Indonesia sebagai negara kepulauan menawarkan pemandangan yang menggoda. Dalam satu pulau, kita bisa melepas penat dengan berlarian di pantai, menyapa ratusan ikan dan gugusan terumbu karang, sampai menikmati pemandangan dari atas bukit/ gunung.
Keunikan wisata ini menjadi salah satu pemersatu antara saya dengan isteri. Jika ada waktu libur yang cukup senggang, kami akan memilih untuk wisata pulau. Salah satu travelling yang cukup berkesan adalah saat berkunjung ke Pulau Karimunjawa beberapa tahun yang lalu. Â Â
Untuk ke sana, kami memilih menggunakan jalur darat. Dari jakarta kami naik kereta api dengan jurusan Stasiun Gambir - Stasiun Semarang Tawang, Jawa Tengah. Ini adalah kali pertama saya naik kereta siang hari melewati jalur utara. Ternyata, perjalanan menuju kota yang oleh Belanda dijuluki Veneti van Java itu sangat indah. Ada beberapa spot, kita bisa benar-benar berjalan bersisian dengan pantai dan tepi laut. Â
Lewat 5 jam, kami sudah menjejakkan kaki di Semarang. Cara paling cepat untuk pergi ke Karimunjawa adalah menggunakan pesawat dari Bandara Ahmad Yani di Semarang menuju ke Bandara Dewandaru di Pulau Kemujan, Karimunjawa.
Sayangnya, pilihan naik pesawat bukan keputusan yang bijaksana. Karena bisa merogoh kantong dengan lebih dalam. Bahaya untuk kelangsungan hidup, hehehe.. Jika ingin berangkat dari Semarang, ada pilihan naik Kapal Pelni. Namun sangat tidak ideal karena hanya berangkat hari Jumat jam 23.59 dengan waktu tempuh mencapai 7 jam.
Pilihan transportasi yang paling memungkinkan adalah jalur darat dari Semarang menuju ke Pelabuhan Kartini di Jepara yang berjarak 2 jam perjalanan. Masalahnya adalah, jadwal penyeberangan ke Karimunjawa hanya sekali dalam sehari dan tidak tiap hari. Untuk kapal ASDP jadwalnya hari Senin, Rabu dan Sabtu berangkat jam 07.00. Sedangkan hari Jumat berangkat jam 06.30. Waktu tempuh paling cepat 4 jam.
Jika ingin menyeberang dengan waktu tempuh 2 jam bisa naik kapal cepat tiap hari Senin, Selasa dan Jumat jam 09.00. Sedangkan hari Sabtu jam 10.00. Jadwal ini sangat cair, artinya kalau cuaca tidak memungkinkan maka penyeberangan dibatalkan. Hal ini dialami adik saya. Saat sampai di Semarang, dia ditelpon oleh tour guide lokal kalau kapal tidak berangkat. Setelah menunggu 2 hari, akhirnya adik saya batal sampai ke Karimunjawa. Â Â
Mau tidak mau, kami harus menginap di Semarang. Di Ibu Kota Jawa Tengah ini kami tinggal di rumah teman. Setengah hari kami isi berwisata ke Klenteng Sam Po Kong, Lawang Semu, bahkan sempat beribadah di Katedral Semarang. Untuk kuliner, kami tidak melewatkan untuk melahap lumpia, babat gongso, dan mangut belut yang super pedas.
Hari itu jadwalnya sangat padat. Karena kelelahan, kami tidur cepat. Keesokan harinya, tepat jam 7 pagi kami dijemput mobil travel yang sudah dipesan sebelumnya. Sepanjang perjalanan ke Jepara cuaca tidak terlalu cerah. Bayangan kegagalan travelling ke pulau sempat terlintas di pikiran saya.
Kurang 15 menit sebelum kapal berangkat, kami sudah di loket tiket kapal cepat. Karena ini perjalanan pertama ke Karimunjawa, kami memakai agen perjalanan untuk mengatur kami tinggal di homestay mana dan bergabung ke kelompok wisata lain dalam program 3 hari 2 malam. Open trip seperti ini menjadi tips bagi kami yang ingin berbagi biaya dengan wisatawan lain, sehingga lebih hemat.
Kira-kira 2,5 jam perjalanan kami merapat di Pelabuhan Karimunjawa. Setelah beberes kami langsung snorkeling. Pulau Menjangan Kecil adalah spot terunik yang kami kunjungi. Tidak sekadar melakukan snorkeling, di sini kami bisa memberi makan ikan-ikan di laut lepas secara langsung.
