Mohon tunggu...
Nurul Utami Putri
Nurul Utami Putri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa dan Penulis

Hallo sobat literasi, aku Nurul Utami Putri. Aku adalah seorang mahasiswa keguruan di Universitas Muhammadiyah Magelang. Aku sangat menyukai dunia penulisan satu tahun terakhir ini. Hobi ku selain menulis, aku juga gemar bernyanyi dan memasak. Semoga tulisan ku yang terbit, dapat bermanfaat untuk kalian. Terima kasih!

Selanjutnya

Tutup

Foodie

Nikmatnya Tengkleng Kambing Menjadi Pilihan Utama di Usaha Griya Aqiqah An-Ni'mah

5 Januari 2023   05:35 Diperbarui: 5 Januari 2023   05:50 999
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Daging kambing jika diolah dengan benar dan terampil, maka akan menghasilkan hidangan yang membuat nafsu makan bertambah. Terkadang, jika seseorang mengolah makanan dengan bahan dasar daging kambing yang menjadi kekhawatiran nya adalah bau khas “prengus”. Namun, bagi sebagian orang ataupun penikmat daging kambing, bau prengus bukan menjadi masalah besar.

Di Griya Aqiqah An-Ni’mah, selama hampir 3 tahun terakhir menerima jasa penyembelihan dan pengolahan daging kambing untuk keperluan aqiqah. Siapa yang tak tau tentang “Aqiqah”? Ya, aqiqah adalah sebuah bentuk rasa syukur yang diberikan oleh pasangan orang tua yang baru saja mendapatkan karunia kelahiran seorang  putra maupun putri dengan menyembelih kambing ataupun domba, yang kemudian akan dibagikan kepada sanak saudara, kerabat, tetangga, dan yang lainnya sebagai bentuk sadaqah. Aqiqah juga sebagai bentuk penyempurna ibadah bagi kedua orang tua dan putra putri yang diaqiqahkan.

Aqiqah, biasanya dilakukan sekaligus dengan acara “Puputan”. Di daerah Jawa Tengah, khususnya wilayah Kabupaten Magelang. Puputan adalah sebuah acara/ hajatan/ perhelatan yang diesensikan sebagai bentuk tasyakuran atas kelahiran seorang bayi. Pada acara ini, dilakukan dengan rangkaian kegiatan, seperti memotong rambut bayi yang kemudian dimasukkan ke dalam wadah ataupun mangkuk yang berisiskan air, bunga, telur ayam jawa, dan sebagainya serta diiringi oleh alunan sholawat yang menambah sakral dan barokahnya kegiatan puputan ini.

Pada umumnya, daging kambing untuk keperluan aqiqah hanya dimasak sebagai olahan gulai, tongseng, maupun sate. Namun, pada usaha Griya Aqiqah An-Ni’mah dengan owner Ibu Ana Nurul Hikmah ,yang beralamat di RT. 02 RW. 01, Gejiwan, Krasak, Salaman, Magelang ini, menyediakan berbagai menu yang dapat dipilih. Diantaranya tengkleng, baceman, lombok ijo, serundeng, semur, dan masih banyak lagi sesuai permintaan konsumen. Selain itu, Griya Aqiqah An-Niqmah juga melayani kambing qurban, hajatan, pesta, maupun nadzar.

Dari testimoni konsumen, menu masakan yang menjadi pilihan utama jatuh pada olahan “Tengkleng”. Bagaimana tidak, masakan khas dari Solo ini memiliki cita rasa yang cocok untuk lidah orang Jawa Tengah yang cenderung pedas manis. Konsumen juga menuturkan, bahwa tengkleng buatan Bu Ana (owner) begitu nikmat tanpa bau prengus. Ya, setiap pesanan aqiqah dimasak sendiri oleh sang owner cantik ini. Hanya dengan berbekal skill turun temurun dari orang tuanya dulu, kini ia sukses menjadi seorang ibu wirausahawan yang mampu menyekolahkan anaknya hingga masuk ke perguruan tinggi.

(foto owner bersama hasil usaha)
(foto owner bersama hasil usaha)

Menurut penuturan beliau saat penulis wawancarai mengapa kambing yang diolahnya tak memberi aroma prengus. Beliau mengatakan, “Oh iya, karena daging yang saya olah adalah daging yang masih segar dan berasal dari kambing yang sehat, saya bisa menjamin begini kambing yang diolah saya ambil dari peternakan orang tua sendiri. Karena orang tua saya adalah seorang peternak kambing dan memiliki usaha peternakan sejak saya masih kecil. Jadi, usaha aqiqah ini adalah hasil kerjasama dengan orang tua saya di Bandongan. Selain, saya ikut berikhtiar membuka jalan rezeki orang tua, saya juga mendapatkan penghasilan yang bisa dibilang sangat membantu suami saya”.

Mendengar penuturan beliau, penulis sangat terinspirasi karena ia tidak hanya sedang berwirausaha untuk dirinya sendiri, namun juga melibatkan orang tua nya dalam setiap jalan rezeki yang ia cari, kehangatan dan keberkahan bisa penulis rasakan saat itu.

Kurang afdol namanya, jika penulis tidak bertanya mengenai bahan dan proses pembuatannya. Dilansir dari wawancara beberapa waktu lalu, ternyata bahan yang digunakan untuk mengolah tengkleng ini sangat beragam. Mulai dari, balungan kambing, bawang putih dan merah, jahe, kunyit, laos, salam, kencur, merica, kemiri, biji cengkeh, kapulaga, jinten, cabai, gula jawa dan tak lupa santan. Namun, ada bumbu rahasia yang menjadikan olahan tengkleng Bu Ana ini menjadi daya tarik konsumen.

(sajian menu tengkleng)
(sajian menu tengkleng)

Cara mengolahnya cukup menguras waktu, semua bahan sebelum ditumbuk perlu digoreng sebentar agar aromanya dapat muncul maksimal. Setelah digoreng lalu ditumbuk, masukkan bumbu ke dalam panci dan masukkan air secukupnya. Lalu, balungan kambing yang sudah direbus sebentar sebelumnya dimasukkan ke dalam panci tersebut beserta santai yang cair. Nah, ditunggu lah beberapa saat sampai air nya menyusut, kemudian dimasukkan santan yang kental, dan jangan lupa untuk menambahkan cabai utuh, tomat, asam jawa, dan yang terakhir bawang goreng. Olahan tengkleng pun, siap untuk disajikan dan dinikmati. Bagaimana, nih? Apa pembaca tertarik dengan olahan satu ini? Jika terkesan ribet, Anda bisa lho memesan masakan tengkleng ini di Griya Usaha An-Ni’mah.

Setelah kita mengetahui bagaimana cara pembuatan masakan tengkleng ini, apakah pembaca tau mengapa olahan ini bernama “Tengkleng”? Nah, jadi nama tengkleng berasal dari bunyi yang dihasilkan ketika piring atau mangkok yang berisikan masakan ini mengeluarkan bunyi ‘kleng-kleng-kleg’ karena balungan (tulang) yang berbenturan dengan wadah yang membawanya. Unik, bukan? Lalu mengapa, masakan tengkleng hanya berisi balungan atau tulang kambing saja?

Ternyata, masakan tengkleng memiliki filosofi yang memilukan. Berdasarkan pakar hukum asal Solo, Mr Soewdji menuturkan bahwa masakan ini adalah hasil dari kreativitas ‘wong cilik’ saat masa penjajahan Jepang dulu, untuk menghadapi situasi yang seolah mencekik kaum kecil saat itu, bahan pangan yang ikut menipis membuat mereka terpaksa untuk mengolah apapun sehingga menjadi santapan yang mengenyangkan perut, tak terkecuali limbah kambing. Ya, untuk orang yang memiliki ekonomi tinggi saat itu tentu tidak memanfaatkan balungan (tulang) dan jeroan (isi perut) dari hewan yang disantapnya. Selain itu, cara menikmati tengkleng juga tidak sama ketika kita menikmati daging.

(tampak dekat sajian menu tengkleng)
(tampak dekat sajian menu tengkleng)

Biasanya, tengkleng dinikmati dengan cara ‘dibrakoti’ atau ‘dikrikiti’, jika dalam bahasa Indonesia maksudnya yaitu digigit bagian tulang sampai bersih. Sebab, tulang yang dimasak masih memiliki sedikit daging, otot, sumsum, hingga tulang muda. Jika pembaca bosan dengan olahan daging kambing yang itu-itu saja, tengkleng bisa menjadi alternatif pilihan terbaik makan Anda. Dengan demikian, olahan tengkleng menjadi pilihan utama pada usaha Griya Aqiqah An-Ni’mah ini, karena masakan ini jarang dijumpai sekitar wilayah Magelang, sekarang tak perlu jauh-jauh ke Solo untuk sekedar menikmati lezatnya olahan tengkleng ini. Jadi bagaimana? Apakah tulisan ini menggiyurkaan lidah dan perut pembaca untuk ikut menikmati?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun