Sebelum memasuki pembahasan, alangkah lebih baiknya kita menyimak pengantar di bawah ini agar dapat mempermudah kita dalam memahami inti dari topik kali ini ;)
Setiap orang pasti mengetahui, menyadari, dan bahkan mengalami sendiri bahwa terkadang lingkunganlah yang akan membentuk bakat maupun kepribadian dari seorang individu. Ya, meskipun ada teori yang mengatakan bahwa bakat seseorang telah dimiliki sejak dilahirkan. Akan tetapi hal tersebut akan terus diasah, tumbuh, dan berkembang serta dipengaruhi oleh lingkungan tempatnya berinteraksi. Contoh, kadang suatu individu telah memiliki kepribadian yang baik namun ketika telah mengenal lingkungan selain lingkungan keluarga maka akan banyak sekali perubahan-perubahan yang terjadi mulai dari perubahan yang positif dan negatif sekali pun. Adapun yang marak terjadi terlebih khusus di perkampungan adalah kenakalan remaja.
       Sebagian besar orang menilai bahwa kenakalan remaja terjadi karena pergaulan yang tidak baik, dan pengaruh narkotika. Hal tersebut memanglah benar, namun tidak banyak orang yang tahu dan sadar akan faktor yang sangat berpengaruh. Faktor apakah itu?? Ya, faktornya adalah para remaja tidak diberikan ruang dan tidak difasilitasi suatu sistem yang dapat membuat mereka sibuk dan membuat mereka produktif dalam kesehariannya. Apabila mereka difasilitasi maka cepat atau lambat akan dapat mengubah pemikiran yang labil menjadi pemikiran yang dewasa. Pemikiran-pemikiran yang mampu melahirkan kesejahteraan, kebanggaan, dan kemanfaatan tidak hanya bagi diri mereka sendiri melainkan juga untuk masyarakat sekitar dan terlebih untuk negara. Lingkungan menjadi sehat, kehidupan sosial menjadi harmonis, dan terlebih akan membuat mereka mampu untuk mengembangkan diri dan memanfaatkan suatu sistem dengan bijak sesuai dengan ketentuan sehingga akan dapat meningkatkan potensi dan kesadaran yang dimiliki. Selain itu juga, terkadang mereka sudah difasilitasi akan tetapi kurangnya dan/atau tidak adanya keinginan untuk memanfaatkan ketersediaan yang ada sebagaimana mestinya.
Setelah membaca pengantar di atas, sudahkan tergambar apa yang ingin kita bahas? Apabila belum, mari kita baca ulang dan kita benar-benar memahaminya tidak hanya dari satu sisi melainkan dapat kita kolaborasikan dengan hal lain agar tumbuh suatu pengetahuan yang mumpuni.Â
      Mengingat satu kejadian yang pernah terjadi di depan mata saya dan itu terjadi saat saya duduk di bangku SMP. Jadi, kejadian itu terjadi pada salah seorang tukang batu. Saat itu, dia sedang membangun rumah tepatnya sedang merapikan bagian balkon. Posisi balkon dengan tiang listrik lumayanlah dekat. Dan jika dilihat, pada saat itu dia tidak mengenakan peralatan yang memadai, pelindung, ataupun jenis lainnya. Hanya bermodalkan topi, sendok semen, dan pakaian biasa.Â
      Oleh karena itu, dia terpeleset dan kemungkinan besar terkenal kabel listrik yang akhirnya dia terjatuh dari lantai 2 dan terlentang di tepi jalan raya yang akhirnya menyebabkan hilangnya nyawa. Kepalanya dan badannya terbentur keras hingga darah keluar mengalir seperti air lewat mulutnya dan dapat dilihat seperti otak yang yang sudah hancur berkeping-keping keluar bercampur dengan darahnya.Â
Kejadian tersebut tidak hanya berakibat pada korban itu saja. Tetapi menimbulkan efek seperti rasa ketakutan, pusing, stres bagi orang yang menyaksikan dan terlebih bagi pemilik rumah itu harus mengeluarkan uang dalam jumlah yang besar sebagai bentuk tanggung jawabnya kepada keluarga korban. Â Hal ini merupakan salah satu tanda bahwa tidak ergonomis seseorang dalam mengerjakan pekerjaan yang memiliki potensi bahaya yang besar. Â Â
   Â
    Berbicara tentang ergonomi, sangat perlu diketahui tidak hanya dalam berinteraksi dengan sesama manusia (lingkungan sosial) tetapi juga sangat penting dalam lingkungan kerja. Pembahasan ini sangat luas, dan dapat dikatakan bahwa apa pun yang telah dibahas pada artikel sebelumnya (yang belum baca semua yuk dibaca hehehe) seperti stres kerja juga terjadi karena lingkungan kerja yang tidak ergonomis dan yang paling utama adalah memiliki hubungan erat dengan masalah K3 (kesehatan dan keselamatan kerja). Yang mana K3 menurut Sedarmayanti (2017) adalah upaya mengawasi terhadap manusia, mesin, peralatan, serta tata cara yang ada dalam lingkungan kerja agar para pekerja dapat bekerja dengan baik dan untuk menghindari terjadinya cedera.
