Mohon tunggu...
Agung Setiawan
Agung Setiawan Mohon Tunggu... Penulis - Pengurus Yayasan Mahakarya Bumi Nusantara

Pribadi yang ingin memaknai hidup dan membagikannya. Bersama Yayasan MBN memberi edukasi penulisan dan wawasan kebangsaan. "To love another person, is to see the face of God." http://fransalchemist.com/

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Langkah Perum Bulog di Tengah Ancaman "Perang Pangan"

22 Mei 2018   13:36 Diperbarui: 22 Mei 2018   13:46 1180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Urusan perut sepertinya menjadi salah satu bidang yang memiliki dampak yang sangat luas. Tidak hanya masuk ranah pribadi, tetapi juga bisa menggunjang sebuah negara. Bahkan bisa menjadi pemicu penggulingan pemerintahan, atau bisa memicu peperangan antarnegara.

Beberapa orang meyakini penyebab perang di masa depan bukan lagi rebutan ladang minyak atau sumber tambang lainnya tetapi soal makanan dan air. Bumi semakin tua dan tidak semua negara dianugerahi tanah serta iklim yang mendukung untuk pertanian sebagai sumber pangan. Indonesia adalah sedikit negara yang memiliki sumber pangan yang melimpah. Jika kita tidak bisa mengelolanya, anugerah ini bisa menjadi bencana bagi kita semua.

Sadar akan potensi luar biasa ini, Pemerintah Republik Indonesia memiliki Perum Bulog. Menurut Tri Wahyudi Saleh, Direktur Komersial Perum Bulog, landasan hukum Perum Bulog adalah UU Pangan No. 18 Tahun 2012. Bulog diberi amanah untuk memastikan terpenuhinya unsur ketersediaan, keterjangkauan, kestabilan, dan kualitas pangan nasional.

Amanah tersebut dipertajam melalui Prepres 48/ 2016 yang salah satunya memberi mandat Bulog untuk melakukan pengamanan harga pangan di tingkat produsen dan konsumen, serta mengelola cadangan pangan Pemerintah. Selain itu, melalui Inpres 5/2015, Bulog diminta untuk melaksanakan program pengadaan DN dengan menggunakan HPP; Menyalurkan beras bersubsidi untuk masyarakat berpendapatan rendah; Dan mengelola CBP untuk stabilitas harga.

Secara umum, Bulog memiliki tugas ganda, yaitu menjalankan tugas negara untuk menjaga kestabilan harga sehingga terkait dengan kucuran subsidi. Tugas lainnya adalah mencari pendapatan dari menjual bahan pangan ke masyarakat sebagai upaya untuk menghidupi organisasi secara mandiri. Dua hal ini tampaknya bertentangan tetapi sejatinya sama-sama melayani masyarakat, yang di dalamnya adalah karyawan Bulog sendiri, demi terpenuhinya "urusan perut."

Menurut saya, modal yang dimiliki Bulog untuk mengendalikan pangan nasional supaya aman, berkeadilan, berkualitas, dan terjangkau. Bulog sudah punya SDM yang melimpah dan tersebar di seluruh Indonesia. Memiliki jejaring ke petani untuk mendapatkan sumber pangan dari sumber pertama/ produsen. Bulog juga memiliki jejaring yang sangat dekat dengan BUMN terkait, misalnya terkait pendanaan, bahan baku dari Perkebunan Nusantara, pengolahan bahan makanan dari RNI, pupuk, pusat penelitian bibit, dan lain sebagainya. Coba bayangkan, adakah perusahaan swasta yang memiliki jejaringan yang kuat seperti ini?

Tri Wahyudi Saleh, Direktur Komersial Perum Bulog sedang memberi paparan strategi bisnis komersial institusinya.
Tri Wahyudi Saleh, Direktur Komersial Perum Bulog sedang memberi paparan strategi bisnis komersial institusinya.
Sebagai gambaran, berikut adalah beberapa bidang usaha komersial yang ada di Perum Bulog sebagaimana disampaikan oleh Tri Wahyudi. Pertama UB. Opaset, yakni Unit Stuktural Otonom yang dibentuk untuk menyelenggarakan kegiatan usaha optimalisasi asset, meningkatkan asset menjadi lebih produktif, sehingga mengurangi beban biaya perusahaan dan memberikan kontribusi bagi perusahaan guna mendukufng tujuan perusahaan.

Kedua, UB. Jastasma, yakni Unit Stuktural Otonom yang dibentuk untuk menyelenggarakan kegiatan usaha jasa survei kualitas, jasa sistem penyimpanan dan jasa pemberantasan hama.

Ketiga, UB Ritel, yakni Unit Stuktural Otonom yang dibentuk untuk menyelenggarakan kegiatan usaha Perdagangan komoditi pangan dan produk turunannya melalui mekanisme pengembangan jaringan distribusi penjualan dalam bentuk Rumah Pangan Kita dan sejenisnya.

Keempat, UB-Industri, adalah Unit Stuktural Otonom yang dibentuk untuk menyelenggarakan kegiatan usaha yang meliputi produksi, Perdagangan dan jasa:

Petani, Poktan/ Gapoktan, Koprasi, BUMD/BUMDes

Petani -- Sinergi BUMN Membangun Negeri

Petani -- On Farm Kemitraan/ Corporate Approach

Petani -- Rice Estate Company Owned (RECO)*/Komoditas Lain

Kelima, PT. Jasa Prima Logistics yang adalah melakukan usaha dibidang Freight forwarding, Warehousing dan Project Shipment, Jasa logistik dan angkutan baik di dalam maupun di luar wilayah Indonesia untuk mendapatkan keuntungan guna meningkatkan nilai perseroan dengan tetap menerapkan prinsip-prinsip Perseroan Terbatas.

Dari sedikit gambaran tersebut, tampak Bulog sudah punya mekanisme dalam mengelola sumber pangan kita mulai dari pemeliharaan tanaman pangan supaya menghasilkan produk berkualitas, membelinya, mengolah, mengemas, dan menjual langsung ke masyarakat. Rantai distribusinya tidak bertele-tele sehingga menjamin kestabilan stok, harga, kualitas, dan merata di seluruh wilayah Indonesia.

Khusus untuk Rumah Pangan Kita (RPK), Bulog memberi kesempatan kepada siapa saja untuk membuka RPK dan menjual produk Bulog. Untuk saat ini produk yang siap jual adalah Beras Kita, Minyak Goreng Kita, Manis Kita, Terigu Kita, dan Daging Kita. Sebentar lagi, kabarnya akan diluncurkan produk baru yakni Bakso Kita. Semua produk dijamin berkualitas dan terjangkau sebagaimana tagline RPK yakni, "Murah dan Sehat." "Sebagai contoh, harga daging sampai di tangan konsumen Rp. 80.000/ kg," kata Tri.

Kecuali Daging Kita, semua produk Bulog yang dipasarkan secara komersial dihadirkan pada kesempatan #KITAngopowriting. Acara yang diselenggarakan oleh Bulog dan Kompasiana tersebut mengangkat tema "Mengupas Strategi Bulog Perkuat Sektor Komersial." Semua produk KITA tidak hanya dipasarkan melalui RPK, tetapi juga sudah masuk ke jaringan ritel besar di seluruh Indonesia.

Bagaimana dengan kualitasnya? Penulis sudah merasakan KITA, khususnya Beras Kita. Selera orang mungkin berbeda, tetapi karena saya suka nasi yang pulen, maka Beras Kita sangat cocok untuk saya. Rasanya pulen, butirannya tidak pecah, tidak berbau apek, dan memang layak menyandang klaim beras premium.

Secara umum, apa yang dimiliki Bulog sejatinya bisa menjamin bahwa Indonesia memiliki ketahanan pangan. Kita punya semua hal untuk menjadikan negara kita aman dari "perang pangan," yang mengancam dunia di masa depan. Persoalan di sini adalah semakin membuat Bulog lebih profesional dan efisien dalam bekerja. Perbaiki sistem supaya SDM yang banyak tidak memberatkan organisasi. Perkuat organisasi bersama lembaga lain untuk menutup celah "kongkalikong" dengan pengusaha swasta nakal atau mafia pangan yang senyatanya tidak punya struktur jaringan sekuat yang dimiliki Bulog.

Dok.pribadi
Dok.pribadi
Bulog juga harus efisien mengikuti inovasi. Tren zaman ini adalah zamannya ekonomi digital. Perum Bulog sebagaimana BUMN termasuk organisasi pemerintahan adalah produk lama yang nyaman dengan zonanya. Kekuatan ritel baik, namun amat sangat baik jika Bulog sudah masuk dalam bisnis e-commerce.

Saya pernah menulis terkait hal ini dengan mengacu pada data yang dilansir Tim WeAreSocialSingapore. Dikatakan saat ini tidak kurang ada 2,5 miliar pengguna internet. Khusus untuk pengguna media sosial, ada 1,86 miliar pengguna aktif di seluruh dunia. Di Asia, sebanyak 635 juta orang berlangganan paket data agar dapat mengakses internet melalui handphone. Penitrasi pasar Asia terbesar ada di kawasan Asia Tenggara, yakni mencapai 109 juta persen.

Bagaimana dengan Indonesia? Dari total penduduk sekitar 250 juta orang, 38 juta orang di antaranya pengguna aktif internet. Dengan kata lain, penitrasi internet di Indonesia mencapai 15 persen. Tetapi penetrasi perangkat telepon cerdas (smartphone) mencapai 112 persen, atau lebih banyak dari jumlah penduduk kita sendiri. Menurut Prof Richardus Eko Indrajit, dibandingkan  dengan  penetrasi  teknologi  lainnya  dalam  sejarah  manusia, penetrasi  internet  merupakan  yang  paling  cepat,  karena  digambarkan  dalam sebuah  grafik  pertumbuhan  yang  eksponensial. 

Artinya, kalau Bulog tidak mau cepat-cepat masuk ke ekonomi digital dan terus berinovasi ancamannya bukan hanya organisasi yang tidak bisa mandiri, tetapi kelangsungan masa depan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Saya yakin Bulog bisa melakukan hal ini. Darah baru telah disuntikkan ke organisasi ini dengan masuknya Komisaris Jenderal (Purn) Budi Waseso sebagai Direktur Utama.

Selamat Bekerja Perum Bulog. Selamat Ulang Tahun Ke-51 pada 10 Mei 2018. Kami mengandalkan kinerjamu yang semakin nyata untuk seluruh masyarakat untuk mewujudkan kemandirian pangan yang aman, berkeadilan, berkualitas, dan terjangkau.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun