Mohon tunggu...
Valen
Valen Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Multimedia

be patient.

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal

Melodi Kreativitas: Panggung Seni di Pendhopo Sekolah

25 Januari 2024   08:30 Diperbarui: 31 Januari 2024   12:05 432
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari itu, langit dihiasi warna senja yang memerah di ufuk barat, memberikan sentuhan keindahan pada pendhopo sekolah. Suara gemuruh tawa dan candaan siswa-siswi menggema di koridor, meramaikan suasana seakan menandakan bahwa hari itu adalah hari yang istimewa. 16 Januari, tanggal yang tak terlupakan bagi siswa-siswi SMA Stella Duce 2 Yogyakarta, ketika pentas seni sekolah mereka akan segera dimulai.

Panggung pendhopo berdiri megah, mengundang siapa pun yang ingin menyaksikan karya-karya luar biasa yang telah dipersiapkan dengan penuh dedikasi oleh para siswa. Panggung yang dipenuhi lampu sorot siap menyinari bakat-bakat tersembunyi di antara mereka. Di sudut-sudut ruangan, lukisan-lukisan indah, patung-patung kecil, mencerminkan kearifan yang tumbuh subur di sekolah itu.

Suasana haru dan antusiasme menyelimuti ruangan seiring dengan datangnya tamu undangan yang telah menunggu dengan sabar. Senyuman dan tanda tangan penuh semangat terpampang di wajah-wajah mereka, mengisyaratkan rasa bangga menjadi bagian dari hari bersejarah ini. Pentas seni sekolah bukan hanya sekedar pertunjukan, melainkan pameran semangat juang dan kerja keras setiap siswa dalam mengembangkan bakatnya di dunia seni.

Inilah awal dari kisah yang dipenuhi dengan keindahan dan keajaiban seni, di mana bakat-bakat muda bersinar dan memancar, menjadi bintang dalam pentas sekolah yang tak terlupakan.

Feri berjalan dengan langkah ringan menuju sekolah, tas ranselnya bergelimang dengan buku-buku seni dan naskah drama. Pemuda berambut lurus ini selalu dikenal sebagai pemain teater yang berbakat di sekolahnya. Dia memiliki senyum ceria yang mampu menyinari sekitarnya, dan pandai bergaul dengan teman-temannya. Feri selalu menjadi sumber semangat di antara kelompok seni di sekolah.

Nata, sahabat akrab Feri, berjalan berdampingan dengannya. Nata adalah penulis handal dengan khayalan yang luar biasa. Kreativitasnya tak terbatas, dan ia selalu memiliki ide-ide segar untuk setiap pementasan. Dengan kacamata tebal di hidungnya, Nata adalah otak di balik setiap cerita dramatis yang dibawakan kelompok seni.

Oci, seorang seniman visual berbakat, bergabung dengan mereka di pintu gerbang sekolah. Dengan seragam putih abu-abu yang ia modifikasi dengan sedikit sentuhan seni, Oci terlihat unik dan selalu menarik perhatian. Dia adalah juru gambar dan perancang set terbaik di kelasnya.

Niki, musisi berbakat, berjalan sambil memainkan melodi ringan di gitar akustiknya. Dengan rambut panjangnya yang tergerai dan senyum lembut, Niki adalah pengisi suasana yang membuat setiap pertunjukan semakin hidup. Ia ahli dalam menciptakan musik yang menyatu dengan cerita.

Eman, sosok yang selalu memiliki semangat tinggi, menyusul di belakang mereka. Dikenal sebagai dancer handal, Eman tak hanya mahir dalam gerakan tarian tetapi juga penuh energi yang menular. Ia selalu membawa semangat positif ke dalam setiap latihan.

Di tengah kerumunan siswa, Ibu Linda terlihat mendekati mereka dengan senyuman hangatnya. Sebagai guru seni yang penuh dedikasi, Ibu Linda adalah sosok yang memotivasi dan membimbing mereka sepanjang proses pementasan. Dengan rambut abu-abu yang terurai dan pakaian berwarna-warni, Ibu Linda selalu hadir dengan semangat dan inspirasi.

Mereka bersama-sama membentuk kelompok seni yang kuat di SMA Stella Duce 2, dan hari ini, mereka siap untuk memulai petualangan baru menuju pentas seni sekolah yang akan menjadi babak baru dalam kisah kebersamaan mereka.

