Pada dasarnya semua orang dilahirkan sebagai orang baik. Namun demikian, belum semua orang berbuat baik. Mereka ini bukan tidak mau membantu sesamanya, tetapi belum mengetahui bagaimana caranya.Â
"NusantaRun didirikan untuk menciptakan sebuah ekosistem yang membuat banyak orang berbuat baik," kata Christopher Tobing, Co-Founder Yayasan Lari NusantaRun dalam satu kesempatan di Jakarta, 30 November 2018.
Menurutnya, semua orang bisa terlibat dalam NusantaRun dengan banyak peran. Apapun peran mereka, melalui berlari mereka disatukan untuk membantu sesama. Ada yang menjadi pelari atau fundraiser, relawan dengan banyak spesifikasi, dan tentunya berperan sebagai donatur.
"Sama halnya dengan tahun-tahun sebelumnya, para pelari tidak hanya berlari puluhan hingga ratusan kilometer jauhnya. Mereka juga memiliki tanggung jawab untuk menggalang donasi. Tahun ini, NusantaRun menargetkan donasi yang terkumpul sebesar Rp. 2,5 milyar," tutur Toper, begitu dia biasa disapa.
Memang ada target donasi, tetapi yang lebih penting target itu dicapai oleh berapa banyak orang yang terlibat," ungkap Toper.
Di sinilah maksud sesungguhnya NusantaRun hadir sebagai sebuah ekosistem untuk berbuat baik kepada sesama. Hal ini diamini oleh Tatok, salah satu pelari fundraiser. "Prinsip hidup saya, jangan nunggu berlebihan untuk bantu orang. Ini cocok dengan misi NusantaRun.Â
Saya race bukan untuk sok-sokan lari jauh, tetapi mau nularin semangat membantu tanpa nunggu kita berlebihan. Makanya, untuk event NusantaRun ini, tidak ada liburan keluarga. Liburan setelah NusantaRun selesai," kata Tatok.
Pelari lain, Irine Maharani punya pengalaman berkesan. Perempuan berhijab ini, selalu mengikuti kegiatan NusantaRun dari awal (2013-2017) dan mendaftar untuk tahun ini. "Awalnya saya ingin merasakan sendiri bagaimana rasanya membantu orang. Setelah merasakannya, saya merasa nagih, nagih berlari dan membantu orang."
Kegiatan NusantaRun tahun ini memasuki Chapter 6. Dengan mengusung konsep ultra marathon for charity, Chapter 6 melibatkan 201 pelari dengan rute Wonosono - Gunung Kidul selama 3 hari, 7-9 Desember 2018.Â