[caption id="attachment_308693" align="aligncenter" width="576" caption="Ilustrasi Admin / Dok. Ajie N"][/caption] Yeee... akhirnya Bianca selesai juga ngumpulin tugasnya, sebelum jam 12 tadi. Kalau sampai lebih dari jam 12, tugasnya ghak akan diterima sama dosennya. Oh ya, Bianca kasih tahu nih, semua tugas makalah harus dikirim via email dan diberi batas waktu. Kata dosen nih, tugas sebagus apapun kalau melebihi deadline, jadi percuma. Karena semua pekerjaan kita di dunia kerja juga dibatasi oleh waktu. Terus, kalau ada mahasiswa ngirim tugas ngelebihi jam yag ditentukan, emailnya langsung ditolak otomatis dan masuk tempat sampah. Emang apa ada email yang model gitu? Bianca ghak tahu. Tapi yang jelas tugas sudah Bianca kirim. Bianca ringkas aja ya. Soalnya kalau papernya dikopi di sini, bisa panjang. Di tulisan Bianca sebelumya, http://lifestyle.kompasiana.com/catatan/2013/12/10/perilaku-wanita-ini-yang-mudah-menjadi-korban-ss-617250.html perilaku submisif dan introvert yang bikin wanita mudah menjadi korban kejahatan seksual. Pertanyaan di tugas adalah bagaimana bila perilaku submisif itu ada pada teman dan juga pada diri sendiri. Apa itu submisif? Secara garis besar, perilaku submisif adalah seseorang yang selalumenerima pendapat orang lain walapun tidak suka, takutmenyatakanpendapat, merasa diri sendiri tidakpenting, rendahdiridanselalubilang 'sayatidakbisa'. Akibatnya, dia sering menjadi korban orang yang mengekploitasi atas dasr hubungan pertemanan, atasan dan bawahan dan lainnya. a. Menghadapi Perilaku Teman yang Submisif Bila teman kita berperilaku submisif, maka kita harus menempatkan diri sebagai teman yang baik dengan tidak memanfaatkannya untuk kepentingan kita. Dari definisi di atas tentang submisif, kita sebagai teman nih, harus menanamkan kepercayaan kepada dia agar dia bisa lebih terbuka kepada kita. Dengan begitu, dia akan nyaman untuk menceritakan keadaan dirinya. Sehingga bila terjadi apa-apa dengan dirinya, dia tidak menimpannya sendiri. Nah untuk membuat seseorang bisa membuka diri dan tidak introvert, maka diperlukan langkah-langkah komunikasi antar personal yang  baik dan terencana. Sebisa mungkin, keterbukaan dimulai dari diri kita untuk curhat dan berbagi cerita. Berikutnya, ajak dia untuk menceritakan kehidupan pribadinya. Dimulai dari tentang keadaan keluarganya dan hubungannya dengan anggota keluarga yang lain. Hati-hati untuk tidak membicarakan teman yang berperilaku submisif tersebut dengan teman yang lain, agar dia tidak paranoid dan berprasangka buruk kepada kita. Akibatnya, dia akan kehilangan kepercayaan dan tidak akan pernah bisa terbuka untuk menceritakan apapun tentang dirinya kepada orang lain, termasuk kita. Waktu dan tempat komunikasi juga penting. Sediakan waktu dan tempat khusus, di mana pembicaraan hanya dilakukan berdua. Hal tersebut untuk membuat teman yang berperilaku submisif tersebut terasa lebih nyaman. Ingat, dia tidak mudah percaya kepada orang lain, sehingga kehadiran orang lain di sekitarnya akan membuat dia menutup diri. Berkomunikasi dengan cara yang benar. Komunikasi bukan hanya secara verbal, tetapi juga non-verbal Kontak mata, body language, gesture, dan ekspresi wajah adalah hal yang penting untuk diperhatikan. Jadilah pendengar yang baik, dengan melakukan kontak mata saat berkomunikas dengannya. Berikan umpan balik saat dia sedang bercerita, misal dengan mengangguk kepala sebagai respon bahwa kita memperhatikan dia. Jangan membantah pendapatanya secara frontal dengan mengatakan, "saya tidak setuju dengan pendapatmu." Atau lebih parah lagi dengan menilai pendapat tersebut, seperti mengatakan, "Saya kira pendapatmu tidak masuk akal dan buruk." Kita bisa saja menanggapinya dengan mengatakan, "Saya menghargai pendapatmu. Namun menurutku apa tidak lebih baik bila....." Kemudian gunakan juga kalimat, "Eh itu terserah kamu saja ya. Pendapatku tidak harus dipilih kok." Hal tersebut untuk menghindari agar kita tidak dalam posisi berhadapan, namun sebagai bagian memberikan pertimbangan, sehingga dia tidak akan bersikap difensif. b. Bila Diri Sendiri Berperilaku Submisif Bila perilaku submisif terjad pada diri kita, maka langkah pertama adalah menyadarinya dan berkomitment untuk menekannya, bahkan menghilangkannya. Tahu dan sadar dengan kondisi kita saja sudah bagus, karena masalah perlaku seringkali tidak disadari oleh penderitanya. Berikutnya, miliki seorang teman, sahabat atau keluarga yang bisa dipercaya untuk bisa memulai berbicara terbuka. Katakan pada diri sendiri, bahwa kita masih punya teman yang dapat dipercaya dan akan menolong kita di saat dalam keadaan sulit. Belajar untuk berbicara secara terbuka, jelas dan jujur. Belajar pula untuk mengatakan 'tidak' pada apa yang tidak kita sukai. Jangan takut orang lain akan meninggalkan kita atau memutuskan pertemanan atau bahkan percintaan, hanya karena kita menolaknya. Teman atau kekasih yang baik, tidak akan meningglkan kita hanya karena kita menolaknya. Bila itu terjadi, yakinkan pada diri sendiri bahwa itu adalah cara terbaik Tuhan untuk menyelematkan kita dari hal yang tidak baik. Maaf, Bianca nulisnya kepanjangan ya. Sebenarnya makalahnya lebih panjang lagi, karena ditulis dalam  5 halaman. Tapi segitu aja dulu ya. Yang penting hari ini Bianca sudah bisa berbagi dari tugas kuliah nih. Makasih sudah mau baca tulisan ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H