Dalam menghadapi revolusi industri 4.0, hubungan antara nilai-nilai budaya dan kemajuan teknologi menjadi semakin penting. Artikel ini mengeksplorasi bagaimana konsep-konsep Pancasila, sebagai dasar falsafah negara Indonesia, dapat diimplementasikan secara harmonis dalam era teknologi digital. Melalui analisis mendalam terhadap setiap sila Pancasila, artikel ini mengilustrasikan bagaimana nilainilai seperti gotong royong, keadilan, dan demokrasi dapat menjadi pendorong inovasi teknologi yang berkelanjutan. Dengan mempertimbangkan tantangan etika yang muncul seiring perkembangan teknologi, penelitian ini juga mengusulkan pandangan yang berbasis Pancasila untuk membimbing pengembangan teknologi yang menghormati keberagaman dan memajukan kesejahteraan masyarakat. Kesimpulannya, artikel ini memberikan wawasan tentang potensi integrasi nilai-nilai Pancasila dalam perkembangan teknologi, menciptakan fondasi bagi masyarakat digital yang beradab dan bertanggung jawab.
Pancasila merupakan konsep ideologi, landasan bangsa dan pedoman hidup bangsa yang harus dijunjung tinggi oleh bangsa Indonesia untuk mewujudkan tujuan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara sehingga cita-cita bangsa dapat terwujud. Sebagai konsep ideologi Indonesia, Pancasila tidak diciptakan oleh bangsa Indonesia, melainkan berasal dari spiritual, moral, dan budaya bangsa Indonesia yang telah dipengaruhi oleh rasa harga diri. Karena itulah, nilai-nilai Pancasila pada akhirnya akan mengalami pertumbuhan. (Fadhila & Najicha, 2021)
Pancasila sebagai dasar Negara secara filosofis mempunyai akar eksistensi yang sudah melekat dalam kehidupan bermasyarakat, yaitu sejak bangsa dan negara Indonesia belum berdiri. Pancasila sendiri terbukti memiliki kebenaran sehingga mampu mempersatukan masyarakat bangsa indonesia. Nilainilai yang tercantum di dalam Pancasila memiliki arti dan maknanya sendiri. Nilai-nilai pancasila perlu diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, agar masyarakat bisa lebih memahami serta mampu menerapkannya. Tidak hanya nilai-nilai Pancasila saja yang perlu dipahami, akan tetapi etika, moral dan karakter juga perlu dipahami dan diamalkan fungsinya. (Sari & Najicha, 2021)
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin mendorong upayaupaya pembaharuan dalam pemanfaatan hasil-hasil teknologi. Tehnologi mempunyai pengaruh yang besar terhadap globalisasi. Menurut asal katanya globalisasi diambil dari kata global yang berarti dunia. Globalisasi dapat diartikan sebagai proses masuknya keruang lingkup dunia. Banyak kalangan menyadari bahwa globalisasi banyak membawa dampak positif, diantaranya komunikasi lebih canggih transportasi lebih cepat dan lain -- lain. Tapi tanpa kita sadari Globalisasi juga banyak membawa dampak negatif.(Insya Musa, 2015)
Era globalisasi menjadi suatu hal yang tidak dapat dilepaskan dari bangsa Indonesia saat ini. Globalisasi sebagai suatu proses tersebarnya nilai dan budaya dari segala penjuru dunia yang mampu merubah segala tatanan aspek kehidupan manusia, mulai dari aspek sosial, politik, ekonomi, hingga pendidikan. Transformasi yang disebabkan oleh globalisasi dari tahun ke tahun terjadi dengan sangat cepat, baik dari segi teknologi, pendidikan, hukum, maupunekonomi. Di tengah derasnya arus globalisasi saat ini, tantangan utama yang dihadapi oleh bangsa Indonesia yakni adanya krisis moral dan juga krisis karakter yang pada umumnya sangat mempengaruhi para generasi muda penerus bangsa yang saat ini cenderung memiliki rasa individualisme yang tinggi dan sikap nasionalisme yang terbilang cukup rendah. (Rizky Amalia et al., 2022)
Dalam perjalanan menuju masyarakat global yang semakin terhubung dan teknologi yang berkembang pesat, tantangan untuk mengintegrasikan nilai-nilai budaya dan moral menjadi semakin mendesak. Di tengah revolusi industri 4.0, Indonesia sebagai negara yang kaya akan keanekaragaman budaya dan warisan filosofisnya, terus berusaha mencari keseimbangan antara kemajuan teknologi dan pelestarian nilai-nilai tradisionalnya. Salah satu fondasi utama yang membimbing kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia adalah Pancasila, sebuah falsafah yang mencakup nilai-nilai dasar seperti gotong royong, keadilan sosial, dan demokrasi.
Artikel ini merangkum penelitian yang bertujuan untuk menjelajahi dan mendemonstrasikan implementasi nilai-nilai Pancasila dalam konteks era teknologi digital. Dengan menggali lebih dalam ke dalam masing-masing sila Pancasila, penelitian ini akan menggambarkan bagaimana konsep-konsep tersebut dapat menjadi landasan untuk memandu kemajuan teknologi yang tidak hanya efisien tetapi juga sesuai dengan karakter dan identitas bangsa Indonesia. Melalui pemahaman mendalam terhadap hubungan harmonis antara Pancasila dan teknologi, artikel ini berusaha memberikan pandangan baru tentang bagaimana negara dapat menjembatani kesenjangan antara kemajuan teknologi dan pelestarian nilai-nilai luhur.
Metode Penelitian
Metode penelitian yang akan digunakan pada penelitian ini adalah penelitian kualitatif studi pustaka. Penelitian kualitatif adalah suatu proses penelitian untuk memahami fenomena-fenomena manusia atau sosial dengan menciptakan gambaran yang menyeluruh dan kompleks yang dapat disajikan dengan kata-kata, melaporkan pandangan terinci yang diperoleh dari sumber informan, serta dilakukan dalam latar setting yang alamiah. (Walidin & Saifullah, 2015)
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang dilakukan dengan setting tertentu yang ada di dalam kehidupan riil (alamiah) dengan maksud menginvestigasi dan memahami fenomena: apa yang terjadi, mengapa terjadi, dan bagaimana terjadinya? Artinya riset kualitatif berbasis pada konsep going exploring yang melibatkan indepth and caseoriented study atau sejumlah kasus atau kasus tunggal. (Chariri, 2009)
Dengan demikian, penelitian kualiatatif bertujuan untuk mendapatkan pemahaman yang mendalan mengenai masalah-masalah manusia dan sosial, bukan mendeskripsikan bagian permukaan dari sebuah realitas sebagaimana dilakukan penelitian kuantitatif dengan positivismenya. Karena peneliti menginterpretasikan bagaimana subjek memperoleh makna dari lingkungan sekeliling, dan bagaimana makna tersebut mempengaruhi perilaku mereka. Penelitian dilakukan dalam latar (setting) yang alamiah (naturalistic) bukan hasil perlakuan (treatmen) atau manipulasi variable yang dilibatkan(Nina Adlini, Dkk 2022)