Mohon tunggu...
Agung Setiawan
Agung Setiawan Mohon Tunggu... Penulis - Pengurus Yayasan Mahakarya Bumi Nusantara

Pribadi yang ingin memaknai hidup dan membagikannya. Bersama Yayasan MBN memberi edukasi penulisan dan wawasan kebangsaan. "To love another person, is to see the face of God." http://fransalchemist.com/

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Ingin Punya Rumah, Malah Dipecat!

17 Oktober 2017   14:59 Diperbarui: 17 Oktober 2017   15:04 1632
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kedua, Maybank KPR tenor hingga 30 tahun yang membuat cicilan KPR kita menjadi lebih ringan. Pihak Maybank juga menyediakan berbagai skema pilihan bunga. Ketiga, Maybank KPR Bebas Bunga. Hal ini memungkinkan karena Maybank KPR dibundling dengan Tabungan Maybank, dimana bunga tabungan bisa mengurangi beban bunga KPR hingga bebas bunga.

Keempat, KPR Take Over. Jika kita merasa terbebani dengan sistem KPR dari bank lain, dan mengalihkan KPR ke Maybak KPR, maka kita akan mendapatkan tambahan dana untuk berbagai kebutuhan. Terkait hal ini kita dibebaskan dari biaya provisi dan biaya administrasi kredit.

Kelima, Maybank KPR Plus yang menawarkan sistem pembayaran cicilan dan rekening koran dalam satu fasilitas. Sistem ini menjadikan porsi rekening koran bisa dilunasi dan digunakan kapan saja. Keenam, Rumah Syariah iB. Dengan ini kita bisa memilih jenis angsuran tetap atau tidak tetap yang menyesuaikan dengan kondisi pasar, semuanya tersedia untuk memberikan rasa nyaman dan tenang.

Ketujuh, Rumah Syariah Multiguna, yakni fasilitas pembiayaan yang dapat digunakan untuk beragam kebutuhan konsumsi dan take over. Kedelapan, Maybank KPR Bunga Special yang dapat digunakan untuk membiayai pembelian rumah, apartemen, kavling, ruko, rukan, konstruksi atau renovasi rumah. Pembelian rumah dapat melalui developer, agen properti bahkan perorangan.

Terakhir adalah fasilitas yang multiguna untuk membiayai berbagai kebutuhan kita. Fasilitas kredit ini bisa untuk membiayai biaya pendidikan, pembelian mobil, pernikahan dengan jaminan rumah, apartemen, atau ruko.

Kuncinya Ada Pada Diri Sendiri  

Sedari awal kita sudah sadar kebutuhan akan papan adalah kebutuhan dasar. Pada kasus saya, berkat tekanan kehidupan, dari usia belia sudah terpikirkan bahwa memiliki rumah sendiri adalah sesuatu yang "mewah." Ternyata, pemerintah pun menyadarinya. Untuk itu, pemerintah saat ini menggelontorkan program 1 juta rumah. Namun, pemerintah tidak mampu menanggung amanah ini sendirian, maka digandenglah swasta. Berkaca pada Maybank dari sektor swasta, ternyata dari 1 bank saja memiliki banyak sekali fasilitas kredit, utamanya Maybank KPR, yang memungkinkan kita untuk bisa punya rumah. Nah menurut saya, sekarang tergantung dari diri sendiri apakah punya kemauan dan tekad yang kuat untuk mewujudkan kebutuhan primer: pangan, sandang, dan papan.

Pengalaman saya mengatakan bahwa punya rumah itu menuntut perjuangan ekstra. Di masa awal mulai bekerja, saya numpang di 2 tempat. Pertama di rumah  teman di daerah Parung, lalu numpang di rumah saudara sepupu di Bogor. Kala itu, saya sudah bertekad, sebelum 5 tahun kerja saya harus sudah punya rumah sendiri.

Untuk hemat waktu dan biaya transportasi maka saya ngekos di dekat kantor di Jakarta. Yang dulunya Bogor-Jakarta PP, sekarang bisa jalan kaki ke kantor. Ongkos bisa ditabung untuk beli rumah. Cita-cita mulia, tetapi apa daya, baru setahun kerja saya dipecat.

Saat itu, saya sempat kecewa dan drop. Namun keinginan punya rumah, membangkitkan kembali semangat kerja. Saya langsung direkrut untuk bekerja di perusahaan komunikasi sampai saat ini. Rumah yang menjadi impian saya adalah rumah tapak, bukan apartemen. Pengalaman saya menginap di apartemen, justru menguatkan saya untuk memiliki rumah tapak.

Seperti namanya, rumah tapak membuat saya benar-benar merasakan menapak bumi. Kaki dan tangan merasakan kehangatan tanah di saat saya bercocok tanam. Pori-pori dan hidung merasakan kesegaran yang dikeluarkan berbagai pohon yang saya tanam di pekarangan. Pertimbangan ini membuat saya harus menerima keadaan bahwa saya tidak akan mungkin punya rumah di Jakarta. Saya pasti tidak mampu membeli rumah tapak idaman di Jakarta karena mahal. Paling mungkin adalah apartemen, jika ingin menetap di Jakarta. Tetapi itu bukan pilihan saya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun