Mohon tunggu...
Agung Setiawan
Agung Setiawan Mohon Tunggu... Penulis - Pengurus Yayasan Mahakarya Bumi Nusantara

Pribadi yang ingin memaknai hidup dan membagikannya. Bersama Yayasan MBN memberi edukasi penulisan dan wawasan kebangsaan. "To love another person, is to see the face of God." http://fransalchemist.com/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sejumput Asa Mempersatukan Indonesia dari Pesisir Utara Jawa

21 November 2018   10:55 Diperbarui: 6 Maret 2020   16:14 334
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Foto: Dokpri
Foto: Dokpri
Sanggar tari tidak hanya mengajarkan tarian, tetapi juga kesenian pendukungnya yaitu musik gamelan dan pembuatan topeng itu sendiri. Tari Topeng bak sebuah tubuh yang hanya bisa bergerak sempurna jika didukung oleh alunan gamelan dan topeng yang bagus. Saling bergantung satu sama lain.

Saat kami datang, ada banyak aktifitas terjadi. Di panggung ada banyak anak-anak yang menari topeng dengan sangat luwes dan penuh greget. Ada juga tarian yang dipersembahkan oleh 3 perempuan penghuni lapas. Tarian diiringi oleh gamelan yang dimainkan oleh kolaborasi anak-anak dan para senior. Di satu pojok ada pembuat topeng yang beberapa di antaranya juga penghuni lapas. Sedangkan pojok yang lain ada kelompok ibu-ibu menjajakan souvenir sanggar yang terdiri topeng, gantungan kunci topeng, kain batik dan mangga indramayu.

Aerli menyadari bahwa sebagai penerus Mimi Rasinah, ia memiliki tanggung jawab moral untuk menjaga kelestarian warisan khas Indramayu ini. Harapannya sederhana, supaya tarian ini diterima oleh banyak kalangan dan selalu ada anak muda yang belajar Tari Topeng. "Bagi saya, yang penting memperkenalkan Tarian Topeng terlebih dahulu. Yang dulunya tidak tahu, sekarang sudah tahu."

Menurut Aerli, harapan ini sudah terwujud berkat bantuan SKK Migas dan Pertamina khususnya PT. Pertamina EP Asset 3 Jatibarang Field. Saat ini Tari Topeng sudah masuk ke sekolah-sekolah untuk diajarkan. Tidak kurang dari 300 anak dari sebelas desa telah mendapatkan pelatihan. "Kita perkenalkan dari usia dini. Jadi tidak harus orang tua mendorong-dorong. Ini sudah berjalan 2 tahun. Pelatihannya gratis, kostum juga gratis. Mereka sangat diuntungkan sekali."

Tidak hanya di sekolah-sekolah, pelatihan juga masuk ke Lapas Indramayu yang menjalin kerja sama dengan sanggar. Penghuni lapas juga diajarkan memuat topeng, yang hasilnya akan dijual dan menjadi sumber pendapatan mereka. Harapannya, agar setelah keluar dari lapas mereka memiliki keahlian seni kreatif yang dapat digunakan sebagai mata pencaharian.

Foto: Dokpri
Foto: Dokpri
Tidak mudah memang dalam membuat topeng. Menurut Kano (38), hanya ada 3 orang termasuk dirinya yang bisa dibilang mahir dan masih sanggup berkarya. Dia sendiri baru menekuni dunia ini sejak 2009. Sebelumnya ia adalah pemain gamelan yang mengiringi Tari Topeng.

Sebagai pembuat topeng, ia berharap ada banyak generasi muda mengikuti jejaknya. Menurutnya ada banyak yang tertarik, tetapi tidak memiliki alat. Untuk itu ia berharap ada pihak yang mau membantunya menyediakan perlengkapan membuat topeng sehingga warisan budaya ini tetap terjaga. "Ini soal ekonomi. Saya tidak sanggup. Kerja seperti ini upahnya seperti buruh, tetapi enaknya saya tidak perlu cari kerja. Pembeli datang sendiri. Saya bersyukur sekali," ungkap Kano.

Saya melihat situasi sanggar sudah cukup mewadahi beragam kegiatan, entah untuk latihan, pentas, maupun menyambut tamu. Inilah salah satu bentuk nyata sumbangan pemberdayaan masyarakat dari SKK Migas dan PT Pertamina EP Asset 3 Jatibarang Field.

Menjadi Masyarakat yang Berdaya

Indonesia khususnya Subang dan Indramayu telah sejak lama membentuk kelompok masyarakat. Salah satu buktinya, di wilayah Kabupaten Subang telah ditemukan kapak batu di berbagai tempat yang membuktikan keberadaan kelompok masyarakat pada masa prasejarah. Sejarah telah membutikan bahwa kebudayaan di Indonesia mampu hidup secara berdampingan, saling mengisi, dan ataupun berjalan secara paralel.

Inilah keberagaman budaya yang perlu dijunjung tinggi oleh semua masyarakat. SKK Migas memiliki peran strategis dalam banyak program pemberdayaan, khususnya di Rumah Inspirasi Subang dan Sanggar Tari Mimi Rasinah. Namun demikian, masyarakat sendirilah yang harus mengambil perannya. Karena program pemberdayaan yang dilakukan berjalan di atas rel kesetaraan, partisipasi, keswadayaan atau kemandirian, dan berkelanjutan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun