Jember, 19 November 2024 - Penggunaan mikroorganisme pengolah limbah merupakan salah satu solusi ramah lingkungan dalam mengatasi permasalahan limbah. Mikroorganisme bekerja secara efisien dalam mengurai limbah organik dan mengurangi dampak negatifnya terhadap lingkungan. Pengaplikasian mikroorganisme dalam industri dan lingkungan alam telah menunjukkan hasil yang menguntungkan dan menjanjikan untuk masa depan yang lebih berkelanjutan.
Masalah pencemaran sungai di Jember, khususnya Sungai Bedadung, telah menjadi perhatian serius. Namun, di balik masalah tersebut, ternyata terdapat potensi solusi yang menjanjikan. Penelitian yang dilakukan oleh Dr. Kukuh Munandar, M.Kes mengenai keanekaragaman ikan dan kandungan logam berat di Sungai Bedadung membuka peluang pemanfaatan mikroorganisme dalam mengatasi masalah ini (Munandar et al., 2016).
Seperti yang kita ketahui, Sungai Bedadung telah tercemar oleh berbagai jenis limbah, termasuk logam berat seperti timbal (Pb) dan kadmium (Cd). Kondisi ini tidak hanya mengancam keberlangsungan ekosistem sungai, tetapi juga berpotensi membahayakan kesehatan masyarakat. Namun, di tengah kondisi yang memprihatinkan tersebut, terdapat secercah harapan (Munandar et al., 2016).
Mikroorganisme sebagai Agen Pengurai Alami
Mikroorganisme, seperti bakteri dan jamur, memiliki kemampuan luar biasa dalam mengurai berbagai jenis bahan organik, termasuk logam berat. Beberapa jenis bakteri, seperti Pseudomonas dan Bacillus, telah terbukti efektif dalam mendegradasi bahan organik dan mengurai logam berat yang mencemari air. "Pemanfaatan mikroorganisme dalam pengelolaan limbah merupakan pendekatan yang ramah lingkungan dan berkelanjutan," ujar Dr. Kukuh Munandar, M.Kes yang disampaikan saat kegiatan pembelajaran mata kuliah mikrobiologi terapan. Mikroorganisme dapat membantu kita membersihkan lingkungan tanpa menimbulkan dampak negatif bagi ekosistem. Ikan yang digunakan sampel kandungan logam berat Pb dan Cd adalah ikan sapu-sapu yang ada di sungai Bedadung. Ikan sapu-sapu merupakan ikan sedimen dan berperan sebagai konsumen pertama dalam rantai makanan di ekosistem sungai. Selain itu ikan sapu-sapu merupakan jenis ikan yang tertangkap paling banyak dan paling dicari masyarakat sekitar sungai Bedadung (Munandar, et al., 2016).Â
Potensi Penerapan Teknologi Biofilter
Salah satu teknologi yang dapat memanfaatkan potensi mikroorganisme adalah biofilter. Teknologi ini bekerja dengan cara mengalirkan air yang tercemar melalui media yang mengandung mikroorganisme. Selama proses tersebut, mikroorganisme akan mengurai polutan dalam air, sehingga menghasilkan air yang lebih bersih. Penerapan teknologi biofilter di Sungai Bedadung dapat menjadi solusi yang efektif untuk mengatasi masalah pencemaran. Selain itu, teknologi ini juga dapat dimanfaatkan dalam berbagai sektor, seperti industri pengolahan makanan dan pertanian. Menurut Dr. Kukuh Munandar, M.Kes  "Perlu adanya bak TPS (Tempat Pembuangan Sampah) di sekitar sungai Bedadung karena  melimpahnya sampah dan cemaran limbah lainya dan air sungai diambil sebagai air baku air minum oleh pdam. Sealain itu juga kandungan logam berat pada jenis ikan lainnya sesuai dengan ikan yang dikonsumsi masyarakat."
Apa langkah selanjutnya ?
Pemanfaatan mikroorganisme dalam pengelolaan lingkungan masih terus dikembangkan. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengidentifikasi jenis mikroorganisme yang paling efektif dalam mengurai berbagai jenis polutan. Selain itu, perlu dilakukan upaya untuk mengembangkan teknologi biofilter yang lebih efisien dan terjangkau. Pencemaran sungai merupakan masalah kompleks yang membutuhkan solusi yang komprehensif. Pemanfaatan mikroorganisme merupakan salah satu alternatif yang menjanjikan. Dengan dukungan dari berbagai pihak, kita dapat menciptakan lingkungan yang lebih bersih dan sehat untuk generasi mendatang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H