2.Karakter guru menghadapi arus globalisasi.
Arus globalisasi siap mendobrak semua aspek kehidupan termasuk pendidikan. Dengan dalih globalisasi orangtua dan peserta didik menghendaki lembaga pendidikan bertaraf internasional, peroleh ijazah dan sertifikat yang dapat diakui oleh dunia luar. Alhasil, globalisasi menuntut pendidikan sanggup mempersiapkan diri. Jika lembaga pendidikan (sekolah) tidak mampu memenuhi harapan itu, maka sangat tidak mungkin akan ditinggalkan oleh siswa/ masyarakat, dan tidak ada lagi yang mau belajar di sekolah konvensional. Globalisasi akan menjadi tantangan tersendiri bagi para guru, terlebih yang telah memperoleh legalitas pengakuan akan professionalitas keguruannya, yaitu sertifikat guru. Apabila guru tidak siap menghadapinya maka akan diterjang, dan jika tidak mampu menyesuaikan diri maka akan menjadi orang tidak berguna dan hanya akan menjadi penonton.
Dalam upaya meningkatkan kualiatas pengajaran, guru dengan profisionalitasnya harus bisa mengembangkan tiga intelejensi dasar peserta didik, yaitu, intelektual, emosional, dan moral. Tiga unsur tersebut harus ditanamkan pada diri peserta didik sekuat-kuatnya agar terpatri di dalam dirinya. Kecuali itu guru harus memperhatikan dimensi spiritual siswa.
Guru yang bermutu ialah mereka yang dapat membelajarkan siswa secara tuntas, benar dan berhasil. Untuk itu guru harus menguasai keahliannya, baik dalam disiplin ilmu pengetahuan maupun metodologi mengajarnya. Setidaknya ada empat prasyarat bagi seorang guru agar dapat bekerja professional, yaitu (1) Kemampuan guru mengolah/ menyiasati kurikulum, (2) Â Kemampuan guru mengaitkan materi kurikulum dengan Iingkungan, (3) Kemampuan guru memotivasi siswa untuk belajar sendiri, dan (4) Kemampuan guru untuk mengintegrasikan berbagai mata pelajaran menjadi kesatuan konsep yang utuh.
 Di era global karakteristik guru harus jelas dan tegas dipertahankan antara lain adalah (1) Memiliki ilmu pengetahuan dan teknologi yang kuat, tuntas dan tidak setengah-setengah, (2) Memiliki kepribadian yang prima, (3) Memiliki keterampilan untuk membangkitkan minat peserta didik kepada ilmu pengetahuan dan teknologi.
3.Tantangan profesional guru di era globalisasi
Globalisasi sebagai suatu produk pembangunan dimotori Barat selaku pemegang konstelasi dunia dalam sains-iptek dan ekonomi. Namun, perlu disadari bahwa keberhasilan Barat menjadi pihak paling berpengaruh di dunia sesungguhnya tidak terlepas dari keberadaan dan  peranan lembaga pendidikan. Jadi, persoalan globalisasi tidak terlepas dari keberadaan lembaga pendidikan selaku pencetak Sumber Daya Manusia (SDM). Munculnya kategori negara berkembang (developing countries) dan negara-negara maju (developed countries), pada dasarnya sebagai konsekuensi atas perbedaan tingkat kualitas SDM untuk keperluan modernisasi. Sebagaimana moderisasi, globalisasi merupakan kehalusan sejarah. Globalisasi merupakan bagian dari dinamika peradaban manusia. Islam memandang menuntut ilmu dengan orang yang berjuang di jalan Allah (fisabilillah). Manusia harus berupaya mengejar ilmu tentang bagaimana sesungguhnya syariat dan akhlak Islam. Seorang mewujudkan dimensi praktik agama (syari`ah) dan dimensi pengalaman (akhlak), dia harus mendahlukan dimensi pengetahuan (ilmu). Sebab dimensi ilmu merupakan prasyarat bagi terlaksananya dimensi peribadatan dan dimensi pengalaman. Sejalan dengan berkembang sains-teknologi dan meluasnya pengaruh globalisasi, pendidik senantiasa dituntut dapat mengimbangi perkembangan sains-teknologi yang terus berkembang. Seorang pendidik diharapkan mampu pula menghasilkan anak didik sebagai SDM yang memiliki kompetensi tinggi dan siap menghadapi tantangan hidup dengan penuh percaya diri. Untuk mencipatakan SDM berkualitas tersebut.
 PENUTUP
Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa di era globalisasi saat ini, Indonesia harus mampu meningkatkan mutu pendidikan, sehingga tidak kalah bersaing dengan negara lain. Negara kita harus mencetak orang-orang yang berjiwa mandiri dan mampu berkompetisi di tingkat dunia. Saat ini, Indonesia membutuhkan orang-orang yang dapat berfikir secara efektif, efisien dan juga produktif. Hal tersebut dapat diwujudkan jika kita mempunyai tenaga pendidik yang handal dan mampu mencetak generasi bangsa yang pintar dan bermoral.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin. 1995. Kapita Selekta Pendidikan (islam dan umum). Jakarta: Bumi Aksara.
Mulyasa, 2005. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Opini Baskoro Poedjinoegroho E, Kompas Kamis, 05 Januari 2006.
Tafsir, Ahmad. 1992. Ilmu Pendidikan Dalam Prespektif Islam. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H