Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Di Balik Tarik Ulur PSSI dan Shin Tae-yong

20 Juni 2020   20:46 Diperbarui: 21 Juni 2020   04:32 614
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pelatih Timnas Indonesia Shin Tae-yong (kanan) berbincang dengan asisten pelatih Indra Sjafri saat seleksi pemain Timnas Indonesia U-19 di Stadion Wibawa Mukti, Cikarang, Bekasi, Jawa Barat, Senin (13/1/2020). Sebanyak 51 pesepak bola hadir mengikuti seleksi pemain Timnas U-19 yang kemudian akan dipilih 30 nama untuk mengikuti pemusatan latihan di Thailand.(ANTARA FOTO/HAFIDZ MUBARAK A via KOMPAS.com))

Dalam beberapa hari terakhir, muncul perang kata-kata, antara pengurus PSSI dan Shin Tae Yong, pelatih Timnas Indonesia asal Korea Selatan.

Pemicu awalnya adalah keengganan sang pelatih bertolak ke Indonesia, akibat meningkat tajamnya angka pasien virus Corona di Tanah Air.

Dalam situasi seperti ini, alasan seperti ini layak dimaklumi, karena keadaan di Korea Selatan, yang terkenal berbudaya tertib saja masih belum sepenuhnya aman. Apalagi, di Indonesia, yang kita tahu level tertibnya seperti apa, termasuk di Jakarta, yang rencananya menjadi lokasi pelatnas gabungan Timnas Indonesia.

Oke, sebagai jalan tengahnya, PSSI merencanakan pelatnas gabungan di Yogyakarta atau Bali, dua wilayah yang tergolong "zona hijau", bukan zona merah seperti Jakarta. Masalahnya, PSSI tidak punya gambaran jelas, tentang "rencana alternatif" ini, dan justru menolak opsi "rencana B" Shin Tae Yong, yang mengusulkan rencana program pelatnas di Korea Selatan.

Sekilas, opsi ini tergolong "mahal" dari segi biaya, tapi ini justru perlu dilakukan. Selain karena untuk memudahkan koordinasi antar Timnas kelompok umur, program latihan di Korea Selatan juga penting, karena bisa membantu persiapan pemain jelang turnamen Piala Asia U-16 dan U-19, Piala Dunia U-20, dan Piala AFF 2020. 

Dengan pengalaman Shin Tae Yong sebagai eks pelatih Timnas Korea Selatan, mengatur persiapan program latihan di Korea Selatan tentu bukan perkara sulit.

Persiapan khusus ini jelas dibutuhkan, karena Timnas U-19 dan U-16 akan bertanding di Uzbekistan dan Bahrain, dua negara yang tidak beriklim tropis, sama seperti Korea Selatan.

Ditambah lagi, tahun depan Indonesia akan menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20. Seperti diketahui, PSSI seperti biasa selalu pasang target prestasi tinggi, walaupun dari segi persiapan seperti biasa selalu mepet dan alakadarnya.

Hebatnya, cara berpikir Shin Tae Yong yang tergolong rasional, justru mentah oleh rencana PSSI yang masih abstrak. Inilah yang memicu terjadinya perang kata-kata di antara mereka

 Belakangan, diketahui, sosok yang intens melobi Shin Tae Yong, sebelum akhirnya mau melatih Tim Garuda adalah Ratu Tisha Destria, eks Sekjen PSSI yang mundur beberapa waktu lalu.

Memang, sejak awal bertugas, Shin Tae Yong banyak menekankan rasionalitas. Ia sempat menyinggung tentang peringkat FIFA Tim Garuda, dan masalah level kebugaran fisik pemain Indonesia. Berangkat dari situlah, ia lalu mengadakan program latihan fisik intensif, yang memaksa pemain berlatih ekstra.

Hasilnya, kita banyak diperlihatkan, satu sisi tentang pemain kita, yang selama ini sering diabaikan: level stamina yang tidak kuat bermain setelah laga melewati menit ke 60.

Belakangan, Shin Tae Yong sendiri menganggap PSSI kurang realistis, karena PSSI memasang target prestasi terlalu tinggi, untuk ukuran tim penghuni peringkat 173 FIFA. 

Sumber Gambar: @AseanFootball
Sumber Gambar: @AseanFootball
Ibaratnya, Shin Tae Yong seperti ikut balap sepeda, dengan menggunakan sepeda tua yang sudah butut.

Sederhananya, kita semua sekali lagi disuguhi satu cerita lama, tentang absurditas  cara berpikir PSSI.

Seperti biasa, mereka menggunakan animo dan ekspektasi tinggi publik sepak bola nasional sebagai acuan, dan menimpakan semua kesalahan kepada pelatih, jika kekalahan didapat.

Mereka justru masih saja mengabaikan pembinaan pemain muda dan perbaikan kualitas kompetisi. Padahal, dua hal inilah yang bisa menghasilkan Timnas senior berkualitas.

Inilah yang membuat Timnas Indonesia kerap kedodoran, bahkan di level Asia Tenggara sekalipun.

Jadi, pendekatan rasional Shin Tae Yong seharusnya bisa menjadi titik awal perbaikan. Sayang, pengurus PSSI seperti biasa hanya berpikir pendek dan enggan disalahkan.

Bahkan, kali ini mereka seperti coba "playing victim", dengan memanfaatkan keengganan Shin Tae Yong berangkat ke Indonesia.

Sebenarnya, masalah semacam ini adalah satu penyakit lawas di sepak bola nasional. Berhubung situasinya sudah mulai memanas, bukan kejutan jika periode kepelatihan Shin Tae Yong di Timnas Indonesia tidak awet.

Tapi, untuk memberikan efek kejut, seharusnya Shin Tae Yong bisa saja mundur sebelum diberhentikan PSSI. Dari sinilah, orang akan menangkap, ada ketidakberesan. Otomatis, pelatih lain pun akan tahu, seperti apa wajah asli PSSI. Ini sekaligus akan membuat PSSI tak lagi sepenting yang para pengurusnya kira.

Lagipula, dengan lingkungan dan tekanan kerja tak wajar seperti itu, tak ada yang layak dipertahankan. Jika mulai dengan yang baru pun, ini hanya akan mengulangi siklus lingkaran setan, karena kisah serupa pasti terulang.

Selama tak ada perubahan dan perbaikan total, menunggu sepak bola nasional layak dibanggakan seperti tim bulutangkis sama dengan menunggu Godot, yang entah kapan akan datang.

Sampai kapan? Entahlah!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun