Ayunan langkah senyap melewati berderet nisan
Kabut senja menambah kesan sunyi berdebu
Tidak ada lagi semarak kehidupan
Hanya lidah terbelit kelu
Masih kudengar teriak lantang kalian
Mengobarkan semangat atau justru penanda akhir kehidupan Â
Mundur bukanlah pilihan, sekadar pamit mengenakan sarung Â
Tak pernah terpikir, ada secangkir kopi yang menanti kepulangan
Sepotong sunyi tertinggal di makam ini
Satu sama lain tampak tak berbeda
Walau di sana ada militer dan sipil Belanda
Bahkan beberapa di antaranya adalah pahlawan kami
Perjuangan pahlawan kami, terpatri dalam prasasti Ereveld AncolÂ
Berkalung sepi ditinggal gulungan zaman
Terisolir di antara makam bangsa lain
Abadi dalam sebuah kenangan Perang Dunia Kedua
Perjuangan kalian memang telah usai
Tapi di balik pagar, ada semarak kemerdekaan
Kami menolak sunyi
Hadir memberikan makna dalam karya
Akhirnya, pekik merdeka memecah keheningan makam
Jiwa para pejuang, bangkit memberi pacu
Sekali maju, hanya cita yang dituju
Demi Indonesia maju
Kisah kami baru dimulai
Bersimpuh pada pertiwi
Berbisik dalam sunyi
"Merah-putihkan jiwa raga kami."
Ancol
19.8.2019
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI