Mohon tunggu...
Agung Setiawan
Agung Setiawan Mohon Tunggu... Penulis - Pengurus Yayasan Mahakarya Bumi Nusantara

Pribadi yang ingin memaknai hidup dan membagikannya. Bersama Yayasan MBN memberi edukasi penulisan dan wawasan kebangsaan. "To love another person, is to see the face of God." http://fransalchemist.com/

Selanjutnya

Tutup

Sosok Pilihan

Prabowo, Mesias, dan Natal

15 Januari 2019   07:00 Diperbarui: 15 Januari 2019   07:21 869
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Konsep Ratu Adil

Kalau saya cermati, secara sederhana Prabowo ingin mengatakan bahwa kondisi Indonesia saat ini berada dalam masa keterpurukan. Semakin lama akan semakin tenggelam dan pada akhirnya "tinggal dalam kenangan." Hal itu terjadi karena kezoliman pemimpin yang ada saat ini.

Opini Prabowo menjadi semacam propaganda untuk menciptakan perspektif dalam masyarakat bahwa, sudah saatnya Indonesia membutuhkan pemimpin baru. Seorang pemimpin yang akan membawa rakyat Indonesia pada zaman keemasan, di mana tidak ada impor, asing tidak masuk ke Indonesia, terwujudnya swasembada pangan, sampai pada membangun tanpa hutang sedikitpun.

Kalau dipikir jernih, memang tampak apa yang ditawarkan hanya mimpi dan tidak punya landasan. Tetapi, dalam perspektif logika berpikirnya Prabowo, saya bisa memakluminya. Harapan yang muluk-muluk, menjadi "masuk akal" dan "menjual" bagi rakyat yang telah "dijejali" dengan propaganda bahwa hidup mereka saat ini menderita, susah, hanya bisa membeli tempe setebal ATM, tidak bisa beli apa-apa di pasar dengan yang Rp. 50,000, dan seterusnya.

Publik yang diwakili media tampak riuh dengan lontaran Prabowo dan timnya. Tentu ini menjadi berita yang menjual. Tapi bagi saya, apa yang disampaikannya tampak biasa saja. Hal pertama yang membuat biasa saja, karena ini bukan hal baru. Saya teringat pada salah satu tradisi Kejawen yang berkembang di Budaya Jawa.

Dalam tradisi yang berkembang sebelum terbentuknya Republik ini, ada yang dinamakan konsep "Ratu Adil." Ada dua tokoh dalam sejarah kejawen yang tidak bisa dilepaskan dari "Ratu Adil, yakni Prabu Jayabaya dan Raden Ngabehi Ranggawarsita.

Jayabaya yang terkenal dengan ramalannya itu, adalah seorang raja Kediri yang memerintah sekitar 1135-1157. Ia meramalkan bahwa Nusantara akan dilanda bencana alam yang dahsyat, masyarakat mengalami ketidakadilan, orang baik tertindas sedangkan yang berkuasa berlaku sewenang-wenang, dan lainnya.

Namun, masa itu akan berakhir saat Sang Ratu Adil atau Satria Piningit hadir. Saat itulah, Nusantara akan memasuki zaman keemasan. Rakyat makmur dan sejahtera. Pemimpinnya berlaku adil dan disegani oleh dunia.

Hal senada juga diungkap oleh Ranggawarsita yang hidup pada tahun 1802-1875. Sebagai seorang pujangga dari tradisi Kejawen, ia akrab dengan istilah Ratu Adil atau Satria Piningit. Menurutnya, Sang Ratu Adil akan menjadi penyelamat di tengah kemerosotan di berbagi dimensi, ekonomi, kekuasaan, moral, sampai ragam praktik ketidakadilan.

Apa yang disampaikan Ranggawarsita bukanlah ramalan seperti Jayabaya. Dalam Serat Kalatidha, ia menawarkan ajaran kehidupan. Saat menghadapi Kalatidha yang berarti zaman edan, ia ingin memberi wejangan bagaimana kita menyikapinya. Dalam seratnya, ia mengatakan sebaiknya kita "eling lan waspada" saat menghadapi ketidakpastian atau keragu-raguan. Dalam bab 9-12, ia menyarakankan kita untuk selalu beriktiar, berdoa, dekat dan mohon ampun kepada Tuhan.

Perspektif Mesias

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun