Kalimantan Selatan memiliki lahan basah seluas 382.272 ha, yang berpotensi sebagai sumber mata pencaharian bagi masyarakat lokal. Lahan ini mendukung pertanian, perikanan, dan produksi tanaman ekonomis seperti purun dan galam, yang digunakan untuk kerajinan dan infrastruktur. Masyarakat Banjar memanfaatkan lahan basah untuk bertani dan menangkap ikan, menciptakan teknik pengelolaan air yang efektif. Namun, eksploitasi berlebihan dan perubahan fungsi lahan mengancam keberlanjutan ekosistem ini. Upaya konservasi dan pengelolaan yang lebih baik diperlukan untuk menjaga potensi ekonomi lahan basah.
Beberapa tanaman ekonomis yang tumbuh di lahan basah Kalimantan Selatan meliputi:
•Sagu (Metroxylon sagu): Sumber karbohidrat utama dan salah satu komoditas pangan penting.
•Purun: Digunakan untuk anyaman tikar, tas, dan kerajinan lainnya.
•Galam: Kayu galam dimanfaatkan untuk pembangunan infrastruktur dan rumah.
•Kelakai, nipah, dan talas: Tanaman ini juga menjadi sumber pendapatan bagi masyarakat lokal.
Lahan basah di daerah ini mendukung keberagaman flora yang bermanfaat secara ekonomi.
Untuk mengidentifikasi tanaman ekonomis di lahan basah Kalimantan Selatan, langkah-langkah berikut dapat dilakukan:
1.Observasi Karakteristik Lahan: Pelajari jenis tanah, tingkat kelembapan, dan vegetasi yang ada. Lahan basah umumnya memiliki tanah jenuh air dan keanekaragaman hayati tinggi.
2.Survei Tanaman: Lakukan survei langsung untuk mencatat spesies tanaman yang tumbuh, seperti sagu, purun, dan galam.
3.Wawancara dengan Masyarakat Lokal: Tanyakan kepada penduduk setempat mengenai tanaman yang mereka manfaatkan untuk kebutuhan sehari-hari dan ekonomi.
4.Analisis Data: Kumpulkan dan analisis data untuk menentukan nilai ekonomi dari tanaman yang teridentifikasi.
Metode ini membantu dalam memahami potensi lahan basah sebagai sumber mata pencaharian.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H