Pagi itu, di kelas XE, para siswa berkumpul dengan penuh semangat untuk menyusun pementasan latihan berkala P5 dengan tema kebhinekaan global. Setelah diundi, kelas XE memperoleh tema Borneo/Kalimantan, memicu gelombang ide kreatif dari seluruh anggota kelas. Setelah diskusi yang panjang, keputusan akhir pun diambil: mereka akan menampilkan drama musikal dengan durasi 15 menit yang memukau. Persiapan pementasan dimulai dengan penuh antusiasme. Para siswa sibuk merancang naskah, menciptakan musik, dan mendesain kostum yang mencerminkan keindahan pulau Borneo. Mereka bersemangat untuk memberikan pesan kebhinekaan yang kuat melalui pementasan mereka.

Sejumlah ide cemerlang muncul, mulai dari cerita sejarah budaya hingga kisah fiksi modern yang mencerminkan keindahan pulau Borneo. Konflik muncul ketika beberapa siswa mendukung ide drama musikal yang lebih tradisional, sementara yang lain lebih cenderung menuju konsep yang lebih modern.

Perbedaan pendapat di antara siswa-siswa XE semakin menghangat ketika mereka mulai mendiskusikan aspek-aspek yang lebih teknis dari pementasan mereka. Beberapa siswa memperjuangkan agar drama musikal lebih menggali cerita sejarah budaya Borneo, menyoroti kekayaan warisan nenek moyang yang perlu dilestarikan. Sementara itu, kelompok yang lebih condong ke arah modern ingin menciptakan kisah fiksi yang dapat merangkul pemikiran masa kini dan menghadirkan Borneo sebagai tempat yang dinamis dan berkembang. Pemilihan lagu dan nuansa menjadi medan perdebatan sengit. Sebagian siswa mendukung penggunaan musik tradisional yang khas, sementara yang lain ingin memasukkan elemen musik kontemporer untuk membuat pementasan lebih relevan bagi generasi muda.

Konflik semakin meruncing ketika revisi dari pihak sekolah dilakukan. Sebagian guru menuntut agar aspek edukatif dalam pementasan lebih mendalam dan terkait langsung dengan kebudayaan Borneo. Di sisi lain, ada pula guru yang berpendapat bahwa pementasan harus memiliki nuansa sakral untuk memikat perhatian penonton dan memberikan pengalaman yang lebih mendalam.

Dalam memecahkan konflik ini, siswa-siswa XE harus belajar untuk mendengarkan dan memahami sudut pandang satu sama lain. Proses tersebut membutuhkan kompromi, di mana mereka akhirnya memutuskan untuk menyatukan kedua konsep tersebut. Cerita sejarah budaya Borneo diintegrasikan dengan cerita fiksi modern, dan pemilihan musik mencakup unsur tradisional dan kontemporer.

Revisi dari sekolah menjadi kesempatan bagi siswa-siswa XE untuk menggali lebih dalam kebudayaan Borneo dan menghadirkan pertunjukan yang memiliki nilai edukatif. Di akhir pementasan, para siswa belajar bahwa perbedaan pendapat dan konflik dapat menjadi peluang untuk menciptakan karya yang lebih kaya dan beragam, mencerminkan keindahan kebhinekaan dan kolaborasi. Meskipun terjadi perbedaan pendapat, siswa-siswa XE akhirnya menemukan titik temu melalui diskusi dan kompromi. Mereka memutuskan untuk menggabungkan elemen-elemen tradisional dan modern dalam alur cerita drama musikal mereka, menciptakan narasi yang menarik dan bersifat edukatif.

Saat hari pementasan tiba, ruang kelas dihiasi dengan nuansa Borneo yang khas. Lampu-lampu sederhana dipasang untuk menciptakan atmosfer yang pas. Para penonton, termasuk guru dan siswa dari kelas lain, dengan tak sabar menantikan pertunjukan tersebut. Drama musikal dimulai dengan penuh energi. Cerita menggambarkan kehidupan sehari-hari masyarakat Borneo, memperlihatkan keunikan budaya, keindahan alam, dan keberagaman etnik. Siswa-siswa dengan lincah memainkan peran masing-masing, sementara musik yang dimainkan secara live menambahkan kehidupan pada setiap adegan.

Setelah drama musikal selesai, panggung berganti suasana untuk tarian kreasi khas Borneo. Langkah-langkah indah dan gerakan yang dinamis menciptakan harmoni yang memukau. Penonton terhipnotis oleh keindahan tarian yang mempersembahkan semangat dan kegembiraan. Pementasan ditutup dengan tepuk tangan meriah dari penonton yang terkesan. Para siswa XE merasa bangga atas kolaborasi mereka yang menghasilkan pertunjukan spektakuler. Pada akhirnya, pementasan kebhinekaan global ini bukan hanya merayakan keunikan pulau Borneo, tetapi juga menginspirasi setiap orang untuk merayakan keberagaman dan persatuan.

Setelah tepuk tangan meriah menggema, siswa-siswa XE bersyukur dan senang melihat reaksi positif dari penonton. Mereka bersatu dalam rasa bangga, merayakan keberhasilan pementasan kebhinekaan global mereka. Sejenak setelah panggung selesai dipakai, para siswa berkumpul di belakang panggung, tertawa, dan saling memeluk. Rasa lega tergambar di wajah mereka, karena segala kerja keras dan kompromi selama persiapan akhirnya membuahkan hasil yang gemilang.

Pementasan pun berhasil dilakukan, semua anggota kelas XE berkumpul di belakang panggung dan berbicara disana.

(Di belakang panggung setelah pementasan)

Feri pun memulai percakapan “Wah, gila ya, teman-teman! Ini pertunjukan luar biasa!”

Nata memeluk buku naskahnya “Iya, semua kerja keras kita terbayar lunas. Tapi tadi sempat deg-degan banget, sih.”

Oci bergabung dengan mereka “Yakin deh, tadi saat tarian, saya hampir lupa langkah!”

Niki tertawa “Nah, itu tadi yang bikin pertunjukan jadi lebih hidup, Oci!”

Feri berbalik kepada Eman “kamu beneran hebat main peran sebagai tokoh utama!”

Eman dengan tersenyum malu-malu “Enggak lah, ini kan hasil kerja sama kita semua. Bukan cuma satu orang yang bikin ini jadi keren.”

Kemudian Oci merapatkan kelompok “Tapi tadi ada momen yang bikin deg-degan banget, ya? Saat konflik antara ide tradisional dan modern.”

Nata pun membalas “Iya nih, itu hampir bikin kelas pecah.”

Niki mengangguk dan bergurau “Tapi akhirnya kita bisa nyatuin dua konsep itu dengan baik.”

Eman melihat Ibu Linda datang “Nih, Ibu Linda datang, guys!"

(Setelah mereka berbicara didalam kelompok, Ibu Linda datang menghampiri mereka)

Ibu Linda datang dan memberikan aplaus “Kalian luar biasa, anak-anak! Benar-benar luar biasa! Saya bangga jadi pembimbing kalian. Ini hasil kerja keras dan kolaborasi kalian semua. Kalian membuktikan bahwa keindahan tercipta saat keberagaman bersatu dalam harmoni kreativitas.”

Semua anggota memberikan sambutan yang hangat dan mengucap “Terima kasih, Ibu Linda. Tanpa bimbingan Ibu, mungkin kita nggak sehebat ini.”

(Para siswa melanjutkan berbincang dan tertawa di belakang panggung, merayakan kesuksesan mereka dan merencanakan masa depan yang penuh kreativitas.)

Pada siang itu, sekolah mengadakan acara penutupan yang diisi dengan perayaan dan penghargaan untuk berbagai kategori, termasuk "Pementasan Terbaik". Kegembiraan menyelimuti ruangan saat nama kelas XE diumumkan sebagai pemenang. Mereka naik ke panggung dengan penuh kegembiraan, menerima piala sebagai penghargaan atas usaha dan dedikasi mereka. Siswa-siswa XE pulang dengan hati penuh kebahagiaan. Mereka membawa pulang kenangan tak terlupakan dari pementasan yang sukses dan pengalaman kolaborasi yang memperkaya persahabatan mereka. Cerita keberhasilan ini tidak hanya meninggalkan jejak kegembiraan di hati mereka, tetapi juga menjadi inspirasi bagi kelas-kelas lain untuk mengeksplorasi keberagaman dan bersatu dalam kreativitas.


Melalui perbedaan pendapat dan kerja keras, siswa SMA Stella Duce 2 membuktikan bahwa keindahan tercipta saat keberagaman bersatu dalam harmoni kreativitas.
#KolaborasiKebhinekaan #PentasSukses

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun