Â
Pemerintahan Indonesia di bawah Presiden Joko Widodo memiliki pola yang unik, karena mengusung 2 isu sekaligus. Pertama adalah infrastruktur dan kedua milenial.
Infrastruktur digenjot karena menjadi sarana kemajuan. Tanpa kita sadari, infrastruktur ini dibuat berdarah-darah demi pelaku kemajuan itu sendiri, yang tidak lain adalah kaum milenial Indonesia.
 Itulah mengapa, Jokowi dengan gayanya ingin merangkul kaum milenial untuk mau digerakkan maju seiring dengan pembangunan yang dilakukan pemerintah. Karena merekalah yang nantinya menjadi aktor kemajuan bangsa.
Hal ini tidak lepas dari riset yang dilakukan IDN Research Institute bersama Alvara Research Center. Mereka mengungkap bahwa saat ini ada 63 juta kaum milenial dari sekitar 265 juta total penduduk Indonesia dengan usia 20 - 35 tahun.Â
Jumlah yang cukup signifikan untuk mengubah atau menentukan masa depan Indonesia. Generasi milenial ini dibagi dua, Junior Milenial dan Senior Milenial. Junior Milenial adalah mereka yang lahir pada 1991-1998 dan Senior Milenial antara tahun 1983-1990.
Krisis Mulai dari Hal Kecil
Ada banyak sisi menarik dari perilaku milenial, khususnya dalam bidang ekonomi. IDN Research Institute mengungkap bahwa hanya 10,7% dari pendapatan yang ditabung oleh milenial. Sedangkan 51,1% pendapatan habis untuk kebutuhan bulanan, kebutuhan hiburan (8,0%), dan hanya 2% berinvestasi.
Hasil senada didapatkan dari survei bertema "The Future of Money" oleh Luno dan Dalia Research tahun 2019. Mereka merilis sekitar 69% dari generasi milenial Indonesia tidak memiliki strategi investasi.