Spot berikutnya berjarak tidak lebih dari 15 menit menjadi tempat foto underwater. Di sini ikannya banyak, terumbu karangnya beragam, namun tidak terlalu dalam. Cocok untuk snorkeling dan sesekali menyelam menikmati kehidupan bawah laut yang begitu mencengangkan. Pulau berikutnya yang kami ingat adalah Pulau Cemara Kecil. Â
Pulau Cemara Kecil menjadi salah satu titik perhentian terfavorit kami. Pasirnya putih, cocok untuk berfoto ria. Selain itu, di sinilah tempat para wisatawan singgah sejenak untuk bakar ikan sebagai menu makan siang. Sambil makan kita bisa menikmati landscape keindahan gunung di pulau besar karimunjawa, yang masih sangat hijau dan rindang.
Badan yang capai dan udara yang sangat panas membuat kami tergoda untuk minum air kelapa muda. Kebetulan di situ ada orang yang jual. Karena termasuk barang langka, harganya jadi cukup mahal. Di situlah saya mulai sadar, bahwa membawa uang tunai sangat penting saat travelling ke pulau atau daerah terpencil.
Selain wisata pulau, Karimunjawa menawarkan beberapa tempat wisata darat. Satu tempat yang kami kunjungi adalah Bukit Joko Tuo. Bukit yang dekat dengan penginapan kami ini menawarkan spot yang sangat menarik untuk menikmati sunset di atas bukit. Penduduk setempat juga menyediakan saung-saung kecil di sini. Sambil duduk menikmati semilir angin, mata dimaja dengan landscape gugusan pulau dan Pelabuhan Karimunjawa.
Ketika malam menjelang saatnya gerilya makanan. Spot andalan kami adalah alun-alun. Ada banyak penjual ikan laut segar yang siap untuk dibakar. Walau di rumah penginapan sudah makan, bau ikan segar yang dibakar membuat perut terasa kosong. Malam itu, kami kalap. Ikan, cumi, sampai lobster kami pesan. Â
Keesokan harinya kembali kami hoping islands menikmati lautan Laut Jawa yang sangat bersih. Hari ini kembali kami makan di pulau dan menikmati air kelapa. Menjelang malam, kami sudah tidak sabar untuk kembali menikmati kuliner hasil laut. Namun, kami sadar bahwa uang tunai yang kami pegang sudah sangat menipis.
Selama di Semarang kami tidak sempat untuk tarik tunai di ATM. Saat di Karimunjawa, kami hanya memikirkan bahwa semua keperluan sudah dipenuhi dalam kesatuan paket wisata. Bahkan jatah makan pun 3 kali dalam sehari. Namun, kami lupa bahwa "godaan jajan" saat travelling ternyata cukup kencang. Belum lagi, membeli oleh-oleh.
Iseng-iseng saya bertanya dengan pemilik home stay, apakah ada ATM di pulau. Saya bertanya tetapi tidak terlalu berharap, karena kala itu, listrik saja hanya hidup setengah hari. Ternyata, di pulau terpencil itu juga ada ATM. Namun hanya ada satu, dan itu pun berbeda dengan ATM bank saya.
Didorong untuk kembali merasakan nikmatnya sea food, saya pergi juga ke ATM yang tidak jauh dari alun-alun. AHA!!! Ternyata ATM BRI di Karimunjawa memiliki logo PRIMA. Akhirnya saya bisa melakukan tarik tunai. Yang lebih penting adalah kami bisa makan malam yang enak dan romantis. Dan bisa menggondol ragam oleh-oleh untuk dibawa ke Jakarta. Kalau ke sana, jangan lupa membeli kerupuk kepiting. Bentuk dan warnanya memang tidak menarik, tetapi rasanya ndes bet. Â Â
Akhirnya, perjalanan ke Karimunjawa menuju akhir. Untungnya masalah finansial dapat teratasi sehingga liburan tidak jadi bete. Ternyata mudah pakai Prima. Jaringan Prima sudah sampai ke pelosok, sehingga memudahkan bagi wisatawan seperti kami. Â
Perjalanan kali ini memberi pelajaran bagi kami untuk menyiapkan uang cash yang cukup sebelum masuk ke daerah wisata. Apalagi tujuannya ke daerah terpencil atau pulau kecil. Apalagi Jaringan Prima sudah beranggotakan 79 bank, memiliki 120.000 ATM berlogo Prima dan 1,2 juta terminal EDC. Bahkan sudah ada di Malaysia, Thailand dan Korea Selatan. Jangan sampai, masalah kecil bisa menghancurkan liburan kita.
*Tulisan ini juga ada di Blog Pribadi, ONEtimes.id
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H