Mohon tunggu...
Angeline Christie
Angeline Christie Mohon Tunggu... Mahasiswa - PCU Interior Design'18 Student

just an ordinary girl who love to share anything about interior design and food!

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Perlukah Seorang Interior Designer Mengerti Psikololgis?

29 November 2021   23:10 Diperbarui: 29 November 2021   23:13 189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Profesi desain interior yang saat ini mulai banyak digemari oleh banyak anak muda ternyata memiliki banyak fakta -- fakta unik loh. Bisa dibilang, profesi ini hampir sama dengan arsitektur, hanya saja berbeda skala. Kalau arsitektur mulai dari nol atau sebuah tempat kosong, arsitektur merancang struktur bangunan. Nah, kalo desain interior bertugas merancang atau menggubah sebuah ruang sampai ruang tersebut berfungsi sesuai dengan kebutuhannya. Ruang itu juga harus punya fungsi emosional buat penggunanya!

Sebagai seseorang yang menekuni profesi ini ternyata bukan hanya harus menguasai bidang desain loh! Seorang desainer interior bahkan tidak harus jago gambar, yang lebih penting Ia harus memiliki kepekaan dan memahami apa yang ada di lingkungan dan sekitarnya, percaya ga? Alasannya simple banget sih sebenarnya, hal ini sangat dibutuhkan oleh desainer interior untuk mengerti gaya dan karakter dari klien atau pengguna dari objek yang dirancangnya.

Berarti jadi desainer harus paham psikologis? Pastinya! Tapi jangan takut dulu, seorang desainer interior hanya perlu memahami sifat dan sikap kliennya saat melakukan meeting dan wawancara. Karakter dari klien tersebut dapat dilihat dari caranya menjawab atau menanggapi pertanyaan - pertanyaan yang kita ajukan serta referensi - referensi gambar yang Ia perlihatkan kepada kita.

Ternyata ada hal yang lebih penting nih! Memahami psikologi terhadap ruang yang akan dirancang. Percaya gak percaya, psikologi ruang dapat mempengaruhi orang yang ada di dalamnya loh. Ruang, baik di rumah maupun di kantor  memiliki peran utama pada psikolgis dan perilaku pengguna karena sebagian besar hidup manusia dihabiskan di dalam ruangan. Kali ini, psikologis ruang yang dimaksud adalah interaksi antara manusia dan ruang yang dihuni. Banyak banget yang jadi elemen -- elemen psikologis dalam ruang diantaranya adalah warna, pencahayaan, skala dan proporsi, dan masih banyak lagi. Elemen -- elemen tersebut memiliki dampak pada bagaimana pengguna bertindak atau pada apa yang mereka rasakan. Oleh karena itu, dalam perancangan desain harus mempertimbangkan juga karakter dan gaya penggunanya.

Psikologi ruang memiliki dampak langsung pada alam bawah sadar pengguna. Psikologi ruang berkontribusi pada emosi dan persepsi pengguna, melalui bagian khusus otak yang bereaksi terhadap geometri ruang yang di tempati. Oleh karena itu desain interior menjadi bagian yang melekat dari psikologi seseorang.

Berdasarkan teori -- teori psikologis desain yang ada, warna yang hangat seperti warna  merah, jingga, kuning, dan emas akan membuat penggunanya merasa intim dan dekat dengan ruang. Sedangkan warna dingin seperti biru, biru muda, abu -- abu muda, dan perak akan membuat penggunanya merasa lega dan ruang menjadi lebih luas sehingga warna -- warna tersebut ideal untuk diaplikasikan pada ruang yang sempit.

Pencahayaan yang redup akan membuat penggunanya merasa lelah dan tidak bersemangat berbeda dengan pencahayaan yang terang dan sesuai kebutuhan akan membantu merangsang produktifitas pengguna dalam ruang agar menjadi lebih bersemangat.

Skala dan proporsi dalam perancangan ruang juga merupkan elemen yan sangat penting untuk diperhatikan. Hal ini berkaitan erat dengan bagaimana orientasi ruang dan karakteristiknya dan dimensi, sirkulasi, serta ruang gerak. Ruang yang sirkulasinya kurang baik akan membuat pengguna merasa tidak betah dalam ruangan tersebut dan sebaliknya.

Nah! Dengan memperhatikan elemen -- elemen ruang tersebut kita sebagai desainer dapat mempengaruhi suasana hati dari pengguna ruang. Karena interior sangat dekat dengan psikologis dan kebutuhan penggunanya maka perancangan interior juga dipengaruhi oleh karakter penggunanya sendiri. Masing -- masing gaya interior mengekspresikan tampilan yang berbeda -- beda. Dengan memilih gaya desain interior yang sesuai dengan karakter pengguna, tetenya dapat memberikan kenyamanan yang lebih saat beraktivitas di dalam ruang tersebut. Yuk, simak beberapa gaya desain interior yang ssesuai dengan kepribadian penggunanya!

1. Gaya Minimalist

Gaya desain minimalis sangat menjada efetivitas penggunaan barang yang tidak dibutuhkan sekalipun dapat mempercantik tampilan hunian. Para pragmatis yang terbiasa menyelesaikan pekerjaan secara praktis akan sangat terbantu oleh prinsip interior dari gaya desain minimalis ini. Kesan simple dan tenang yang terpancar dari gaya interor minimalis dapat membangun suasana kondusif bagi para introvert. Selain itu, gaya desain ini juga lekat dengan tampilan rapi dan sleek. Para perfeksionis yang anti dengan tumpukan barang dan terobsesi dengan kebersihan dapat menerapkan prinsip desain interior dengan gaya minimalis ini.

2. Gaya Scandinavian

Gaya desain Scandinavian, desain yang lapang, bersih, chic and comfy, adalah kesan yang didapatkan dari desain interior scandinavian. Gaya desain interior yang satu ini banyak menggunakan unsur kayu sebagai material utama. Scandinavian interior sangat mengedepankan fungsi serta kenyamanan. Gaya ini menampilkan kehangatan melalui materal utamanya. Buat kalian yang suka mengundang teman dan kerabat datang untuk berkumpul dapat menjadikan gaya desain ini sebagai pilihan. Maka dari itu gaya desain ini sangatlah cocok untuk orang yang ramah, terbuka, serta sangat mementingkan persahabatan.

3. Gaya Classic

Sedangkan gaya desain classic sangat cocok dengan orang -- orang yang mementingkan kualitas serta memiliki kepribadian yang menarik, jujur, dan keras. Hal ini sesuai dengan gaya desain interior klasik yang cendurung megah dan banyak ukiran. Gaya desain ini memberikan kesan yang mewah dan elegan untuk penggunanya.

4. Gaya Modern

Contoh yang terakhir adalah gaya desain modern yaitu gaya desain yang kekinian, fungsional, dan terus mengikuti perkembangan jaman. Gaya desain interior ini biasanya dihiasi dengan garis -- garis geometrik. Gaya desain ini sangat sesuai dengan orang yang terorganisir dan professional.

Dari contoh -- contoh di atas pasti makin bingung ya kenapa sih kita seorang desainer perlu tau tentang hal -- hal tersebut? Padahal desainer interior biasanya hanya diberi tanggung jawab untuk merancang desain yang dapat menyelesaikan masalah dan memenuhi kebutuhan dari pengguna. Namun, sebagai seorang desainer kita tidak bisa memisahkan ruang dengan penggunanya. Sebuah ruang harus bisa juga memberikan makna dan identitas dari penggunanya. Karena dengan adanya karakter pengguna yang masuk dalam desain sebuah ruang dapat membuat ruang tersebut lebih hidup dan dapat bercerita.

Maka dari itu seorang desainer diharuskan untuk peka dan memahami karakter dari pengguna maupun lingkungan yang ada di sekitar penggunanya. Jadi! Saat merancang ruang, jangan lupa buat perhatikan penggunanya dan terapin prinsip -- prinsip psikologi ruang supaya orang yang akan menggunakan ruang tersebut betah beraktivitas di dalam!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun