Menurut catatan Lovely Bogor, Tepas Lawang Salapan Dasakreta terdiri dari 10 pilar, 9 lawang yang berarti pintu, 2 rotunda. Sepintas landmark ini tampak "berdiri sendiri" dan terasing dari Tugu Kujang yang telah ada sebelumnya.Â
Karena arsitekturnya seperti mengadopsi gaya Romawi. Namun sesungguhnya, pilar-pilar tersebut menyesuaikan dengan gaya Istana Bogor. Bisa dikatakan, ini seperti pintu atau lawang belakang dari Istana Bogor.
Masih dari Lovely Bogor, 10 pilar diambil dari falsafah Dasakreta Kerajaan Pakuan Pajajaran. Konsep ini menuturkan bahwa manusia harus menjaga kebersihan 10 (dasa) bagian tubuhnya.Â
Tidak hanya bersih secara fisik tetapi juga bersih pikiran, perasaan, perilaku, dan spiritualnya. Selain filosofi Dasakreta, masih banyak warisan kebijakan Kerajaan Pakuan Pajajaran yang bisa kita serap untuk konteks hidup sekarang.Â
Intinya, hidup manusia harus saling mengasihi, mengingatkan, menjaga perdamain, persahabatan, saling memaafkan, dan keutamaan lain demi mencapai sebuah komunitas yang sejahtera.
Lovely Bogor, berarti "Segala hal di masa kini adalah pusaka di masa silam, dan ikhtiar hari ini adalah untuk masa depan," atau juga bisa, "Apa yang kita nikmati hari ini adalah warisan pendahulu, dan apa yang kita nikmati sekarang akan diwarisi untuk generasi berkutnya."
Satu lagi yang menarik. Di atas landmark ada tulisan, "DI NU KIWARI NGANCIK NU BIHARI SEJA AYEUNA SAMPEUREUN JAGA." Ini adalah semacam peribahasa Sunda yang jika diterjemahkan olehLandmark sebuah kota atau ornamen kota sejatinya tidak bisa dibuat begitu saja. Harus ada refleksi mendalam dari pemimpinnya terhadap budaya kota yang dia pimpin.Â
Nilai dan keutamaan apa yang telah dihidupi dan diwariskan dari para pendahalu, harus diserap dan diintepretasikan dalam sebuah karya seni yang kita sebut landmark atau ornamen kota.
Jika landmark sudah berdiri, tinggal bagaimana pemimpin mengajak seluruh warganya untuk bersimpuh bersama. Menyerap nilai-nilai leluhur yang tercermin dalam karya seni landmark.Â
Hingga pada akhirnya, jika ada ancaman terhadap warga kota, pemimpin mengingatkan kembali kepada landmarknya supaya saling bersatu, saling merangkul, dan kembali dalam satu ikatan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H