Terlepas dari itu, kita juga perlu memahami tentang lingkungan kerja. Lingkungan kerja terbagi menjadi dua yakni:
- Lingkungan Kerja Fisik; yang merupakan kondisi yang kaitannya dengan bentuk fisik di sekitar tempat kerja. seperti Meja, Kursi, APD, Mesin, Temperatur udara, cuaca, suhu, suara bising, dan lain-lain.
- Lingkungan kerja Non-Fisik; yakni kondisi yang berhubungan dengan interaksi sosial yang terjadi antara seluruh elemen organisasi.
Sederhananya, ergonomi itu adalah interaksi antar sistem dalam organisasi. Sistem yang dimaksudkan di sini tidak hanya terkait dengan sarana dan prasarana yang ada, melainkan juga manusia sebagai pengguna dan/atau pengelolanya. Apabila manusia/individu/karyawan dapat menggunakan sistem yang ada dengan baik juga didukung oleh sistem yang memadai maka akan mampu menciptakan organisasi yang ergonomi sehingga hasil akhirnya adalah kenyamanan yang berefek pada produktivitas kerja dan kemudian mengantarkan pada kinerja yang baik dan bagus. Dan apabila lingkungan kerja tersebut tidak ergonomis maka akan mengakibatkan berbagai permasalahan. Beberapa di antaranya sebagaimana yang telah disebutkan sebelumnya adalah menimbulkan stres dan kecelakaan.Â
Oleh karena itu, sangat penting untuk memperhatikan SDM yang ada, karena meskipun sistem yang lain telah memadai, bagus, kualitasnya tinggi tetapi tidak mampu untuk dikelola dengan baik sama saja bohong. Jadi, harus ada kolaborasi yang baik antar keduanya. Â Â Â Â Â Â Â
     Perlu diketahui dengan seksama akan pentingnya dari Ilmu ergonomi dalam bagi semua pihak terutama dalam suatu organisasi. Di mana, dengan adanya ilmu tersebut maka akan dapat meningkatkan keefektivitasan dalam penggunaan atau pemanfaatan suatu sistem baik yang berupa objek fisik maupun sarana dan prasarana yang nantinya digunakan oleh suatu individu dalam upaya menambah nilai (value) seperti kesehatan, kenyamanan, dan kepuasan selama menggunakannya dalam proses melaksanakan tugas demi tercapainya tujuan.
    Suatu sistem akan bekerja dengan baik apabila memenuhi 2 ketentuan yakni: (1) sistem digunakan sesuai dengan kebutuhan. Artinya setiap orang tidak dapat menggunakan suatu sistem tanpa adanya keserasian dengan apa yang dikerjakan; Dan ke (2)  antara fasilitas (sistem) yang tersedia memerlukan suatu interaksi agar dapat menciptakan kesamaan dan kenyamanan dalam penggunaan menuju tercapainya tujuan bersama. Ibaratnya magnet tidak akan mampu menarik plastik kenapa? karena adanya ketidakcocokan antara keduanya. Gaya tarik menarik akan terjadi pada magnet apabila disandingkan dengan besi. Kemudian, antara dua orang apabila tidak memiliki satu pandangan yang sama maka akan sulit untuk bekerja sama, awalnya memang bertahan karena keterpaksaan tetapi lama kelamaan akan sampai pada titik lelah hingga akhirnya menimbulkan kerusakan. Begitu pula antara pengguna dengan sistem (sarana, prasarana, dan aturan) yang ada di suatu organisasi.
