Mohon tunggu...
Martin Dennise Silaban
Martin Dennise Silaban Mohon Tunggu... Wiraswasta - Community Organizer

A learner. Who's interested by social issues, Theology, Philosophy, and Community Empowerment.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

(Terus) Berinovasi Sosial

26 Januari 2024   15:49 Diperbarui: 26 Januari 2024   15:58 189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.visualcapitalist.com/top-global-risks-in-2024/

Pada akhir tahun 2023 dan memasuki tahun 2024, World Bank /Bank Dunia menyebutkan bahwa dunia sedang menghadapi Triple Crisis/ 3 krisis yang terjadi secara bersamaan. Krisis tersebut terjadi di dalam Development/Pembangunan, Climate/Iklim dan Nature /Lingkungan Hidup. Ketiga nya menjadi tantangan yang tidak terhindarkan yang harus dihadapi oleh semua masyarakat di Dunia.

https://www.visualcapitalist.com/top-global-risks-in-2024/
https://www.visualcapitalist.com/top-global-risks-in-2024/

Selain itu, dalam Global Risk Report tahun 2024  menyampaikan bahwa Cuaca Ekstrim yang merupakan salah satu dampak dari Perubahan iklim menjadi resiko yang diprediksi paling dirasakan oleh Masyarakat. 

Melihat pada tantangan dan persoalan tersebut, Social Innovation / Inovasi sosial menjadi kata yang semakin di populerkan untuk dapat mengatasi nya.  Lantas apa itu inovasi sosial?  

The Canadian Policy Research Networks (Mark Goldenberg) mengemukakan bahwa Social Innovation is the development and application of new or approved activities, initiatives, services, processes or products designed to address social and economic challenges faced by individuals and communities . Inovasi sosial ditekankan pada hadirnya novelty/kebaharuan. 

 The Center for Social Innovation at the Standford Graduate School of Business mendefinisikan Social Innovation is the Process of inventing securing support for, and implementing novel solutions to social needs and problems. Pada definisi ini inovasi sosial  ditekankan lebih pada sebuah proses. 

Sedangan Standford Graduate School of Business (Sarah A Soule, Neil Malhotra, Bernadette Clavier) mengemukakan bahwa social innovation is the process of developing and deploying effective solutions to challenging and often systemic social and environmental issues in support of social progress. Social Innovation is not the prerogative or privilege of any organizational form or legal structure. Solutions often require the active collaboration of constituents across government, business, and the non profit world. Inovasi sosial ditekankan lebih pada  pada tujuan akhir atau sasaran akhir.

Secara paling sederhana Social innovation/ Inovasi Sosial juga dapat didefinisikan  is a creative response to a social or environmental problem. Sehingga kata-kata kunci dari inovasi sosial yaitu adanya kreatifivitas, satu kebaharuan dalam cara yang berbeda di bandingkan sebelumnya  dalam  mengatasi persoalan yang terjadi dan sedang dihadapi masyarakat.

screenshot-175-65b36e9dc57afb102d6841b2.png
screenshot-175-65b36e9dc57afb102d6841b2.png

Merujuk pada  Theoretical Empirical and Policy Foundation for Social Innovation in Europe (TEPSIE) di dalam Inovasi sosial, terdapat beberapa elemen, seperti novelty/kebaharuan, effectiveness/efektivitas, from ideas to implementation/dari ide ke tahap implementasi, meets a social need/menjawab kebutuhan komunitas,  enhances society's capacity to act/ meningkatkan kapasitas komunitas dalam bertindak. ke lima Elemen-elemen inilah yang sejatinya ada di dalam inovasi sosial. 

Setiap hal yang disebut sebagai inovasi sosial harus mampu menampilkan kebaharuan baik dari segi ide, metode, maupun alat yang dihasilkan, dimana hal tersebut mendorong terwujudnya efektifitas maupun efisiensi dalam mengatasi persoalan yang dihadapi. Selain itu, inovasi sosial juga harus mampu diimplementasikan dan tidak sekadar gagasan maupun ide semata, terbukti dapat menjawab kebutuhan dan hal yang juga paling penting yaitu dapat meningkatkan kemampuan Masyarakat di dalam bertindak. Semua inovasi sosial tidak boleh membuat Masyarakat ketergantungan, bahkan mematikan kreativitas, keswadayaan, maupun partisipasi Masyarakat.

screenshot-176-65b36ebcde948f1bfa2ccc02.png
screenshot-176-65b36ebcde948f1bfa2ccc02.png
Lantas bagaimana proses yang dilakukan untuk dapat menghasilkan Inovasi Sosial ?

 Hal paling penting dilakukan adalah memperjelas keadaan atau masalah yang sedang dihadapi. Define Problem menjadi hal utama dan mendasar dalam proses melakukan inovasi sosial. Memperjelas apa sebenarnya masalah yang terjadi, the root cause / akar penyebabnya, akan membantu kita untuk lebih memahami keadaan yang sesungguhnya. Dalam proses ini, kita dapat menggunakan system thinking. 

Dalam system thinking kita tidak sebatas melihat peristiwa yang tampak dari suatu permasalahan  namun melihat pola dan tren, struktur dan penyebab masalah itu terjadi hingga menganalisis secara fundamental model mental dan paradigma yang ada.  Namun meski demikian, alih-alih hanya  berfokus pada masalah, kita juga dapat mengkombinasikannya dengan menggunakan pendekatan Appreciative Inquary untuk melihat potensi kekuatan dan hal baik yang telah ada dan ingin kita tingkatkan. Hal ini mendorong kita untuk tidak terus menerus terpaku pada pencarian masalah yang seringkali membawa kita pada fase frustasa. Appreciative Strength Based Approach dapat membantu kita selain menggunakan problem based approach/pendekatan berbasis masalah.

screenshot-180-65b36ecf12d50f1d073a5dc2.png
screenshot-180-65b36ecf12d50f1d073a5dc2.png
Selanjutnya, yang kedua, kita dapat menggunakan Human-Centered Approach atau pendekatan berbasis kebutuhan manusia dalam inovasi yang kita lakukan. Proses ini dapat dibantu melalui 5 hal yaitu Empathy-Define-Ideate-Prototype-Test. Proses ini sering juga disebut sebagai Human Centered process. Pada tahap ini kita mulai merancang inovasi melalui rangkaian tahapan yang ada.

https://citl.illinois.edu/paradigms/design-thinking
https://citl.illinois.edu/paradigms/design-thinking

Ketiga, hal yang tidak kalah penting dari proses inovasi adalah  Experience/Pengalaman. Soren Kaplan melalui buku Experiental Intelligence  yang diterbitkan pada tahun 2023 mengajukan satu bentuk kecerdasan yang sangat penting yang berdasarkan pada pengalaman. Pengalaman memandu setiap orang untuk berkreasi dan berinovasi. Pengalaman ini diperbanyak melalui berkunjung ke tempat baru, membaca buku baru, bertemu dan berdiskusi dengan orang lain, yang membantu kita mengembangkan imajinasi, membawa kita melihat setiap peristiwa dari berbagai sisi dan akhirnya membantu  kita kreatif untuk  mengatasi persoalan yang sedang terjadi dan dihadapi masyarakat seperti yang telah dinyatakan oleh World Bank maupun Global Risk Report di atas. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun