Sudah sejak lama Bogor menjadi oase bagi penduduk Jakarta untuk melepas penat. Kota Bogor yang wilayahnya tidak luas, sesak dengan ragam kafe dan restoran. Bergeser ke Kabupaten Bogor, kita semua tahu kalau Puncak yang sebenarnya sudah jenuh tetapi tetap menjadi wisata andalan warga ibu kota. Di tengah situasi tersebut muncul Kopi Daong, tempat stress release baru.
Kopi Daong adalah kafe dan restoran yang berada di tengah hutan pinus. Lokasinya bukan di Kota Bogor dan juga bukan di area Puncak, tetapi di daerah Ciawi, sehingga lalu lintasnya lebih bersahabat. "Kenapa disebut Kopi Daong karena owner kita orang Manado-Jawa, dalam Bahasa Manado daong artinya daun. Filosofinya, kita makan dan minum berada tepat di bawah daun-daun," kata Teddy, pengelola Kopi Daong saat ditemui di lokasi Kopi Daong, 24 Agustus 2019.
Teddy mengakui bahwa ada ratusan bahkan mungkin ribuan kafe dan restoran yang ada di kawasan Bogor, Kota maupun Kabupaten. Namun ia mengklaim Kopi Daong berbeda dengan yang lainnya. Karena tempat ini mengusung alam. Para pengunjung makan dan ngopi di area hutan pinus yang telah ditanam sejak lama. Â Tidak mengherankan, selain karena lokasinya di area perbukitan, kulineran di sini sungguh menyegarkan.
Lebih lanjut, ia menceritakan bahwa Kopi Daong running sejak Oktober 2018. Lalu berhenti sebentar dan soft launching dilakukan pada April 2019. Jadi sejak kami datang pada Agustus 2019, tempat ini sudah berjalan 4 bulan. Uniknya dalam rentang waktu tersebut, beberapa konsumen minta disediakan makanan berat. "Maka kita buka restoran, ini juga baru soft launching."
Secara umum, ada 2 gedung terpisah. Satu di bagian depan berkonsep cafe yang menyediakan minuman khususnya kopi dan makanan kecil. Sesuai namanya Kopi Daong, maka minuman andalan di sini adalah Es Kopi Daong untuk mereka yang addict kopi dan Es Kopi Beuh untuk mereka yang suka kopi yang lebih creamy. Satu gedung lagi adalah restoran untuk mereka yang butuh makanan berat. Testimoni kopinya bisa dilihat di video.
Kopi Daong memang lagi hits sekali. Kami yang datang menjelang sore, sudah susah memilih tempat duduk. Semakin sore sampai malam, jumlah pengunjung semakin banyak. Tak heran, di hari biasa saja bisa ada 700 - 1000 orang. Saat akhir pekan pengunjung tidak kurang dari 4.000 orang, bahkan lebih.
Tidak usah khawatir, kita semua sepertinya pasti bisa menikmati sensasi kulineran di tengah hutan, kok. Karena Kopi Daong ini berada di kawasan yang disebut Wisata Alam Daong Eco Park. Areanya luas sekali dengan fasilitas yang terus dibangun. Ada beberapa wahana dan spot foto yang bisa kita pakai untuk melepas penat.
Sampai saat kami datang, ada wahana Flying Fox Elang, Skybike dan Permadani Terbang. Untuk spot foto tersedia gratis di area Istana Mini dan Sarang Burung. Kalau pengunjung rame, sepertinya kita harus bersabar untuk antri main mawana dan foto narcis di spot yang kece. Â
Daong Eco Park memiliki fasilitas yang lengkap. Sangat memungkinkan jika ada komunitas yang ingin mengadakan dinamika kelompok. Pemandangannya sangat indah, didukung udara segar dan makanan yang enak, maka tidak salah jika Kopi Daong dijadikan salah satu opsi untuk outing bersama kelompok.
Sama seperti tempat wisata di bukit atau gunung, akses jalan selalu menjadi catatan. Benar, di sini pun jalannya tidak luas. Dalam perjalanan, kami berpapasan dengan mobil lain tidak masalah, walau harus pelan-pelan. Tentu, padatnya kendaraan mungkin akan mengganggu penduduk sekitar. Namun, manajemen Kopi Daong mau merekrut penduduk sekitar untuk bergabung. "Sekitar 70-80 persen pegawai dari penduduk sekitar. Kita ada 57 pegawai," ungkap Teddy.
Konsep menjalankan bisnis seperti ini cukup menarik untuk sustainability. Ternyata hal ini tidak mengherankan, karena belakangan kami mengetahui pemiliknya adalah Alex Benyamin. Ia telah lama dikenal sebagai pengusaha suskses, coach, businessman, leader, consultant, dan pemilik klub berkuda ketangkasan. Sebelum masuk ke area Kopi Daong, kita akan bertemu rambu, "Hati-hati Kuda Melintas."
Mungkin karena tempat ini baru, Alex tidak segan menyapa tamu. Dia berkeliling dan menanyakan bagaimana tanggapan konsumen terhadap menu hidangannya. Satu menu yang selalu dia tanyakan adalah Sop Iga yang menjadi andalan restorannya. Dia pun bercerita bagaimana dulu dia membuka area ini dengan susah payah, menanam pohon pinus dari kecil sampai sekarang tumbuh dewasa. Tidak hanya menaungi pengunjung yang datang tetapi pohon pinus telah menjadi naungan rejeki untuk dirinya, keluarga, dan warga sekitar.
Bagi yang tertarik juga datang kemari, Kopi Daong berlokasi di Pancawati, Kecamatan Caringin Bogor, Jawa Barat. Yang lewat tol, jalur tercepat adalah lewat Jagorawi lanjut Bocimi keluar di Pintu Tol Ciawi Selatan. Kemudian lanjut Jalan Raya Bogor - Sukabumi ke arah Sukabumi. Sampai di pertigaan Pasar Cikereteg, belok kiri masuk Jalan Pasar Cikereteg sampai 5,6 km. Dan sampai, deh.
Catatan penting, pertigaan ini sangat padat dan tergolong horror. Jalan masuk ke Jalan Pasar Cikereteg sempit, tetapi banyak yang masuk dan keluar. Di sisi lain, lalu lintas arah Sukabumi maupun ke Ciami padat dengan kontainer. Walau jalan rayanya lebar, tetapi semakin sore sampai malam akan semakin padat sehingga menciptakan hambatan yang bisa membuat stres untuk pengendara mobil. Kalau boleh saran, datanglah siang hari dan sore atau maksimal jam 18.30 pulang.
So, cus aja kita ke Kopi Daong. Ohya, kalau tidak kuat dingin, jangan lupa bawa jaket ya, hehehe
*Tulisan ini juga ada di Blog Pribadi, ONEtimes.id
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H