Mohon tunggu...
Valen
Valen Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Multimedia

be patient.

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal

Melodi Kreativitas: Panggung Seni di Pendhopo Sekolah

25 Januari 2024   08:30 Diperbarui: 31 Januari 2024   12:05 432
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kelas XE pada Gelar Karya P5 Puncak Lustrum ke-7 SMA Stella Duce 2 Yogyakarta

Mereka bersama-sama membentuk kelompok seni yang kuat di SMA Stella Duce 2, dan hari ini, mereka siap untuk memulai petualangan baru menuju pentas seni sekolah yang akan menjadi babak baru dalam kisah kebersamaan mereka.

Pagi itu, di kelas XE, para siswa berkumpul dengan penuh semangat untuk menyusun pementasan latihan berkala P5 dengan tema kebhinekaan global. Setelah diundi, kelas XE memperoleh tema Borneo/Kalimantan, memicu gelombang ide kreatif dari seluruh anggota kelas. Setelah diskusi yang panjang, keputusan akhir pun diambil: mereka akan menampilkan drama musikal dengan durasi 15 menit yang memukau. Persiapan pementasan dimulai dengan penuh antusiasme. Para siswa sibuk merancang naskah, menciptakan musik, dan mendesain kostum yang mencerminkan keindahan pulau Borneo. Mereka bersemangat untuk memberikan pesan kebhinekaan yang kuat melalui pementasan mereka.

Sejumlah ide cemerlang muncul, mulai dari cerita sejarah budaya hingga kisah fiksi modern yang mencerminkan keindahan pulau Borneo. Konflik muncul ketika beberapa siswa mendukung ide drama musikal yang lebih tradisional, sementara yang lain lebih cenderung menuju konsep yang lebih modern.

Perbedaan pendapat di antara siswa-siswa XE semakin menghangat ketika mereka mulai mendiskusikan aspek-aspek yang lebih teknis dari pementasan mereka. Beberapa siswa memperjuangkan agar drama musikal lebih menggali cerita sejarah budaya Borneo, menyoroti kekayaan warisan nenek moyang yang perlu dilestarikan. Sementara itu, kelompok yang lebih condong ke arah modern ingin menciptakan kisah fiksi yang dapat merangkul pemikiran masa kini dan menghadirkan Borneo sebagai tempat yang dinamis dan berkembang. Pemilihan lagu dan nuansa menjadi medan perdebatan sengit. Sebagian siswa mendukung penggunaan musik tradisional yang khas, sementara yang lain ingin memasukkan elemen musik kontemporer untuk membuat pementasan lebih relevan bagi generasi muda.

Konflik semakin meruncing ketika revisi dari pihak sekolah dilakukan. Sebagian guru menuntut agar aspek edukatif dalam pementasan lebih mendalam dan terkait langsung dengan kebudayaan Borneo. Di sisi lain, ada pula guru yang berpendapat bahwa pementasan harus memiliki nuansa sakral untuk memikat perhatian penonton dan memberikan pengalaman yang lebih mendalam.

Dalam memecahkan konflik ini, siswa-siswa XE harus belajar untuk mendengarkan dan memahami sudut pandang satu sama lain. Proses tersebut membutuhkan kompromi, di mana mereka akhirnya memutuskan untuk menyatukan kedua konsep tersebut. Cerita sejarah budaya Borneo diintegrasikan dengan cerita fiksi modern, dan pemilihan musik mencakup unsur tradisional dan kontemporer.

Revisi dari sekolah menjadi kesempatan bagi siswa-siswa XE untuk menggali lebih dalam kebudayaan Borneo dan menghadirkan pertunjukan yang memiliki nilai edukatif. Di akhir pementasan, para siswa belajar bahwa perbedaan pendapat dan konflik dapat menjadi peluang untuk menciptakan karya yang lebih kaya dan beragam, mencerminkan keindahan kebhinekaan dan kolaborasi. Meskipun terjadi perbedaan pendapat, siswa-siswa XE akhirnya menemukan titik temu melalui diskusi dan kompromi. Mereka memutuskan untuk menggabungkan elemen-elemen tradisional dan modern dalam alur cerita drama musikal mereka, menciptakan narasi yang menarik dan bersifat edukatif.

Saat hari pementasan tiba, ruang kelas dihiasi dengan nuansa Borneo yang khas. Lampu-lampu sederhana dipasang untuk menciptakan atmosfer yang pas. Para penonton, termasuk guru dan siswa dari kelas lain, dengan tak sabar menantikan pertunjukan tersebut. Drama musikal dimulai dengan penuh energi. Cerita menggambarkan kehidupan sehari-hari masyarakat Borneo, memperlihatkan keunikan budaya, keindahan alam, dan keberagaman etnik. Siswa-siswa dengan lincah memainkan peran masing-masing, sementara musik yang dimainkan secara live menambahkan kehidupan pada setiap adegan.

Setelah drama musikal selesai, panggung berganti suasana untuk tarian kreasi khas Borneo. Langkah-langkah indah dan gerakan yang dinamis menciptakan harmoni yang memukau. Penonton terhipnotis oleh keindahan tarian yang mempersembahkan semangat dan kegembiraan. Pementasan ditutup dengan tepuk tangan meriah dari penonton yang terkesan. Para siswa XE merasa bangga atas kolaborasi mereka yang menghasilkan pertunjukan spektakuler. Pada akhirnya, pementasan kebhinekaan global ini bukan hanya merayakan keunikan pulau Borneo, tetapi juga menginspirasi setiap orang untuk merayakan keberagaman dan persatuan.

Setelah tepuk tangan meriah menggema, siswa-siswa XE bersyukur dan senang melihat reaksi positif dari penonton. Mereka bersatu dalam rasa bangga, merayakan keberhasilan pementasan kebhinekaan global mereka. Sejenak setelah panggung selesai dipakai, para siswa berkumpul di belakang panggung, tertawa, dan saling memeluk. Rasa lega tergambar di wajah mereka, karena segala kerja keras dan kompromi selama persiapan akhirnya membuahkan hasil yang gemilang.

Pementasan pun berhasil dilakukan, semua anggota kelas XE berkumpul di belakang panggung dan berbicara disana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun