Habermas adalah psikolog lain yang percaya bahwa interaksi---dengan orang lain dan dengan lingkungan---memiliki dampak signifikan terhadap pembelajaran. Harbermas membagi jenis pembelajaran menjadi tiga kategori berdasarkan anggapan ini:
- Belajar teknis (technical Learning);
- Belajar praktis (Practical Learnung);
- Belajar emansipatoris (Emancipatory Learning).
- Siswa belajar bagaimana berinteraksi dengan lingkungan alam melalui pembelajaran teknologi. Mereka meneliti kemampuan dan pengetahuan yang dibutuhkan untuk mengatur dan mengelola alam. Siswa belajar bagaimana berinteraksi selama pembelajaran praktis, namun pada titik ini, interaksi dengan orang-orang di sekitar mereka menjadi lebih penting. Pada titik ini, pengetahuan siswa tentang alam melampaui pemahaman kering dan terisolasi dari kaitannya dengan manusia. Namun jika menyangkut hal yang membuat manusia penasaran, mengetahui alam sebenarnya penting.
- Sementara itu, siswa berupaya untuk mendapatkan pemahaman dan kesadaran terbesar tentang pergeseran budaya (transformasi) dalam suatu lingkungan melalui pembelajaran emansipatoris. Karena transformasi budaya dianggap sebagai tujuan akhir pendidikan, Harbermas memandang pemahaman dan pengetahuan tentang budaya sebagai puncak pembelajaran.
- Pembelajaran menurut humanistic carl roger.
- Semua orang memiliki keinginan bawaan untuk sepenuhnya mewujudkan tujuan mereka dan bertindak dengan cara yang konsisten dengan siapa mereka, menurut Rogers. Terapi yang berpusat pada orang didirikan oleh psikolog Carl Rogers. Dalam upaya membantu klien memperbaiki kondisinya, metode ini tidak menghakimi dan tidak memberikan bimbingan yang mengharuskan klien mendefinisikan dirinya sendiri. Maslow mengemukakan teorinya yang menyatakan bahwa setiap orang mempunyai dorongan untuk memuaskan keinginan dalam tatanan hierarki, hampir secara bersamaan. Di bidang psikologi klinis, psikologi fenomenologis-eksistensial, psikologi humanis, dan terapi, Rogers terkenal.
- Rogers merupakan seorang psikologi humanistik yang mementingkan perlunya sikap saling menghargai dan tanpa prasangka dalam membantu individu mengatasi masalah-masalah kehidupannya. Rogers berpendapat bahwa peserta didik yang belajar hendaknya tidak dipaksa akan tetapi mereka dibiarkan untuk belajar bebas, peserta didik harapannya dapat megambil Keputusan sendiri dan bertanggung jawab atas pilihannya. Rogers mengemukakan lima hal penting dalam proses belajar humanistic yaitu:
- Keingintahuan manusia yang terus menerus terhadap dunia disekitarnya inilah yang mendorong keinginannya untuk belajar.
- Pembelajaran bermakna, dimana peserta didik memutuskan apakah tugas yang diselesaikannya bermanfaat atau tidak.
- Pembelajaran bebas hukuman, dimana peserta didik tidak takut akan hukuman sehingga bebas berekspresi dan mencoba berbagai hal sampai mereka menemukan sesuatu baru
- Belajar atas inisiatif mereka sendiri mengacu pada tingginya motivasi belajar intrinsik yang ditunjukkan oleh siswa yang mandiri dan percaya diri yang mampu membuat keputusan sendiri dan mempertimbangkan apa yang terbaik bagi mereka secara pribadi.
- Belajar dan berubah: Siswa perlu mengembangkan kemampuan menghadapi keadaan dan situasi yang selalu berubah.
- Menurut Rogers, tujuan pendidikan adalah membantu peserta didik dalam mewujudkan potensi dirinya berdasarkan karakteristik dan keterampilan mendasarnya. Selain itu, Rogers menyatakan bahwa faktor utama yang mempengaruhi proses pembelajaran adalah signifikansi atau kebermaknaan pembelajaran.
- Ketika pembelajaran dianggap berkaitan dengan kebutuhan dan tujuan siswa, maka pembelajaran yang signifikan akan terjadi. Selain itu, Rogers menegaskan bahwa semua orang memiliki kapasitas bawaan untuk belajar. Dan oleh karena itu timbullah kecenderungan untuk belajar (inclined to learning). Hal ini terlihat dari keinginan alami anak untuk menyelidiki lingkungan sekitarnya dan mencari serta memahami pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman.
- Karena manusia memiliki potensi perbaikan yang sehat, pandangan humanistik Rogers lebih optimis dan antusias terhadap manusia pada umumnya. Landasan teori ini sesuai dengan pengertian umum tentang humanisme, yang diartikan sebagai filsafat, sikap, dan cara hidup yang mengutamakan nilai-nilai kemanusiaan serta menekankan pada kehormatan, harga diri, dan kemampuan mewujudkan potensi diri untuk tujuan tertentu. sasaran. Ide-ide ini selanjutnya akan dikaitkan dengan pembelajaran dan pendidikan yang manusiawi.
- Â
- Pembelajaran humanistic menurut arbaham maslow.
Menurut Abraham Maslow, perilaku manusia terutama bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hierarkis. Salah satu pendiri aliran humanistik adalah Abraham Maslow. Salah satu pendiri aliran humanistik adalah Abraham Maslow. Maslow berpendapat bahwa manusia bergerak dalam upaya untuk sepenuhnya memahami dan merangkul siapa diri mereka. Gagasan Maslow tentang hierarki kebutuhan merupakan hipotesis yang terkenal. Menurut Maslow, manusia didorong untuk memenuhi kebutuhan dasarnya. Dari yang terendah (dasar/fisiologis) hingga yang tertinggi (aktualisasi diri), persyaratan ini diurutkan.
Dari sudut pandang humanistik menuntut potensi siswa untuk tumbuh dan berkembang serta kemandiriannya untuk mengambil keputusan sendiri dalam hidup. Pendidikan humanistik memandang siswa sebagai agen otonom yang harus memilih tujuan hidupnya sendiri. Ditekankan kepada siswa bahwa mereka harus merasa bertanggung jawab atas kehidupan mereka sendiri dan kehidupan orang lain.
Hirarki kebutuhan menurut Abraham Maslow Adapun hirarki kebutuhan tersebut adalah sebagai berikut:
- Kebutuhan fisiologis dasar, seperti makan dan minum
- Tuntutan akan rasa aman, nyaman, dan ketenangan jiwa, termasuk perlindungan terhadap tindak kriminal, binatang berbahaya, penghinaan, dan cemoohan.
- Keharusan menerima cinta dan kasih sayang berdasarkan persepsi seseorang dalam lingkungan pergaulannya
- Persyaratan rasa hormat sebagai ukuran betapa pentingnya orang lain memiliki keyakinan dan akuntabilitas terhadap diri sendiri
- Kebutuhan aktualisasi diri untuk menunjukkan dan memvalidasi diri kepada orang lain.
Menurut analisis lain, gagasan mendasar teori Maslow adalah bahwa kebutuhan dikelompokkan dalam suatu hierarki. Kebutuhan fisiologis merupakan tingkat keinginan yang paling rendah, sedangkan dorongan untuk aktualisasi diri merupakan tingkat yang paling besar. Maslow membuat asumsi bahwa sebelum memfokuskan perilaku mereka untuk memenuhi kebutuhan tingkat yang lebih tinggi, orang berusaha untuk memenuhi kebutuhan dasar, atau tuntutan fisiologis mereka.
Beberapa hal pokok dalam pemikiran Maslow penting kita ketahui untuk memahami pendekatan hirarki kebutuhan:
- Ketika kebutuhan terpenuhi, kebutuhan tersebut tidak lagi berfungsi sebagai sumber insentif. Misalnya, penghargaan kehilangan kemampuannya untuk memotivasi ketika seseorang yakin bahwa mereka telah diberi kompensasi yang cukup atas kontribusinya terhadap bisnis.
- Ketidakpuasan, konflik, dan ketegangan dapat diakibatkan oleh kebutuhan yang tidak terpenuhi. Keinginan yang tidak terpenuhi berisiko dari sudut pandang manajerial karena memberikan hasil kinerja yang tidak menguntungkan.
