Mohon tunggu...
Agung Setiawan
Agung Setiawan Mohon Tunggu... Penulis - Pengurus Yayasan Mahakarya Bumi Nusantara

Pribadi yang ingin memaknai hidup dan membagikannya. Bersama Yayasan MBN memberi edukasi penulisan dan wawasan kebangsaan. "To love another person, is to see the face of God." http://fransalchemist.com/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Kedua Korea Bersatu, Nyatanya Tidak Lebih Hebat dari Bersatunya NKRI

8 Juni 2018   07:00 Diperbarui: 8 Juni 2018   13:34 2839
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi dari indonesiabaik.id

"Saya pernah membaca hasil survei publik, yang salah satunya menunjukkan bahwa perdamaian Semenanjung Korea lebih diterima, dibandingkan jika kami (Korea Selatan dan Korea Utara) bersatu," ujarnya.

Walau menimbulkan kontroversi bagi warga di Semenanjung Korea, tetapi ketulusan kedua pemimpinnya untuk mewujudkan persatuan dan perdamaian tetap menjadi nilai tertinggi yang diidamkan seluruh dunia. 

Bahkan kabar terbaru yang diberitakan Kompas.com, niat Korut untuk bersatu ditunjukkan dengan penghancuran menara uji coba peluncuran rudal berhulu ledak nuklir yang ada di Kusong. Selain itu, Pemimpin Korut akan bertemu Presiden AS di Singapura 12 Juni 2018 dengan agenda utama denuklirisasi.

Saya meyakini, apa yang terjadi dengan kedua Korea di atas memiliki dampak global. Hal ini tentu terkait dengan ketegangan keduanya di masa silam, di mana konflik di Semenanjung Korea tersebut membawa dunia pada ketegangan perang nuklir yang bisa menghancurkan masa depan bumi. Maka tidak salah kalau senyum Moon Jae-in dan Kim Jong Un adalah senyum kita semua.

Indonesia yang Istimewa

Sayangnya, kabar baik dari Semenanjung Korea tidak berdampak bagi NKRI. Kita yang membanggakan persatuan dan terkenal dengan budaya timur yang santun, justru terancam oleh perpecahan.

Elit politik di negara ini justru membawa isu-isu sensitif ke panggung nasional untuk memecah belah masyarakat dalam kotak-kotak yang siap untuk diadu, baik melalui unjuk rasa dan pernyataan kontroversial (offline) maupun beragam hoaks di media sosial (online).

Bahkan yang sudah satu agama, masih saja dicari isu-isu yang merusak persaudaraan beragama. Entah itu menggunakan isu PKI, isu keturunan dari ras tertentu, atau isu lain yang tidak berdasar. 

Semua usaha dihalalkan hanya untuk mendapat jabatan, kursi, dan kekuasaaan. Anehnya, semua hal duniawi yang dikejar itu justru mengatasnamakan agama dan "diperkuat" dengan ayat-ayat suci.

Cara-cara seperti ini dikecam oleh Ketua Umum PBNU, KH Said Aqil Siraj. "Penggunaan dalil agama untuk kepentingan politik justru akan merendahkan Alquran. Jangan sekali-kali menggunakan agama untuk kepentingan politik," ucap Said saat menghadiri Lailatul Qiroah di Taman Bungkul Surabaya, Jatim pada Rabu (6/6/2018) malam sebagaimana dikabarkan Okezone.com.

Kekhawatiran ini juga yang dirasakan oleh Presiden Joko Widodo. Dalam acara silaturahim bersama ulama se-Kabupaten Karawang di Pondok Pesantren Assiddqiyah, Kecamatan Cilamaya Wetan, Kabupaten Karawang, Rabu (6/6/2018), Presiden mengatakan, negara lain sangat mengapresiasi nilai-nilai Islam yang dianut oleh masyarakat di Indonesia. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun