Setelah saya dan teman-teman wawancara dengan guru BK di SMA Surya Buana Malang, ternyata perjalanan mewujudkan konseling yang efektif untuk murid-muridnya cukup menarik loo untuk kita bahas disini...
Seperti kebanyakan problema layanan bimbingan konseling di sekolah-sekolah lain, dulunya BK disini juga memiliki problem yang sama yaitu Guru yang tidak linier dengan kemampuan konseling malah dijadikan Guru BK.
Namun, setelah Ibu Sharifa Aisyah atau kerap dipanggil bu ifa ini datang ke sekolah surya buana pada bulan September 2019, mulailah tertata layanan Bimbingan dan Konselingnya, mulai dari administrasi, pelaksanaan, sistematika perlahan mulai terbentuk. Kebetulan bu Ifa ini lulusan Bimbingan Konseling Islam di UIN Surabaya, jadi linier yaa dengan kebutuhan Guru BK di sekolah ini.
Layanan Bimbingan dan Konseling saat ini
Untuk fasilitas mungkin ruagan BK disini belum sesuai standarisasi, ruangannya ya terbatas, sehingga privasi mungkin kurang aman. Tetapi fasilitas lain lumayan membantu seperti adanya kipas angin, air galon, meja dan kursi, juga karpet disediakan untuk yang ingin konseling kelompok.
Untuk tenaga pendidik memang hanya bu Ifa saja guru BK di sekolah ini, karena memang kan muridnya cuma 50 orang, itu juga seharusnya masih kurang loh, Satu guru BK kan harusnya bisa menangani 150 - 160 siswa.
Untuk layanan klasikal di kelas itu ada, Bu Ifa masih diberikan jam untuk mengajar masing-masing kelas itu sekitar 45 menitan per pertemuan setiap minggunya.
Sistem pembelajaran di kelas bu Ifa memakai modul yang beliau buat sendiri pada tahun 2019 bersama anak magang. Salah satu model pembelajarannya, mereka presentasi membuat PPT Â juga membuat semacam lembar penilaian. "Misalkan kelas 12 kemarin itu ada tema pacaran di usia remaja, Maka kelompok yang kebagian itu selain membuat PPT mereka juga membuat lembar penilaian, Maksudnya kayak misalkan menurut pandangan kalian pacaran itu lebih banyak memberikan keuntungan atau kerugian, Itu masing-masing anak dikasih kertas dan jawab sesuai dengan pengalamannya gitu sih pembelajaran ibu sementara ini" tutur bu Ifa.
Untuk murid kelas 12 ada layanan penyaluran dan penempatan, maksudnya Bu ifa memfasilitasi untuk mulai merekapkan data mereka terus mengumpulkan angket-angket atau penggalian data untuk mengetahui apakah setelah lulus itu mereka melanjutkan keperguruan tinggi  atau mengikuti kursus pelatihan atau langsung kerja atau langsung menikah. Bu Ifa mengatakan "Jadi, Ibu sudah mulai bentuk form ini ya yang istilahnya dari hasil psikotest Kemudian nanti didiskusikan dengan orang tua, Jika data ini sudah terkumpul semua baru Ibu jadwalkan untuk counseling karir".
Nah, menariknya lagi disini ada layanan konseling individu yang memang dijadwalkan untuk semua murid. Jadi sebulan itu, mesti ada satu hari seorang murid itu jadwalnya untuk konseling. Entah itu diambil atau tidak yang penting sudah terjadwal, begitu loh, entah itu menceritakan pribadinya, sosial, belajar ataupun karir.
Ketertarikan Siswa pada Layanan BK
Menurut bu Ifa semua itu kembali pada murid masing-masing, Kadang ada anak itu yang senang mau cerita, tapi kadang ada yang sudahlah aku bisa mengatasi sendiri atau bisa lebih nyaman cerita ke temannya.
Bu Ifa sendiri juga bisa dikatakan dekat dengan murid-muridnya begitupun sebaliknya. Menurut beliau, sebagai seorang guru pembimbing Bu Ifa harus memposisikan dirinya selayaknya sahabat bagi murid-muridnya. Dengan hal itu, murid akan merasa lebih nyaman dan terbuka kepada Bu Ifa.
Problematika serta Solusi guru BK dalam Menyelesaikan Problem Siswa
1. Memanggil murid tersebut dan menasehati dengan sebaik mungkin
Disini murid yang melakukan kesalahan yang sekiranya masih bisa dibina yaudah dikasih kesempatan. Menurut bu Ifa penting bagi beliau mengetahui bagaimana cara menciptakan rasa nyaman kepada siswa agar mereka bisa menerima nasihat yang diberikan dengan hati yang lapang tanpa membenci setelahnya.
2. Membuat surat pernyataan tidak mengulangi kesalahan lagi
Seperti contoh murid yang ketahuan membawa HP padahal kan sudah tidak boleh  Ya itu tetap anaknya di panggil  kemudian disuruh meulis surat pernyataan dan perjanjian yang dia tahu konsekuensinya harus dijalankan dan ke depannya harus lebih baik dan tidak mengulangi kesalahan lagi.
3. Memanggil orang tua murid
Menurut Bu Ifa, antara guru, murid, dan orang tua murid harus klik dan bersatu Jadi saya  Mesti ketika  Menyampaikan ke orang tua  Saya gak bisa kerja sendiri, Kalau ada masalah mesti saya panggil orang tuanya, Ya Alhamdulillahnya orang tua disini juga Mendukung kalau misalkan anaknya ketahuan merokok, ya orang tuanya dengan senang hati mau datang kesini, nggak yang malah menuntut gitu.
"Beliau-beliau itu begitu  Saling support  mengembangkan hasil yang maksimal demi kebaikan anak, karena memang kita itu butuh saling sinergi. Jadi tetap meski meskipun ini anak-anak sudah SMA  tetap setiap kali ada masalah atau ketahuan membawa rokok aja sudah kita panggil, Ketahuan pacaran atau apa sudah sering kita panggil, semua itu kita lakukan demi karakter murid yang lebih baik" tutur bu Ifa.
Referensi:
Rofiqoh, Rosidi, S., & Pawelzick, C.A. (2023). Personal and social factors of resilience: Factorial validity and internal consistency of Indonesian Read. International Journal of. Advanced Psychiatric Nursing.5(1):113-120.
Rofiqoh, Wiyono, B. B., Ramli, & Mappiare, A. (2017). Practical Guideline of Solution-focused Counseling to Optimize Educational Sustainability and Continuation: A Design Research within Indonesian Context. The International Journal Of Humanities & Social Studies. 5 (11).
Rofiqoh. (2023). The Effect of Self-compassion and Support Systems on Flourishing in Students. Proceedings of the Conference of Psychology and Flourishing Humanity (PFH 2022). Atlantis Press. Pp. 68-76.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H