Mohon tunggu...
Agung Setiawan
Agung Setiawan Mohon Tunggu... Penulis - Pengurus Yayasan Mahakarya Bumi Nusantara

Pribadi yang ingin memaknai hidup dan membagikannya. Bersama Yayasan MBN memberi edukasi penulisan dan wawasan kebangsaan. "To love another person, is to see the face of God." http://fransalchemist.com/

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Misteri Bunker dan Kamar Nonik Ratusan Tahun di Lasem

29 Februari 2020   13:09 Diperbarui: 7 Maret 2020   22:37 1227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya senang dengan budaya dan kesenian. Rumah kuno yang terawat, apalagi dengan bawaan aslinya, bagi saya warisan budaya dan kesenian yang lengkap. 

Di sanalah tergurat filosofi, budaya, kesenian, cara hidup, nilai dan norma bahkan ada "sesuatu" yang dapat dirasakan secara naluri. Rumah Merah Lasem adalah salah satu rumah kuno yang berhasil menggeret saya masuk pada Mei 2019.

Saya bersama keluarga berkesempatan mengunjungi Rumah Merah yang beralamat di Jalan Karangturi No.4/7, Karangturi, Lasem, Jawa Tengah pada Mei 2019 silam. 

Warna merah sudah membuatnya mentereng dari lingkungan sekitar. Belum lagi, 2 pilar di depan rumah yang begitu megah. Kayu-kayu jati tampak bergurat asli, menjadi saksi bisu kedatangan bangsa China di tanah Jawa.

"Rumah ini bergaya Hindia China," kata pemandu kepada kami.

Kalau kita berjalan masuk dari depan, paduan Hindia China itu tampak dari 2 pilar besar yang menyangga rumah. Padahal, untuk menyangga rumah dengan gaya China cukup dengan batang kayu. Hal itu tampak di bagian rumah lainnya, di mana kayu jati besar memasak bumi telah berhasil menjaga rumah berdiri kokoh ratusan tahun. "Dua pilar itu, bergaya Eropa (Hindia)," sambung pemandu.

Di depan pilar, berdiri dua patung besar setinggi sekitar 5 meter. Kalau melihat bentuknya, saya yakin mereka adalah Dewa Pintu yang dalam trandisi Tiongkok disebut Men Shen. Menurut keyakinan, Men Shen ditaruh berhadapan satu sama lain di setiap pintu masuk supaya roh jahat tidak berani masuk.

Sedikit ke dalam, kita kembali disajikan budaya Tiongkok yang sarat makna. Ada pintu yang masing-masing dilengkapi aksara China yang berisi filosofi kehidupan. 

Di sana tertulis, "Melantunkan syair, menjalankan tata susila, guna mendidik anak cucu." Juga ada, "Kesetiaan, bakti dan kerendahan hati membuat negara tenteram." 

Lihatlah, nasihat dan didikan dalam keluarga mengarah pada hal yang lebih luas, yakni negara. Dengan kata lain, jika ingin negara kita besar-kuat-makmur, maka mulailah bangun hal itu dari keluarga-keluarga.

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Untuk pintunya sendiri tampak biasa. Namun di atasnya ada ukiran seperti matahari yang bersinar dan anak panah keluar sebanyak 12. Itu juga punya filosofinya. 

Matahari itu sebenarnya adalah Bunga Teratai yang menunjuk pada Pencipta. Sedangkan dua belas anak panah itu simbol pancaran kehidupan yang diberikan oleh Sang Pencipta kepada semua orang, yang diwakili oleh 12 Shio dan 12 mata angin yang berarti memancar ke seluruh alam semesta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun