Mohon tunggu...
Akhlis Purnomo
Akhlis Purnomo Mohon Tunggu... Penulis - Copywriter, editor, guru yoga

Suka kata-kata lebih dari angka, kecuali yang di saldo saya. Twitter: @akhliswrites

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Kelor, Sehatkan dan Berdayakan Masyarakat Lombok Utara

3 Januari 2021   17:30 Diperbarui: 6 Januari 2021   05:24 1791
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kelor bantu berdayakan ekonomi lokal lewat perempuan (foto: dok Mawar)

KELOR mungkin lebih kita kenal sebagai tumbuhan 'sakti'. Sejumlah kalangan percaya bahwa tanaman bernama latin Moringa oleifera ini bisa mengusir roh halus, melepas kesaktian, bahkan menangkal guna-guna sekaligus digunakan sebagai jimat. 

Saya sendiri harus mengakui jarang sekali mengkonsumsi kelor baik dalam bentuk sayur atau produk olahannya. Pertama, karena kelor belum sepopuler sayur mayur lain seperti bayam, kangkung, atau brokoli.

Kedua, kelor juga di sekitar saya lebih dikenal sebagai pohon penyejuk mata saja. Bukan tanaman pangan. Padahal kelor juga bisa diolah menjadi sayur yang tak kalah lezat dan bisa memberi gizi pada tubuh.

Kelor yang Ajaib dan Multiguna

Terlepas dari semua hal itu, 'kesaktian' kelor ini juga diakui dunia sains. American Chemical Society bahkan menahbiskannya sebagai 'tumbuhan ajaib' sebab bisa dipakai untuk menjernihkan air minum.

Dalam biji kelor, ternyata terkandung bahan alami yang bisa menjernihkan dan memurnikan air dengan cara yang murah meriah dan tanpa proses kimiawi yang rumit dan memberatkan planet.

Manfaat ini tidak bisa diremehkan apalagi kita tahu sebanyak lebih dari 1 miliar orang di dunia saat ini kekurangan air bersih untuk konsumsi sehari-hari seiring dengan pencemaran air yang terjadi secara marak akibat berbagai faktor terutama industrialisasi.

Media AS seperti Washington Post juga pernah mengangkat beragam manfaat kelor bagi manusia. Menurut Amy Quinton dari UC Davis, kelor adalah salah satu tumbuhan yang bisa membantu umat manusia bertahan hidup di tengah ancaman kelaparan akibat ledakan populasi (sumber: washingtonpost.com). Ia tahan kekeringan sehingga hemat air, tidak seperti tanaman pangan lain yang haus air. 

Satu manfaat kelor yang dijabarkannya di tulisan "Moringa, the Next Superfood?" tersebut ialah khasiat anti peradangan (anti inflamasi). Inflamasi ini bisa ditemui dalam tubuh penderita kanker, diabetes, kegemukan, dan malnutrisi.

Peneliti nutrisi dan biosains molekuler di UC Davis School of Veterinary Medicine Peter Havel mengemukakan bahwa mengkonsumsi kelor secara rutin bisa menunda risiko seseorang terkena diabetes hingga 10-15 tahun.

Temuan ini bisa menjadi harapan bagi banyak orang, mengingat diabetes juga sudah menjadi wabah tersendiri di seluruh dunia. Angkat tangan jika di lingkungan terdekat Anda ada orang yang sudah didiagnosis menderita diabetes.

Potensi Kelor di Lombok Utara

Dalam liburan singkat saya di Lombok di awal tahun 2021 ini, saya berkesempatan untuk mengenal manfaat lain kelor, yang ternyata banyak sekali.

Dari seorang teman yang bernama Mawar Joenytha, saya baru tahu bahwa kelor juga bisa digunakan sebagai obat herbal yang membantu pemulihan luka-luka.

"Saya mengalami kecelakaan bulan Maret tahun 2018 lalu. Karena saya alergi obat-obatan medis, saya mencoba alternatif lain. Saya pilih minum teh bubuk kelor," kenang perempuan yang sehari-hari mengajar sebagai pelatih kebugaran tersebut.

Menurut Mawar, zat-zat dalam kelor mampu mempercepat pertumbuhan jaringan kulit dari dalam agar luka-luka cepat kering dan sembuh secara alami.

"Kelor ini juga sudah direkomendasikan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebagai makanan super (superfood) karena kandungan nutrisinya yang padat. Hanya saja masyarakat kita belum begitu familiar karena banyak yang menganggapnya sebagai tumbuhan mistik, termasuk di masyarakat Lombok," terangnya lebih lanjut.

Diakui Mawar, masih ada pandangan di antara masyarakat bahwa kelor bukan bahan makanan yang bergengsi.

"Orang masih beranggapan sayur kelor itu untuk orang yang tingkat ekonominya menengah ke bawah padahal kelor mengandung banyak nutrisi," ucap perempuan yang kemudian tertarik untuk memberdayakan masyarakat dengan memanfaatkan potensi ekonomi kelor.

Bulan April 2018, ia menggunakan modal pribadi untuk memproduksi bubuk daun kelor dan teh daun kelor yang ia sudah buktikan sendiri manfaat kesehatannya.

"Saat itu, saya saksikan banyak daun kelor yang tidak diolah sebagai produk siap jual di Lombok Utara," kenangnya.

Ia pun berniat mengolahnya dan memasarkan kelor menjadi produk yang menjanjikan secara ekonomi. Mawar memberikan lapangan kerja bagi ibu-ibu rumah tangga di sekitar tempat tinggalnya di Lombok Utara. Caranya dengan melatih dan mempekerjakan mereka dalam pengolahan daun kelor sebagai produk kesehatan.

"Saya mempekerjakan ibu-ibu di sekitar rumah untuk memilih, mencuci dan menjemur daun-daun kelor di dalam ruangan. Tujuan saya memang agar untuk mengembangkan ekonomi lokal melalui kaum perempuan setempat," ucap Mawar yang mendonasikan 2,5% dari hasil keuntungan produknya pada anak-anak bergizi buruk dan mengalami gangguan pertumbuhan (stunting) di kabupaten Lombok Utara.

Lebih lanjut, ia mengatakan pendapatan ibu-ibu rumah tangga tersebut bisa digunakan untuk membiayai pendidikan anak-anak mereka. "Ada ibu yang bisa membiayai kuliah anaknya dengan berjualan daun kelor ini," tuturnya.

Seorang ibu lainnya, kata Mawar, bisa memenuhi kebutuhan hidupnya secara mandiri meskipun sudah masuk usia senja dan tak memiliki mata pencaharian lain. (*/Twitter: @akhliswrites)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun