Hasil penjualan eskrim salak mereka saat ini terbilang terus meningkat. Dari semula menggunakan gerobak dorong sekarang sudah berubah menjadi gerobak yang dilengkapi dengan sepeda motor Vespa, sehingga memudahkan distribusi dan penjualan eskrim. Terkait omzet, Gema memberi sedikit bocoran dengan 3 outlet yang mereka miliki sekarang, omzet berkisar antara 5-10 juta rupiah per bulan. Satu outlet berada di jalan Halat Medan dan dua Outlet lainnya terletak di kawasan kampus USU.
Cerita sukses Gema dan Aly yang sudah bisa menghasilkan uang sejak dari bangku kuliah, bukannya tanpa kendala. Gema dan Alyefi sudah merasakan pahit getirnya merintis sebuah bisnis. Berbagai tantangan sudah mereka lewati diantaranya Vespa pembawa gerobak yang mogok dan penurunan omzet pada saat musim penghujan.
“Ini kan gerobak pakai motor Vespa tua, jadi sering mogok. Kami kadang harus dorong gerobaknya 3-5 Kilometer, belum lagi kalau hujan pasti yang beli cuma sedikit dan kita sudah pasti rugi. Walaupun bisa dijual lagi tapi tekstur eskrimnya sudah berubah,” ujar Gema.
Pencapaian kedua mahasiswa USU ini ternyata tidak hanya sampai di sini. Dengan ide penjualan eskrim salak, Gema dan Alyefi berhasil menjuarai kompetisi Wirausaha Muda Mandiri Regional I (Aceh, Sumut, Riau, dan Kepri) dan bulan Maret 2015 lalu Gema dan Alyefi telah mengikuti kompetisi Wirausaha Muda Mandiri lanjutan Tingkat Nasional di Jakarta.
Terkait rencana kedepannya, Gema menuturkan bahwa saat ini dia dan Alyefi sudah membuat rencana jangka pendek, yakni mereka menargetkan dalam satu tahun kedepan bisnis eskrim salak ini bias memiliki 10 outlet. Dan untuk 3 tahun kedepan mereka sudah memiliki food truck. Es krim salak ini juga bisa dipesan lewat program program delivery order gratis dengan radius 3 Kilometer dari Kampus USU.
Dua mahasiswa Teknik Industri ini berencana untuk bekerja sama dengan pihak Bank untuk eskpansi ke luar kota Medan seperti Pekan Baru, Padang dan Aceh. “Rencananya dalam 5 tahun kedepan kami ingin menjual bisnis ini lewat kerja sama dengan pihak swasta berbasis sistem kemitraan. Namun ini masih dalam proses yang cukup panjang karena banyak hal internal yang harus kami matangkan terlebih dahulu. Tentu dalam berbisnis semua pihak ingin diuntungkan, jangan sampai ada yang rugi dong, ha-ha-ha” ujar Gema dengan optimis.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H