- Maslow membuat asumsi bahwa individu harus terus tumbuh dan berkembang untuk memenuhi kebutuhannya, dan mereka akan melakukannya dengan naik hierarki. Bagi sebagian orang, anggapan ini mungkin benar, namun tidak bagi sebagian lainnya.
- Pembelajaran menurut humanitstic Kolb
- Teori pembelajaran humanistik, khususnya jika diterapkan pada teori belajar Kolb, menguraikan metode yang mengutamakan pengalaman langsung dan pemikiran mawas diri selama proses pembelajaran. Empat tahapan Model Pembelajaran Berbasis Pengalaman (Experiential Learning Model) meliputi pengalaman konkrit, observasi/refleksi, konseptualisasi/teori, dan eksperimen/terapan, dan dirancang oleh psikolog dan pakar manajemen David Kolb.
- Pengalaman Konkret: Fase ini melibatkan siswa yang memiliki pengalaman langsung dengan keadaan atau tugas tertentu. Simulasi, aktivitas langsung, atau interaksi sosial semuanya dapat digunakan untuk memberikan pengalaman ini. Observasi/Refleksi (Observasi Reflektif): Pelajar mempertimbangkan suatu peristiwa setelah peristiwa itu terjadi. Mereka merefleksikan perasaan mereka, pengalaman mereka, dan pelajaran yang bisa mereka ambil darinya.
- Konseptualisasi/Teori (Abstract Conceptualization): Tahap ini melibatkan pengembangan pemahaman konseptual atau teoritis dari pengalaman yang telah direfleksikan. Pembelajar mencoba mengorganisir pengalaman mereka menjadi konsep atau teori yang dapat diterapkan secara lebih umum.
- Eksperimen/Terapan (Eksperimen Aktif): Siswa menguji teori atau konsep yang telah dipelajarinya pada fase terakhir ini dengan melakukan tindakan langsung. Mereka berupaya menerapkan apa yang telah mereka pelajari ke dalam praktik di lingkungan baru, terlibat dalam siklus pembelajaran yang tidak pernah berakhir..
- Penerapan Teori humanisme dalam pembelajaran
Karena teori humanistik sulit diterapkan di dunia nyata, teori ini sering dipertanyakan. Teori ini dianggap lebih berpijak pada kenyataan. Namun karena sifatnya yang idealis yaitu memanusiakan manusia teori humanistik dapat memandu seluruh komponen pembelajaran guna membantu mencapai tujuan tersebut. Pembangunan manusia ideal, yakni manusia yang diupayakan, yang mampu mencapai aktualisasi diri, merupakan tujuan seluruh aspek pendidikan, termasuk tujuan pendidikan. Oleh karena itu, penting untuk memantau kemajuan siswa menuju aktualisasi diri, kesadaran diri, dan realisasi diri.
Guru harus mempertimbangkan pengalaman emosional dan kualitas pembelajaran individu yang unik saat merancang pembelajaran. Sebab seseorang yang sadar akan jati dirinya dan mempunyai kemampuan memilih bagaimana ingin berkembang akan lebih mampu belajar. Humanisme mampu menggambarkan bagaimana tujuan ideal tersebut dapat dicapai dengan cara ini. Teori humanistik akan sangat membantu para pendidik dalam memahami arah pembelajaran dalam arti luas, sehingga memungkinkan mereka untuk selalu merencanakan dan melaksanakan kegiatan pembelajaran guna mencapai tujuannya dalam lingkungan tertentu.
Kontribusi teori humanistik ini sangat besar, meskipun faktanya masih sulit untuk mengubahnya menjadi proses pembelajaran yang realistis dan operasional. Guru dan pendidik dapat memperoleh manfaat dari gagasan, konsep, taksonomi, dan aspirasinya ketika mereka berupaya memahami hakikat jiwa manusia. Mereka akan mampu menerjemahkan komponen pembelajaran tersebut ke dalam tindakan yang lebih spesifik dan bermanfaat dengan menggunakannya untuk menetapkan rumusan, tujuan, pemilihan materi, dan psikoterapi pendidikan. kepribadian atas dan mata pelajaran yang menantang, sehingga pilihan metode pengajaran dan penciptaan instrumen penilaian diarahkan pada pertumbuhan pribadi yang kita inginkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H