Pemerintah Indonesia di bawah Presiden Joko Widodo sangat menekankan kinerja ekspor sebagai upaya membangun pondasi kemandirian ekonomi. Sektor pertanian tidak luput menjadi sorotan untuk terus meningkatkan ekspor produknya. Kementerian Pertanian mengakui secara umum pihaknya berhasil, terutama untuk ekspor buah tropis.
Dari website Kementerian Pertanian, Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman mengatakan nilai ekspor komoditas pertanian saat ini mencapai 43 juta ton, atau meningkat tajam dari tahun 2013 yang hanya menyentuh angka 33 juta ton. Khusus untuk ekspor buah, sayuran dan bunga-bungaan Indonesia pada 2018 cukup menggembirakan dengan kenaikan 12%, dengan nilai Rp5 triliun lebih. Ekspor sayuran naik 4,8%, bunga 7%, dan buah-buahan 26,3%.
Data dari Direktorat Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian mencatat bahwa buah, sayur, dan bunga kita telah diekspor ke 113 negara. Kita ambil contoh beberapa, buah manggis berhasil diekspor sebanyak 60.000 ribu ton di tahun 2018, atau 30 persen dari total produksi nasional. Hal yang sama juga dialami buah tropis lain seperti nanas, pisang, mangga, salak, rambutan, duren, dan jeruk.
Manisnya buah tropis yang mendunia berkat upaya keras Kementerian Pertanian memangkas birokrasi ekspor. Sebanyak 291 peraturan ekspor yang dipandang menghambat tak ragu dikebiri. Selain itu, waktu pengurusan pun dipersingkat, transparan, dan bebas pungutan liar.
Dari sektor petani, Kementan menggalakkan program untuk membantu para petani dalam hal memperoleh bibit unggul, sarana produksi, pupuk, dan pelatihan sertifikasi produk supaya buah yang diproduksi layak ekspor. Pendekatan kepada para petani seperti ini sangat penting demi menjaga keberlangsungan petani Indonesia. Karena menurut Badan Pusat Statistik (BPS), terjadi penurunan jumlah penyerapan tenaga kerja di sektor pertanian 3,52 juta orang di tahun 2018.
Kita punya pekerjaan rumah yang sangat besar supaya generasi muda tertarik untuk terjun ke dunia pertanian. Semakin banyak orang tidak tertarik pada dunia pertanian, maka tidak heran luas lahan pertanian beralih fungsi. Masih dari BPS, pada 2018 luas lahan hanya 7,1 juta hektare, menurun dari  7,75 juta hektare (2017), dan 8,12 juta hektare (2013).
Harapan itu Masih Ada
Di tengah keberhasilan ekspor produk pertanian ada kekhawatiran tentang masa depan petani. Apakah dunia pertanian menarik bagi kaum milenial? Apakah terjun menjadi petani bisa memberikan masa depan yang cerah? Apakah produk kita akan terus diterima oleh dunia secara berkelanjutan?
Sederet pertanyaan tersebut mulai menemui titik terang ketika saya bertemu dengan Ratih Rachmatika. Mahasiswi Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo itu menarik perhatian saya saat mempresentasikan penemuannya dalam acara Lomba Karya Ilmiah yang berlangsung di Jakarta, beberapa waktu lalu.