Bowo bekerja di salah satu perusahaan tambang, dia bukanlah pegawai dengan pangkat yang tinggi tetapi sangat berkontribusi dalam keberhasilan perusahaan. Setiap bulan, dia digaji dengan jumlah yang sangat kecil dan tidak sesuai dengan perjanjian kerja yang telah disepakati di awal. Tidak hanya itu, ia juga sering disuruh untuk bekerja lembur namun tidak diberi upah lebih, dibentak-bentak, tidak diberi waktu yang panjang untuk beristirahat, dan ketika salah ia mendapat perlakuan yang keras seperti ditampar, dan didorong. Dan bahkan pada suatu hari salah seorang kawannya mencoba memberi masukan kepada pemimpinnya namun tidak didengarkan yang kemudian menimbulkan kemarahan pada orang itu dan meluangkan emosinya dengan merusak salah satu sarana yang ada hingga akhirnya dia dipecat dan tidak diberi gaji oleh pemimpin tersebut .  Oleh sebab itu, bowo berpikir dan memutuskan untuk berhenti bekerja di perusahaan itu.
Kejadian yang dialami oleh Bowo tersebut kerap kali dialami juga oleh sebagian orang  dan biasanya dikenal dengan pemimpin yang anarkis/otokratis. Pemimpin yang tidak mau mendengarkan karyawan, selalu merasa benar, bertindak secara subyektif, tidak memikirkan orang lain, tidak mengabaikan peran bawahan, dan tidak pernah mau mengalah.
Dari cerita-cerita  singkat di atas, memberikan pelajaran bahwa bagaimana tindakan pengikut bergantung pada sikap dan tindakan dari pemimpinnya. Maka dari itu, perlulah seorang pemimpin memiliki gaya kepemimpinan yang baik, mencontohkan sesuatu yang baik kepada para karyawannya agar tidak menimbulkan permusuhan antar keduanya.
Apa sajakah Macam Gaya Kepemimpinan yang Ada Dalam Organisasi ?
Dalam teori ekonomi klasik, umumnya kepemimpinan terbagi menjadi menjadi 2 yaitu
1. Kepemimpinan TransformasionalÂ
     Muhammad, seorang pemimpin di perusahaan industri kreatif miliknya sendiri. Dia merekrut pegawai dari kalangan remaja yang tidak melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi, dan remaja jalanan dengan tujuan untuk membantu dan mendidik mereka menjadi orang yang sukses. Sebagian besar para remaja tersebut memiliki kepribadian yang susah di atur dan bagaimana perilaku mereka di jalanan masih melekat dalam diri mereka. Oleh karena itu, Muhammad terus membimbing dan memberikan contoh yang baik kepada mereka, mendidik, dan memfasilitasi. Seiring berjalannya waktu akhirnya mereka terutama remaja jalanan itu mampu mengubah karakternya dan melatih dirinya sehingga mampu menyaingi mereka yang berpendidikan tinggi. Dan juga mereka mampu melakukan perkerjaan di pabrik dengan sangat baik.
Seperti itulah gambaran dari kepemimpinan transformasional di mana kepemimpinan ini berkaitan dengan sosial dan pendidikan karakter, mengubah perilaku individu sehingga mau mengubah dan mengembangkan dirinya.Â
Kepemimpinan ini, memiliki 5 aspek dasar yakni atribut berkarisma, inspirator, pemberi dorongan secara cerdas, mendekati karyawan secara personal, dan memberi pengaruh secara idealis.
Secara khusus, pemimpin dengan kepemimpinan transformasional dibagi lagi menjadi 2 jenis sebagai berikut:
- Karismatik, yakni pemimpin yang menonjolkan karisma agar dapat menjadi inspirasi bagi karyawan dan/atau orang lain.
- Demokratis;
Umumnya, terdapat pada pemimpin di masyarakat yang mana pemimpin dengan tipe ini menerima dan menghargai saran, pendapat, serta nasehat dari masyarakat melalui forum musyawarah. Selain itu, berperan sebagai mengkoordinasi dan integrator dari berbagai unsur dan komponen organisasi.
2. Kepemimpinan TransaksionalÂ
     Herman, karyawan yang bekerja di salah satu perusahaan swasta selama puluhan tahun. Selama bekerja dia selalu menunjukkan kinerja yang bagus hingga akhirnya dia diangkat menjadi pemimpin dalam perusahaan itu. Dalam masa kerjanya, Herman selalu mengingatkan pada karyawannya bahwa dia akan memberikan penghargaan kepada siapa pun yang mampu mengerjakan pekerjaannya dengan sempurna. Istilahnya adalah "Kamu memberi, maka saya akan memberi". Dalam mengawasi pekerjaan karyawannya, Herman memiliki prinsip bahwa siapa pun ketika berhadapan dengan suatu masalah kerja maka harus mereka sendiri yang mencari jalan keluarnya dan apabila mereka sudah berusaha keras namun belum ada titik terang baru dia akan ikut membantu.
Contoh di atas, menjelaskan bahwa gaya kepemimpinan transaksional adalah seorang pemimpin yang menerapkan sistem transaksi baik dengan karyawannya maupun dengan para pengikutnya. Simplenya dalam pekerjaan itu terjadi pertukaran, misalnya seorang pemimpin menerapkan suatu aturan atau memberikan tugas yang risikonya tinggi pada suatu karyawan dan karyawan tersebut mampu menyelesaikan tugas itu dengan hasil yang sangat maksimal, atas pencapaiannya tersebut seorang pemimpin memberikan suatu penghargaan baik dengan pujian, kenaikan jabatan, atau  dengan gaji yang tinggi, dan lain-lain kepada karyawan tersebut dan apabila tidak memberikan perfoman yang bagus maka tidak akan pernah diberi apapun dan bahkan dapat dipecat.
Salah satu tipe kepemimpinan yang termasuk di dalamnya adalah
- Kepemimpinan otokratik, yang segala macam keputusan berpusat atau terkonsentrasi dari pemimpin. Terkadang pemimpin yang seperti ini, tidak menerima dan/atau menerima sedikit masukan dari karyawannya.
- Laissez-faire
Nia memiliki pemimpin yang kurang bisa menguasai di bidang tertentu. Oleh karena kekurangannya itu, pemimpinnya kerap kali mengalihkan pekerjaannya kepada Nia namun setiap apa yang dikerjakan oleh nia akan dipertanggungjawabkan oleh pemimpinnya sendiri.
Dari contoh di atas, dapat kita ketahui bahwa pemimpin dengan tipe kepemimpinan laissez-faire adalah pemimpin yang tidak menguasai beberapa hal yang menjadi wewenangnya (tugas) dan menyerahkan tugasnya itu kepada karyawannya.Â
Apasajakah modal yang harus dimiliki oleh Pemimpin?
Sebagai seorang panutan, maka pemimpin haruslah memiliki modal-modal berikut:
- Memiliki  kekuatan jasmani maupun rohani agar bisa bekerja keras dan ikut berpegang tangan bersama karyawan dalam memecahkan suatu persoalan yang dihadapi.
- Mampu mengendalikan emosi
- Memiliki pengetahuan yang luas terutama tentang hubungan kemanusiaan
- Memiliki motivasi yang tinggi, tidak hanya karena ingin jabatan tinggi, dan gaji yang besar tetapi benar-benar untuk memajukan serta mendorong diri sendiri dan orang lain dalam mencapai tujuan perusahaan.
- Memiliki kemampuan public speaking
- Kecakapan dalam bergaul (berinteraksi)
- Memiliki kemampuan dalam menguasai teknisi dan manajerial perusahaan
Dalam salah satu teori mengatakan bahwa manusia sudah memiliki kemampuan sebagai seorang pemimpin sejak dilahirkan. Namun, bagaimana cara mereka memimpin atau bagaimana gaya kepemimpinannya terkadang sifatnya menurun dari silsilah keturunannya. Dan juga tergantung dari pilihannya sendiri yang juga dapat dipengaruhi oleh lingkungan. Tercapai atau tidaknya tujuan organisasi berada pada tangan pemimpin selaku mandor dan penentu segala macam yang ada dalam organisasi. Juga Perlu ditekankan bahwa apabila seorang pemimpin tidak mampu atau tidak memiliki kemampuan mengelola yang baik maka pemimpin tersebut akan gagal dalam kepemimpinannya. Sebab, ada 4 hal yang akan dipengaruhi oleh pemimpin terhadap karyawan yaitu sikap, perilaku, pikiran, dan yang paling utama adalah perasaan. Bagaimana cara pemimpin dalam menenangkan, memberi aura positif, dan menumbuhkan rasa kekeluargaan meski berbeda tingkat akan mampu memberi rasa nyaman dan semakin semangat dalam menyelesaikan pekerjaannya hingga tujuan dari organisasi dapat dicapai dengan mulus.
Apabila dihadapkan pada 2 pilihan, teman-teman akan memilih kepemimpinan yang transformasional ataukah transaksional? Dan setujukah apabila kita menganggap bahwa pemimpin adalah nakhodanya organisasi?