Mohon tunggu...
Abednego Abimanyu
Abednego Abimanyu Mohon Tunggu... Mahasiswa - Taruna Sekolah Tinggi Meteorologi Klimatologi dan Geofisika

saya abed

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Fenomena dan Dampak Angin Monsun

16 Juli 2023   22:32 Diperbarui: 16 Juli 2023   22:34 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

 I. Abstrak 

Makalah ini membahas fenomena angin monsun, yang merupakan sistem angin musiman yang mempengaruhi wilayah-wilayah di sekitar khatulistiwa. Fokus utama makalah ini adalah menganalisis pola angin monsun, faktor-faktor yang mempengaruhinya, dan dampaknya terhadap berbagai aspek kehidupan manusia dan lingkungan. 

II. Pendahuluan 

Angin adalah udara yang bergerak dari daerah yang bertekanan tinggi ke daerah yang bertekanan rendah. Perbedaan tekanan secara spasial disebabkan oleh berbagai macam faktor, namun diantara faktor-faktor tersebut, perbedaan temperatur merupakan faktor yang sangat dominan. Matahari memainkan peranan yang sangat penting dalam mendistribusikan temperatur ke seluruh permukaan bumi. maupun temporal membentuk pola angin menjadi siklus-siklus seperti harian, bulanan, dan lain-lain. Banyak sekali faktor-faktor yang mempengaruhi angin sehingga angin bervariasi, diantaranya ada perbedaan musim, gaya Coriolis, dan lain-lain. Dari pengaruh gaya-gaya tersebut sehingga terjadi beberapa formasi angin diantaranya yang retaltif dominan adalah angin pasat danangin muson. Angin di wilayah tropis berhembus ke arah khatulistiwa kemudian di wilayah ini terjadi konveksi sehingga udara bersirkulasi ke atas karena pengaruh panas di permukaan bumi sehingga angin terjadi pemuaian, sedangkan pada wilayah sub tropis dan kutub juga mempunya siklus sendiri. Siklus ini disebabkan oleh 2 faktor yang sangat penting, pertama adalah efek Coriolis yang terjadi karena rotasi bumi, dan pemuaian serta pemampatan udara yang disebabkan oleh perpedaan temperatus sehingga merubah densitas udara, yang ringan naik ke atas dan yang berat akan turun ke bawah. Angin muson terjadi di berbagai belahan dunia tetapi tidak di semua wilayah. Arah dan intensitas angin muson selalu berubah setiap enam bulan sekali mengikuti perubahan temperatur di berbagai belahan dunia akibat dari perbedaan musim (musim panas dan musim dingin). Angin muson juga terbentuk di Indonesia yang merupakan daerah tropis walaupun tidak ada perubahan musim panas dan dingin tetapi disebabkan oleh keadaan atmosfir wilayah sekitar. Ada berbagai wilayah yang sangat terkenal dengan musonnya seperti laut utara India, asia, dan lain-lain. Angin di wilayah tropis berhembus ke arah khatulistiwa kemudian di wilayah ini terjadi konveksi sehingga udara bersirkulasi ke atas karena pengaruh panas di permukaan bumi sehingga angin terjadi pemuaian, sedangkan pada wilayah sub tropis dan kutub juga mempunya siklus sendiri. Siklus ini disebabkan oleh 2 faktor yang sangat penting, pertama adalah efek Coriolis yang terjadi karena rotasi bumi, dan pemuaian serta pemampatan udara yang disebabkan oleh perpedaan temperatus sehingga merubah densitas udara, yang ringan naik ke atas dan yang berat akan turun ke bawah. Angin muson terjadi di berbagai belahan dunia tetapi tidak di semua wilayah. Arah dan intensitas angin muson selalu berubah setiap enam bulan sekali mengikuti perubahan temperatur di berbagai belahan dunia akibat dari perbedaan musim (musim panas dan musim dingin). Angin muson juga terbentuk di Indonesia yang merupakan daerah tropis walaupun tidak ada perubahan musim panas dan dingin tetapi disebabkan oleh keadaan atmosfir wilayah sekitar. Ada berbagai wilayah yang sangat terkenal dengan musonnya seperti laut utara India, asia, dan lain-lain 

