Di jantung Gianyar, Bali, tersembunyi Desa Wisata Batuan, destinasi yang menawarkan perpaduan sempurna keindahan alam, budaya, dan pengalaman yang tak terlupakan. Mengunjungi Desa Wisata Batuan membawa saya menjelajah sisi lain dari Bali yang penuh tradisi dan pesona lokal, jauh dari hiruk pikuk kawasan wisata.Â
Saya dan teman-teman saya melaksanakan kuliah lapangan di salah satu destinasi budaya dan wisata terbaik di Indonesia, yaitu Desa Wisata Batuan, Bali. Perjalanan dimulai dari The Bloom, sebuah tempat di mana kami transit setelah kami sampai di Bali. Meskipun jarak menuju Desa Batuan cukup jauh dan memakan waktu, perjalanan tersebut akan menjadi bagian yang penuh cerita. Di sepanjang jalan, kami melihat indahnya hamparan sawah, deretan pohon kelapa yang menari ditiup angin, dan suasana Bali yang khas.
Sesampainya di Desa Batuan, kami langsung disambut oleh pemandangan yang memanjakan mata. Hamparan sawah hijau membentang sejauh mata memandang. Sawah yang rapi, dengan latar belakang langit biru cerah, menyambut kedatangan saya. Udara segar dan suasana desa yang tenang langsung memberikan rasa nyaman. Jalan kecil yang membelah hamparan padi tampak mengundang kami untuk berjalan santai, memberikan ruang untuk merasakan kedamaian yang jarang dijumpai di Hiruk pikuk perkotaan.Â
Di sepanjang jalan, pohon kelapa dan pepohonan rindang lainnya melambai-lambai tertiup angin sepoi-sepoi, memberikan keteduhan di bawah sinar matahari. Udara segar khas pedesaan terasa begitu menenangkan. Suasana seperti ini sulit ditemukan di tempat lain, sebuah pengalaman sederhana yang mengisi hati dengan rasa syukur dan kebahagiaan.Â
Keindahan alam yang menyegarkan ini disertai dengan sambutan hangat dari pengelolaan desa wisata. Dengan senyum ramah khas Bali, pengelola desa wisata menyapa kami, menyalami dengan penuh kehangatan, seolah menyambut keluarga yang sudah lama dinantikan kedatangannya. Sapaan mereka terasa hangat dan penuh keakraban, mencerminkan kegembiraan yang tulus. Â
Pengalaman di Desa Wisata  ini dimulai dengan menikmati makanan khas Bali. meja-meja sederhana yang ditata penuh dengan berbagai hidangan tradisional seperti nasi sela, serobotan, sate, dan masih banyak lagi. Setiap gigitan menghadirkan perpaduan rasa rempah yang kaya dan autentik. Makanan ini bukan sekedar hidangan, tetapi juga cerminan dari budaya yang penuh kehangatan. Dari cara penyajian hingga cerita di balik setiap masakan, semua terasa begitu bermakna.Â
Setelah menikmati makanan, kami diajak untuk mengenal salah satu seni khas Desa Batuan, yaitu melukis. Seni lukis Batuan terkenal dengan detail yang rumit dan simbolisme yang mendalam. Seorang seniman lokal memperlihatkan proses melukis dan menjelaskan bahwa setiap goresan kuas memiliki arti tersendiri.Â
Kami diberi kesempatan untuk mencoba melukis dengan teknik khas Batuan. Awalnya, saya merasa sedikit kesulitan karena membutuhkan ketelitian tinggi. Namun, bimbingan seniman yang penuh kesabaran dan keahlian membuat saya semakin percaya diri seiring waktu.Â
Dengan setiap goresan kuas, saya mulai memahami keunikan seni Batuan yang tak hanya mengutamakan keindahan visual tetapi juga menyimpan cerita dan simbolisme yang mendalam. Meskipun tidak sempurna, hasil akhir lukisan kami memberikan rasa bangga tersendiri. Pengalaman ini bukan hanya tentang belajar melukis, tetapi juga membuka mata saya terhadap dedikasi dan kecintaan yang dibutuhkan untuk menghasilkan karya seni tradisional seperti ini. Kegembiraan kami tak hanya terletak saat melihat hasil karya masing-masing, dan momen tersebut menjadi kenangan berharga yang akan selalu saya ingat sebagai pelajaran baru yang memperkaya jiwa.Â
Sesi melukis ditutup dengan coffee break yang menyegarkan. Secangkir kopi Bali yang hangat menjadi teman yang sempurna untuk menikmati camilan tradisional. Sambil bersantai, kami mendengarkan cerita sejarah Desa Wisata Batuan yang disampaikan oleh kepala Desa Batuan. Desa ini dikenal sebagai pusat seni dan budaya sejak zaman dahulu. Penduduknya mewariskan seni dan budaya dari generasi ke generasi.Â