     Sedikit menyinggung terkait dengan insiden yang kerap kali terjadi selama bekerja yakni kecelakaan baik yang hanya mengakibatkan luka ringan, sedang, parah, dan bahkan sampai ada yang meninggal. Sebagian besar orang menyalahkan korban (pekerja/pengguna) atas insiden tersebut seperti tidak hati-hati, tidak fokus, tidak menggunakan peralatan dengan baik, dan lain-lain. Tetapi, yang perlu ditekankan adalah kecelakaan kerja terjadi juga karena peralatan yang digunakan tidak lagi dalam kondisi yang baik pun dapat disebabkan oleh keduanya secara bersamaan. Oleh karena itu, di sinilah  letak peranan dari ergonomi.
Adapun peranan sekaligus tujuan dari ergonomi menurut Pulat (1992)Â Â ialah dapat digambarkan sebagai berikut:
Apasajakah manfaat dari diimplementasikannya Ergonomi?
Dengan mengimplementasikan fungsi ergonomi dengan baik maka akan dapat menghasilkan manfaat yang beragam beberapa di antaranya adalah sebagai berikut:
- Menciptakan kenyamanan, keharmonisan, dan kesejahteraanÂ
- Kualitas kerja meningkat
- Produktivitas yang meningkat
Dengan ergonomi maka akan dapat dilakukan berbagai upaya untuk meningkatkan produktivitas dari karyawan. Di mana, saat produktivitas menurun maka akan dilakukan peningkatan efisiensi dari para karyawan misalnya dengan membentuk lingkungan kerja yang aman, nyaman, dan damai. Dan apabila sering kali terjadi insiden cedera maka akan dilakukan berbagai perbaikan.
- Tanggung Jawab sosial
Dalam hal ini ialah suatu organisasi memiliki tanggung jawab terhadap hukum yang berlaku misalnya melaksanakan aturan tentang perlindungan karyawan sebagaimana diatur dalam peraturan Perundang-undangan, dan juga terhadap keadaan sosial seperti berkomunikasi secara efektif, dan ketika ada karyawan yang cedera akibat pekerjaannya maka dapat diberikan jaminan sosial.
Sebaliknya apa yang akan diperoleh apabila tidak ada pengaplikasian ergonomi dalam organisasi? Tentu amat sangat banyak seperti stres, kecelakaan (yang sangat ditekankan), tidak nyaman, kualitas menurun, tidak efektif dan efisien, perselisihan, dan bahkan sampai membuat para karyawan mengundurkan diri dari organisasi tempatnya bekerja.Â
Jika kita perhatikan, bahwa ergonomi ini sangat erat kaitannya dengan K3.  Mengapa demikian? karena dapat dikatakan bahwa 2 cabang ilmu ini berada dalam satu lingkup utama yaitu lingkungan kerja terutama lingkungan kerja internal yakni lingkungan kerja fisik. Apabila mampu berinteraksi dan menggunakan sistem yang ada maka akan mampu meringankan dan meminimalkan resiko. Secara jelasnya  beberapa hubungan atau kesamaan antara kedua ilmu ini dapat dilihat dari berbagai arah, di antaranya adalah sebagai berikut:
- Tujuan
secara garis besar, keduanya memiliki tujuan yang sama yakni untuk melindungi, membuat sistem manajemen menjadi lebih efektif dan efisien, setiap upaya yang dilakukan agar dapat meminimalkan biaya yang dikeluarkan, serta untuk menghindari kecelakaan kerja.
- Risiko
Risiko yang dihadapi apabila lalai dalam memperhatikan K3 dan akibat tidak ergonomisnya suatu sistem ialah dapat berdampak pada gangguan fisik, mental dan bahkan psikologi dari para karyawan serta tidak berjalannya operasional dengan baik.
- Penyebab
Tidak ergonomisnya suatu sistem dan K3 disebabkan oleh kelengkapan, kelayakan, dan kualitas dari peralatan kerja yang digunakan serta bagaimana seseorang menggunakannya apakah sesuai dengan ketentuan ataupun tidak.
Bagaimana teman-teman apakah dari gambaran di awal tadi mampu memberikan gambaran tentang ergonomi secara sekilas? Saya harap pengantar tadi dapat mendorong teman-teman untuk berpikir ke arah ergonomi yaa..
Dan semoga pembahasan ini bermanfaat sekaligus membuka pikiran kita untuk lebih memperhatikan lingkungan kerja kita apakah sudah ergonomis ataukah belum. Jika belum, segera lakukan upaya-upaya perbaikan agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan
Dan terakhir, perlu kita ingat bahwa pandemi belum usai, untuk itu tingkatkan imun kita dengan jaga kesehatan, jaga pikiran, dan jaga hati wkwkwk.....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H