III. Isi 

A. Angin Monsun ngin monsun adalah pola angin musiman yang terjadi akibat perbedaan suhu dan tekanan di wilayah yang berdekatan. Istilah "monsun" berasal dari kata "mausim" dalam bahasa Arab yang berarti musim. Angin monsun terkait erat dengan perubahan musiman dalam curah hujan dan suhu di wilayah-wilayah tertentu di dunia. Pada dasarnya, angin monsun terbentuk akibat perbedaan suhu antara daratan dan lautan. Pada musim panas, daratan cenderung lebih cepat memanas daripada lautan, sehingga menciptakan daerah tekanan rendah di daratan. Udara panas di daratan naik ke atas dan menyebabkan terbentuknya daerah tekanan rendah. Sebaliknya, lautan yang relatif lebih dingin membentuk daerah tekanan tinggi. Perbedaan tekanan ini menghasilkan aliran angin dari daerah tekanan tinggi di lautan ke daerah tekanan rendah di daratan. Aliran angin ini membawa kelembapan dari lautan ke daratan, menyebabkan hujan musiman di wilayah yang terpengaruh. Di musim dingin, perbedaan suhu berbalik. Daratan menjadi lebih dingin daripada lautan, menciptakan daerah tekanan tinggi di daratan dan daerah tekanan rendah di lautan. Angin musim dingin bertiup dari daratan ke lautan, membuat wilayah daratan menjadi lebih kering. Angin monsun tidak hanya terjadi di satu wilayah, tetapi ada beberapa wilayah di dunia yang mengalami angin monsun, seperti di Asia, Afrika, dan Australia. Setiap wilayah memiliki pola angin monsun yang khas, termasuk variasi musiman dan perubahan dalam intensitas dan durasinya. 

B. Sirkulasi atmosfer yang terkait dengan angin mosun Sirkulasi atmosfer yang terkait dengan angin monsun melibatkan pergerakan udara secara vertikal dan horizontal dalam skala regional maupun global. Sirkulasi ini dipengaruhi oleh perbedaan suhu, tekanan, dan kelembaban di berbagai wilayah. Secara umum, sirkulasi atmosfer terdiri dari dua sel utama, yaitu Sel Hadley dan Sel Ferrel, yang membentuk pola aliran udara vertikal. Sel Hadley terletak di sekitar khatulistiwa, sedangkan Sel Ferrel berada di daerah menengah antara Sel Hadley dan Sel Kutub. Selama musim panas, cahaya matahari yang intens menyebabkan pemanasan lebih besar di daerah tropis, khususnya di sekitar khatulistiwa. Pemanasan ini menyebabkan udara di sekitar khatulistiwa menjadi hangat dan naik ke atas. Udara yang naik membentuk daerah tekanan rendah di sekitar khatulistiwa, yang dikenal sebagai Depresi Equatorial. Udara yang naik ini bergerak ke kutub, membentuk angin Hadley atas. Di atas ketinggian tertentu, udara tersebut mendingin dan turun kembali ke permukaan bumi di sekitar 30 derajat lintang di belahan bumi utara dan selatan. Turunnya udara ini menyebabkan terbentuknya daerah tekanan tinggi, yang dikenal sebagai Antisyklon Subtropis. Udara yang turun ini kemudian mengalir kembali ke khatulistiwa di permukaan bumi, membentuk angin Hadley bawah. Angin Hadley bawah yang bertiup dari kutub menuju khatulistiwa di permukaan bumi terpengaruh oleh rotasi bumi dan disebut sebagai angin Timur Tenggara di belahan bumi utara dan angin Timur Laut di belahan bumi selatan. Angin ini membawa udara yang relatif kering ke wilayah yang terpengaruh oleh angin monsun. Selama musim dingin, perubahan intensitas radiasi matahari menyebabkan pergeseran daerah pemanasan ke belahan bumi lainnya. Daerah pemanasan yang sebelumnya berada di sekitar khatulistiwa sekarang berpindah ke wilayah yang lebih rendah lintangnya, seperti Asia Timur atau Asia Selatan. Udara di sekitar khatulistiwa menjadi lebih dingin dan turun ke permukaan bumi, membentuk daerah tekanan tinggi. Udara yang turun ini menghasilkan angin dari daratan ke lautan, menghasilkan kondisi kering. Selain Sel Hadley, Sel Ferrel juga berperan dalam sirkulasi atmosfer yang terkait dengan angin monsun. Angin Ferrel membawa udara dari daerah lintang menengah menuju khatulistiwa di permukaan bumi, membentuk angin barat. Selain sirkulasi atmosfer global yang melibatkan Sel Hadley dan Sel Ferrel, fenomena iklim seperti El Nio-Southern Oscillation (ENSO) dan osilasi Madden-Julian (MJO) juga mempengaruhi pola angin monsun. Perubahan suhu permukaan laut di Samudra Pasifik selama ENSO dan pergerakan MJO dapat memodifikasi pola aliran udara dan mempengaruhi intensitas dan durasi angin monsun di wilayah-wilayah yang terpengaruh. 

C. Faktor-faktor yang mempengaruhi angin mosun Perbedaan suhu daratan dan lautan: Perbedaan suhu antara daratan dan lautan merupakan faktor utama yang mempengaruhi angin monsun. Pada musim panas, suhu daratan menjadi lebih tinggi daripada suhu lautan, sehingga udara di atas daratan menjadi lebih panas dan naik ke atas. Udara yang naik ini menciptakan daerah tekanan rendah di daratan, sementara di atas lautan terbentuk daerah tekanan tinggi karena udara yang lebih dingin dan turun. Perbedaan tekanan ini menyebabkan angin musim panas bertiup dari lautan ke daratan, membawa curah hujan yang melimpah. Di musim dingin, perbedaan suhu berbalik, dengan suhu daratan yang lebih rendah daripada suhu lautan. Udara dingin di daratan turun ke permukaan dan menciptakan daerah tekanan tinggi di daratan, sementara di atas lautan terbentuk daerah tekanan rendah. Perbedaan tekanan ini menyebabkan angin musim dingin bertiup dari daratan ke lautan, sehingga wilayah daratan menjadi kering. Efek topografi: Topografi atau bentuk permukaan bumi juga mempengaruhi pola angin monsun. Pegunungan atau dataran tinggi dapat mempengaruhi aliran angin monsun dengan memodifikasi arah dan kecepatan angin. Ketika angin monsun mengalir melintasi pegunungan, mereka dipaksa naik dan mendingin, yang menyebabkan kondensasi dan curah hujan di sisi angin lembah. Di sisi lain, di bagian yang berlawanan dari pegunungan, angin akan menurun dan menjadi lebih kering. Dengan demikian, topografi memainkan peran penting dalam membentuk pola distribusi curah hujan dan iklim lokal di wilayah yang terpengaruh oleh angin monsun. Pengaruh sirkulasi atmosfer global: Sirkulasi atmosfer global juga mempengaruhi pola angin monsun. Salah satu contohnya adalah El Nio-Southern Oscillation (ENSO), yaitu fluktuasi suhu permukaan laut di Samudra Pasifik yang dapat mempengaruhi pola angin monsun di wilayah-wilayah yang jauh. Selama fase El Nio, suhu permukaan laut di Samudra Pasifik bagian tengah dan timur menjadi lebih hangat dari biasanya, yang dapat mengubah pola aliran angin dan mengganggu pola angin monsun normal. Hal ini dapat menyebabkan variasi yang signifikan dalam curah hujan dan suhu di wilayah-wilayah yang terpengaruh oleh angin monsun. Faktor-faktor sirkulasi atmosfer global lainnya, seperti osilasi Madden-Julian (MJO) dan indeks Samudra Hindia Dipole (IOD), juga dapat berperan dalam mempengaruhi intensitas dan durasi angin monsun di wilayah Asia. 

D. Dampak angin monsun pada lingkungan Dampak angin monsun pada ekosistem darat: -Perubahan Vegetasi: Angin monsun mempengaruhi distribusi curah hujan di wilayah yang terpengaruh. Pada musim hujan, angin monsun membawa kelembapan yang cukup untuk mendukung pertumbuhan tumbuhan. Hal ini dapat menyebabkan perubahan dalam vegetasi, seperti pertumbuhan tanaman, perubahan pada komposisi spesies, dan peningkatan keanekaragaman hayati. -Kebakaran Hutan: Angin monsun juga dapat mempengaruhi kebakaran hutan. Pada musim kemarau, angin monsun yang kering dan panas dapat menyebabkan kekeringan dan meningkatkan risiko kebakaran hutan. Angin yang kuat juga dapat mempercepat penyebaran api dan menyulitkan upaya pemadaman. -Penyebaran Spesies: Angin monsun memiliki peran penting dalam penyebaran spesies. Angin yang kuat dapat membawa biji-bijian, spora, atau serbuk sari ke wilayah yang jauh dari tempat asalnya, memfasilitasi penyebaran spesies tumbuhan dan mikroorganisme. Dampak angin monsun pada ekosistem perairan: -Pola Arus Laut: Angin monsun mempengaruhi pola arus laut di wilayah-wilayah yang terkena penaruhnya. Angin yang kuat dapat mendorong terbentuknya arus laut yang kuat, baik secara vertikal maupun horizontal. Hal ini dapat mempengaruhi pergerakan massa air, distribusi nutrien, dan migrasi organisme laut. -Upwelling: Angin monsun yang bertiup sepanjang pantai dapat menyebabkan proses upwelling. Upwelling adalah pergerakan massa air dingin dari kedalaman laut ke permukaan, membawa nutrien kaya ke zona permukaan. Hal ini dapat meningkatkan produktivitas biologis di perairan tersebut dan mendukung kelimpahan plankton dan ikan di wilayah-wilayah yang terpengaruh. -Produktivitas Biologis: Angin monsun juga mempengaruhi produktivitas biologis di ekosistem perairan. Pola angin monsun yang terkait dengan perubahan musiman dalam curah hujan dan suhu permukaan laut dapat mempengaruhi ketersediaan nutrien, tingkat pencahayaan, dan kondisi lingkungan lainnya yang diperlukan untuk pertumbuhan dan reproduksi organisme laut. 

VI. Kesimpulan

 Angin monsun dalam konteks regional dan global. Perubahan angin monsun dapat memiliki dampak signifikan pada pertanian, kehidupan masyarakat, dan lingkungan. Oleh karena itu, penelitian lebih lanjut dan tindakan adaptasi yang efektif diperlukan untuk mengurangi dampak negatif dan memanfaatkan potensi positif angin monsun dalam menghadapi tantangan perubahan iklim global.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun