mengaplikasikan berbagai teknologi dengan efektif dan optimal, apalagi bersaing dengan dunia global yang lebih maju. Hal ini tidak bisa dianggap remeh, kerugian kejahatan siber pada 2022 meningkat tajam 67% dari tahun sebelumnya. Masyarakat Indonesia menjadi sasaran empuk bagi para pelaku.

3. Pendidikan yang Gagal Mengikuti Zaman
Pada 2023, Kemendikbud memaparkan fakta yang cukup memalukan. Bahwa 70% wisudawan perguruan tinggi Indonesia tidak siap bekerja di bidang teknologi. Program studi dengan teknologi mutakhir hanya dimiliki oleh 12% perguruan tinggi Indonesia. Jika dibandingkan dengan negara tetangga seperti Singapura yang sudah 68% atau Malaysia 45%. Indonesia masih kalah jauh dengan mereka. Sistem Pendidikan Indonesia masih terjebak pada sistem yang lama dan gagal untuk mengisi kebutuhan era digital.


4. Infrastruktur Digital Masih Kuno

Sumber: https://creativecommons.org/licenses/by-nc-nd/3.0/, diakses pada 1 Desember 2024 
Sumber: https://creativecommons.org/licenses/by-nc-nd/3.0/, diakses pada 1 Desember 2024 

Implementasi penggunaan dana yang sangat tidak efektif. Anggaran Rp166 triliun untuk infrastruktur digital hanya digunakan untuk beberapa proyek saja. Pada 2023 jaringan 5G di Indonesia hanya menjangkau kurang lebih 100 kota. Hal tersebut sebagai bukti nyata keterlambatan pengembangan infrastuktur kita. Kita masih kesulitan untuk mengembangkannya.

5. Keamanan Siber Memprihatinkan

Sumber: images.pexels.com, diakses pada 1 Desember 2024 
Sumber: images.pexels.com, diakses pada 1 Desember 2024 

Lagi-lagi data dari BSSN menunjukkan bahwa 35% masyarakat kita belum paham tentang dasar prinsip keamanan siber seperti menejemen sandi akun yang buruk, kurang melindungi data pribadi, kesadaran akan situs jebakan atau situs phishing yang rendah, dan pembaruan sistem yang sering terabaikan. Indonesia masuk dalam 5 besar negara dengan serangan siber yang tinggi. Apakah Indonesia mungkin menjadi digital hub jika keamanannya seperti gerbang yang terbuka lebar?

Berbagai hal yang penting harus segera diperbaiki sebelum Indonesia bermimpi menjadi digital hub kembali. Indonesia bisa membenahi infrastruktur digital agar merata hingga pelosok, sistem pendidikan segera disusun ulang sesuai kebutuhan perkembangan zaman, menyosialisasikan budaya keamanan siber yang kuat kepada seluruh masyarakat, dan terus meningkatkan kesadaran akan literasi digital. Menjadi digital hub  akan menjadi bualan kosong jika berbagai masalah yang ada terus berlanjut dan mengakar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun