Mohon tunggu...
Tukang Nglamoon
Tukang Nglamoon Mohon Tunggu... -

api kecil biasanya akan padam dengan sendirinya, tapi terkadang bisa menjadi kebakaran besar juga

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Islam Pribumi, Bukan Syiah Bukan Sunni

15 Desember 2014   02:46 Diperbarui: 17 Juni 2015   15:18 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya ini orang pribumi yang kebetulan beragama Islam. Bahkan nama sayapun berbau kearab-araban. Sejauh ini saya enjoy saja beragama Islam. Saya menemukan kedamaian di dalam sholat saya. Saya juga menemukan kedamaian di masjid manapun yang saya masuki. Saya menemukan kedamaian dalam menjalankan rukun Islam saya. Saya menemukan kedamaian dalam Islam saya, meskipun ilmu agama saya pas-pasan dan memang saya tidak mendalami perkara syariat kecuali yang umum-umum saja. Tidak ada ketertarikan saya sebelumnya untuk mempelajari Islam lebih dari yang saya butuhkan untuk kehidupan saya sehari-hari, sampai akhirnya saya mulai membaca artikel-artikel itu.

Dimulai dari membaca berita tentang ISIS. Kekejaman-kekejaman yang mereka lakukan. Berlanjut terus membaca adanya permusuhan antara sunni dan syiah yang terjadi di tanah arab jauh di sana. Dan ternyata permusuhan yang terjadi jauh di tanah arab itu ternyata sudah menular kemana-mana bahkan sampai ke bumi Indonesia ini. Selama ini yang saya tahu hanya NU dan Muhammadiyah, selain yang itu saya tidak begitu pedulikan. Dan hubungan antara keduanya baik-baik saja. Sekarang saya tahu betapa terkotak-kotaknya Islam itu. Bahwa  di luar NU dan Muhammadiyah terdapat banyak aliran lain yang saling bertentangan dan rela berkelahi sengit sampai bunuh-bunuhan. Mulailah rasa kedamaian saya di dalam beragama Islam terusik.

Pertanyaan saya adalah: Bolehkah saya menjadi Islam pribumi saja? Bukan syiah bukan sunni bukan NU bukan Muhammadiyah. Tidak berpihak ke sana atau ke sini. Hanya sekedar Islam pribumi yang menjalankan ke 5 rukun Islam dengan tenang dan damai. Menjalankan ke 5 rukun Islam semata untuk lebih mendekatkan diri kepadaNya?

Ataukah saya harus mulai menentukan berada dimana saya seharusnya, di pihak yang mana? Mulai menanya-nanyakan keislaman orang lain? Musuh atau kawan? Berdebat, bertengkar, bahkan kalau perlu ikut berangkat ke tanah arab sana untuk membunuh lawan-lawan saya?

Sekali lagi, saya hanya ingin menjadi Islam pribumi. Yang bisa kembali merasakan sholat yang damai, suasana masjid yang damai, bertemu dengan semua orang dengan damai. Menjalankan ibadah saya dengan tenang dan damai. Bolehkah?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun