Mohon tunggu...
Agung Setiawan
Agung Setiawan Mohon Tunggu... Penulis - Pengurus Yayasan Mahakarya Bumi Nusantara

Pribadi yang ingin memaknai hidup dan membagikannya. Bersama Yayasan MBN memberi edukasi penulisan dan wawasan kebangsaan. "To love another person, is to see the face of God." http://fransalchemist.com/

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Beranikah Ormas Katolik Mengelola Tambang?

4 Juni 2024   08:00 Diperbarui: 4 Juni 2024   08:14 386
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.kompas.id/baca/ekonomi/2024/06/03/privilese-izin-tambang-bagi-ormas-keagamaan-disebut-sarat-kepentingan

Menanti Ormas Katolik

Ada banyak ormas keagamaan yang mendapat tawaran mengelola tambang. Termasuk ormas dari Gereja Katolik. Dari penelusuran, yang masuk dalam ormas Katolik adalah Konferensi Waligereja Indonesia (KWI), Wanita Katolik RI (WKRI), Ikatan Sarjana Katolik Indonesia (ISKA), dan Perhimpunan Mahasiswa Katolik RI (PMKRI).

Pertanyaannya, apakah mereka menerima atau menolak tawaran ini? Isu lingkungan hidup sudah menjadi bahasan global. Tambang adalah salah satu aktivitas ekonomi yang sangat dekat dengan lingkungan hidup. Atas alasan kesejahteraan bersama, aktivitas tambang kerap mengangkangi hak alam untuk lestari.

Gereja menjadi lembaga di dunia yang memberi perhatian besar pada isu lingkungan hidup. Melalui ensiklik Laudato Si, Gereja menyerukan pertobatan ekologis. Di dalam ensiklik yang terbit tahun 2015 ini, Gereja Katolik menyerukan sekaligus mengakui kesalahan, segala dosa, kejahatan atau kelalaian manusia dan bertobat dengan sepenuh hati, serta berubah dari dalam lubuk hati,

"Untuk mencapai rekonsiliasi ini, kita harus memeriksa hidup kita dan mengakui bagaimana kita telah membawa kerugian kepada ciptaan Allah melalui tindakan-tindakan kita dan kegagalan kita untuk bertindak. Kita perlu mengalami suatu pertobatan, perubahan hati" (LS 218).

Ensiklik Laudato Si menjadi dokumen penting yang menunjukkan keberpihakan Gereja pada alam kita yang berubah. Bahkan Paus Fransiskus yang mengeluarkan eksiklik ini dengan tegas menuntut peran umatnya, "Umat Kristiani, khususnya, tahu bahwa tugas mereka dalam dunia ciptaan dan tanggung jawab mereka terhadap alam dan Sang Pencipta merupakan bagian integral dari iman mereka" (LS 64).

Dalam banyak bagian, Ensiklik Laudato Si menyoroti bagaimana perilaku merusak alam menjadi wujud nyata ketidakadilan kepada mereka yang miskin, lemah, dan tersingkir. Dampak perubahan iklim sebagai konsekuensi kerusakan alam membuat mereka makin miskin, sakit, dan menderita. Saat bumi makin panas, mereka yang mengeruk keuntungan dari alam bisa membeli pendingin udara dan air minum, sedangkan mereka yang miskin makin berjuang untuk bertahan hidup.

Ketidakadilan bisa makin luas di tingkat global. Negara kaya bisa membeli karbon ke negara berkembang, tapi negara miskin terus terjerumus dalam kesengsaraan. Ada praktik ketidakadilan yang begitu nyata terlihat. Itulah mengapa Paus Fransiskus kembali mengingatkan untuk kembali ke jalan kesederhanaan. Umat Katolik diajak untuk bergembira dalam hidup sederhana.

"Jalan kembali kepada kesederhanaan memungkinkan kita untuk berhenti dan menghargai hal-hal kecil, berterima kasih atas kesempatan yang ditawarkan oleh kehidupan, tanpa kelekatan pada apa yang kita miliki atau kesedihan atas apa yang tidak kita miliki. Hal ini berarti menghindari dorongan penguasaan dan penumpukan kesenangan saja" (LS 222).

Disadari atau tidak, PP Nomor 25 tahun 2024 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batu Bara terbit kurang dari 2 minggu dengan Pekan Laudato Si yang berlangsung pada 19-26 Mei 2024. Tema yang diangkat tahun ini adalah "Transformasi Pribadi dan Budaya di Tengah Krisis Ekologi dan Iklim."

Bersama Paus Fransiskus, umat Katolik yakin bahwa "tidak ada perubahan yang bertahan lama tanpa perubahan budaya... dan tidak ada perubahan budaya tanpa perubahan pribadi." Umat Katolik di seluruh dunia diminta untuk membuat perubahan mulai dari diri sendiri. Kebiasaan baik menjaga lingkungan yang dimulai dari kebiasaan pribadi, lama-lama akan turut mentransformasi masyarakat sekitar. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun