Mohon tunggu...
Agung Setiawan
Agung Setiawan Mohon Tunggu... Penulis - Pengurus Yayasan Mahakarya Bumi Nusantara

Pribadi yang ingin memaknai hidup dan membagikannya. Bersama Yayasan MBN memberi edukasi penulisan dan wawasan kebangsaan. "To love another person, is to see the face of God." http://fransalchemist.com/

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Langkah Perum Bulog di Tengah Ancaman "Perang Pangan"

22 Mei 2018   13:36 Diperbarui: 22 Mei 2018   13:46 1180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Petani -- Sinergi BUMN Membangun Negeri

Petani -- On Farm Kemitraan/ Corporate Approach

Petani -- Rice Estate Company Owned (RECO)*/Komoditas Lain

Kelima, PT. Jasa Prima Logistics yang adalah melakukan usaha dibidang Freight forwarding, Warehousing dan Project Shipment, Jasa logistik dan angkutan baik di dalam maupun di luar wilayah Indonesia untuk mendapatkan keuntungan guna meningkatkan nilai perseroan dengan tetap menerapkan prinsip-prinsip Perseroan Terbatas.

Dari sedikit gambaran tersebut, tampak Bulog sudah punya mekanisme dalam mengelola sumber pangan kita mulai dari pemeliharaan tanaman pangan supaya menghasilkan produk berkualitas, membelinya, mengolah, mengemas, dan menjual langsung ke masyarakat. Rantai distribusinya tidak bertele-tele sehingga menjamin kestabilan stok, harga, kualitas, dan merata di seluruh wilayah Indonesia.

Khusus untuk Rumah Pangan Kita (RPK), Bulog memberi kesempatan kepada siapa saja untuk membuka RPK dan menjual produk Bulog. Untuk saat ini produk yang siap jual adalah Beras Kita, Minyak Goreng Kita, Manis Kita, Terigu Kita, dan Daging Kita. Sebentar lagi, kabarnya akan diluncurkan produk baru yakni Bakso Kita. Semua produk dijamin berkualitas dan terjangkau sebagaimana tagline RPK yakni, "Murah dan Sehat." "Sebagai contoh, harga daging sampai di tangan konsumen Rp. 80.000/ kg," kata Tri.

Kecuali Daging Kita, semua produk Bulog yang dipasarkan secara komersial dihadirkan pada kesempatan #KITAngopowriting. Acara yang diselenggarakan oleh Bulog dan Kompasiana tersebut mengangkat tema "Mengupas Strategi Bulog Perkuat Sektor Komersial." Semua produk KITA tidak hanya dipasarkan melalui RPK, tetapi juga sudah masuk ke jaringan ritel besar di seluruh Indonesia.

Bagaimana dengan kualitasnya? Penulis sudah merasakan KITA, khususnya Beras Kita. Selera orang mungkin berbeda, tetapi karena saya suka nasi yang pulen, maka Beras Kita sangat cocok untuk saya. Rasanya pulen, butirannya tidak pecah, tidak berbau apek, dan memang layak menyandang klaim beras premium.

Secara umum, apa yang dimiliki Bulog sejatinya bisa menjamin bahwa Indonesia memiliki ketahanan pangan. Kita punya semua hal untuk menjadikan negara kita aman dari "perang pangan," yang mengancam dunia di masa depan. Persoalan di sini adalah semakin membuat Bulog lebih profesional dan efisien dalam bekerja. Perbaiki sistem supaya SDM yang banyak tidak memberatkan organisasi. Perkuat organisasi bersama lembaga lain untuk menutup celah "kongkalikong" dengan pengusaha swasta nakal atau mafia pangan yang senyatanya tidak punya struktur jaringan sekuat yang dimiliki Bulog.

Dok.pribadi
Dok.pribadi
Bulog juga harus efisien mengikuti inovasi. Tren zaman ini adalah zamannya ekonomi digital. Perum Bulog sebagaimana BUMN termasuk organisasi pemerintahan adalah produk lama yang nyaman dengan zonanya. Kekuatan ritel baik, namun amat sangat baik jika Bulog sudah masuk dalam bisnis e-commerce.

Saya pernah menulis terkait hal ini dengan mengacu pada data yang dilansir Tim WeAreSocialSingapore. Dikatakan saat ini tidak kurang ada 2,5 miliar pengguna internet. Khusus untuk pengguna media sosial, ada 1,86 miliar pengguna aktif di seluruh dunia. Di Asia, sebanyak 635 juta orang berlangganan paket data agar dapat mengakses internet melalui handphone. Penitrasi pasar Asia terbesar ada di kawasan Asia Tenggara, yakni mencapai 109 juta persen.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun