Obesitas adalah keadaan di mana jumlah lemak dalam tubuh melebihi batas
normal ketika dibandingkan dengan berat badan keseluruhan seseorang. Obesitas telah
menjadi masalah di berbagai belahan dunia dengan prevalensi yang meningkat pesat.
Peningkatan kasus obesitas secara global termasuk di Indonesia, berdampak signifikan
pada kesehatan dan menurunkan standar hidup. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia
(WHO), kelebihan berat badan dan obesitas merupakan faktor risiko kematian terbesar
kelima secara global. Setiap tahun, sekitar 2,8 juta orang meninggal akibat komplikasi
yang berhubungan dengan obesitas.
Obesitas adalah penyakit kronis yang kompleks, ditandai oleh penumpukan lemak
tubuh berlebih yang dapat mengganggu kesehatan. Kondisi ini meningkatkan risiko
berbagai masalah kesehatan, seperti diabetes tipe 2, penyakit jantung, gangguan
kesehatan tulang dan reproduksi, serta beberapa jenis kanker. Obesitas juga memengaruhi
mutu hidup, termasuk gangguan tidur dan kesulitan dalam bergerak.
Pada tahun 2022, sekitar 2,5 miliar orang dewasa berusia 18 tahun ke atas
mengalami kelebihan berat badan, dengan lebih dari 890 juta di antaranya mengalami
obesitas. Angka ini setara dengan 43% dari populasi orang dewasa (43% pria dan 44%
wanita), meningkat dari tahun 1990 ketika hanya 25% orang dewasa yang mengalami
kelebihan berat badan. Prevalensi kelebihan berat badan bervariasi menurut wilayah,
mulai dari 31 persen di Asia Tenggara dan Afrika hingga 67% di Amerika.
Sekitar 16% dari populasi orang dewasa di seluruh dunia mengalami obesitas pada
tahun 2022, lebih dari dua kali lipat dibandingkan tahun 1990. Pada tahun yang sama,
sekitar 37 juta anak yang berusia di bawah 5 tahun mengalami kelebihan berat badan.
Masalah ini kini lebih umum terjadi di negara-negara dengan pendapatan rendah dan
menengah, khususnya di Afrika, yang mengalami peningkatan hampir 23% sejak tahun
2000. Hampir setengah dari anak di bawah 5 tahun yang mengalami kelebihan berat
badan atau obesitas tinggal di kawasan Asia.
Pada kelompok usia 5--19 tahun, lebih dari 390 juta anak-anak dan remaja
mengalami kelebihan berat badan pada tahun 2022. Prevalensinya melonjak dari 8% pada
tahun 1990 menjadi 20% pada tahun 2022, dengan 19% anak perempuan dan 21% anak
laki-laki terdampak. Pada tahun 1990, hanya 2% dari kelompok usia ini yang mengalami
obesitas (31 juta), namun pada tahun 2022, jumlah tersebut meningkat menjadi 8% (160
juta).
Kelebihan berat badan dan obesitas terjadi akibat ketidakseimbangan antara
asupan energi dari diet dan pengeluaran energi melalui aktivitas fisik. Biasanya, obesitas
merupakan kondisi multifaktorial yang disebabkan oleh lingkungan yang mendukung
obesitas, faktor psikososial, dan variasi genetik. Pada beberapa kasus, penyebab utama
tunggal seperti penggunaan obat-obatan, penyakit, imobilisasi, prosedur medis, atau
kondisi genetik tertentu dapat diidentifikasi.
Lingkungan obesogenic yang meningkatkan risiko obesitas melibatkan faktor
struktural seperti keterbatasan akses terhadap makanan sehat dan terjangkau, kurangnya
mobilitas fisik yang aman, dan minimnya regulasi yang memadai. Selain itu, kurangnya
respons dari sistem kesehatan yang efisien dalam mendeteksi kelebihan berat badan dan
akumulasi lemak pada tahap awal juga memperburuk risiko obesitas.
Risiko kesehatan yang terkait dengan kelebihan berat badan dan obesitas semakin
teridentifikasi dan dipahami dengan jelas. Pada tahun 2019, diperkirakan bahwa BMI
yang lebih tinggi dari angka optimal menyebabkan sekitar 5 juta kematian akibat penyakit
tidak menular, seperti penyakit jantung, diabetes, kanker, gangguan neurologis, penyakit
pernapasan kronis, dan gangguan pencernaan. Kelebihan berat badan pada anak-anak dan
remaja tidak hanya berdampak langsung pada kesehatan mereka, tetapi juga
meningkatkan risiko lebih awal terhadap berbagai penyakit tidak menular, seperti
diabetes tipe 2 dan penyakit jantung.
Selain itu, obesitas pada usia muda memberikan dampak negatif pada aspek
psikososial, termasuk pencapaian akademik dan kualitas hidup, serta sering disertai
dengan stigma, diskriminasi, dan perundungan. Anak-anak yang mengalami obesitas
memiliki kemungkinan tinggi untuk terus mengalami kelebihan berat badan di masa
dewasa dan menghadapi risiko penyakit tidak menular yang lebih besar. Konsekuensi
ekonomi dari obesitas juga sangat signifikan; jika tidak ada tindakan, biaya global akibat
obesitas diperkirakan akan mencapai US$ 3 triliun per tahun pada tahun 2030 dan lebih
dari US$ 18 triliun pada tahun 2060. Selain itu, meningkatnya prevalensi obesitas di
negara-negara berpendapatan rendah dan menengah, termasuk di kalangan kelompok
sosial ekonomi yang kurang mampu, memperluas masalah ini ke negara-negara yang
sebelumnya hanya dikaitkan dengan pendapatan tinggi.
Banyak negara berpendapatan rendah dan menengah menghadapi apa yang
dikenal sebagai beban ganda kekurangan gizi. Sementara negara-negara ini masih
berjuang dengan penyakit infeksi dan kekurangan nutrisi, mereka juga mengalami
lonjakan faktor risiko penyakit tidak menular seperti obesitas dan kelebihan berat badan.
Sering kali, kekurangan nutrisi dan obesitas terjadi secara bersamaan di negara,
komunitas, atau bahkan rumah tangga yang sama.
Anak-anak di negara-negara ini cenderung mengalami kekurangan gizi pada masa
prenatal, bayi, dan anak kecil. Di sisi lain, mereka juga terpapar makanan yang
mengandung tinggi lemak, gula, dan garam, serta rendah mikronutrien, yang biasanya
lebih terjangkau dan berkualitas gizi buruk. Pola makan ini, dikombinasikan dengan
kurangnya aktivitas fisik, menyebabkan peningkatan signifikan dalam obesitas anak,
sementara masalah kekurangan gizi tetap belum terpecahkan.
Kelebihan berat badan, obesitas, dan penyakit tidak menular yang terkait dapat
sebagian besar dihindari dan dikelola. Secara individu, risiko dapat diminimalkan dengan
menerapkan tindakan pencegahan di setiap fase kehidupan, mulai dari sebelum
pembuahan hingga tahun-tahun awal, termasuk:
Memastikan peningkatan berat badan yang sesuai selama kehamilan.
Memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan pertama dan melanjutkan hingga 24
bulan atau lebih.
Mendukung perilaku sehat pada anak-anak, seperti pola makan yang baik,
aktivitas fisik, mengurangi waktu duduk, dan tidur yang berkualitas, tanpa
memandang kondisi berat badan saat ini.
Mengurangi konsumsi minuman manis dan makanan yang tinggi kalori, serta
mempromosikan pola makan yang lebih bergizi.
Mengadopsi gaya hidup sehat yang mencakup pola makan seimbang, aktivitas
fisik, tidur yang cukup dan berkualitas, serta menghindari penggunaan tembakau
dan alkohol.
Membatasi asupan total lemak dan gula, serta meningkatkan konsumsi buah-
buahan, sayuran, kacang-kacangan, dan biji-bijian utuh.
Berpartisipasi secara rutin dalam kegiatan fisik.
Adapun Langkah-langkah yang harus dilakukan oleh para praktisi Kesehatan ialah:
Menilai berat dan tinggi badan pasien di fasilitas kesehatan.
Memberikan konseling tentang diet dan gaya hidup sehat.
Menyediakan layanan pencegahan dan pengelolaan obesitas yang komprehensif
ketika diagnosis obesitas telah dibuat, termasuk saran tentang diet sehat, aktivitas
fisik, serta intervensi medis dan bedah.
Memantau faktor risiko penyakit tidak menular lainnya seperti glukosa darah,
lipid, dan tekanan darah, serta menilai adanya kondisi kesehatan lain dan
gangguan mental.