Mohon tunggu...
Hendra Wardhana
Hendra Wardhana Mohon Tunggu... Administrasi - soulmateKAHITNA

Anggrek Indonesia & KAHITNA | Kompasiana Award 2014 Kategori Berita | www.hendrawardhana.com | wardhana.hendra@yahoo.com | @_hendrawardhana

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Melihat Tanda-tanda "New Normal" di Yogyakarta

4 Juni 2020   18:27 Diperbarui: 5 Juni 2020   09:39 1785
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menyambut new normal| Dokumentasi pribadi

Apa yang terlihat pada Minggu, 31 Mei 2020 ketika beberapa orang bergotong royong membongkar pos penjagaan masuk di sekitar tempat tinggal kami tampaknya jadi salah satu penanda awal tatanan kehidupan normal baru. 

Anggapan tampaknya tak keliru karena hari-hari setelahnya beberapa portal yang semula terkunci kembali dibuka.

Spanduk-spanduk berisi himbauan dilarang melintas mulai dilucuti. Beberapa gang kini kembali "bersih" dan bisa dilalui seperti dulu. "Local lockdown" pun dilonggarkan.

Beberapa portal memang masih akan ditutup mulai pukul 22.00 sampai 06.00. Namun, tak ada lagi penjagaan oleh warga. Sedangkan wastafel portabel dan sabun cuci tangan tetap disediakan di mulut gang. Semua orang yang melintas diharapkan sadar untuk mencuci tangan tanpa harus disuruh dan diawasi lagi.

Sementara spanduk baru berwarna kuning mencolok berisi imbauan agar warga disiplin menggunakan masker dipasang. "Kawasan Wajib Pakai Masker, Sering Cuci Tangan Pakai Sabun", begitu isi spanduknya.

Menyambut new normal| Dokumentasi pribadi
Menyambut new normal| Dokumentasi pribadi
Yogyakarta, khususnya Kabupaten Sleman memang belum termasuk daerah yang ditetapkan sebagai percontohan normal baru oleh pemerintah pusat. Meskipun jumlah kasus positif Covid-19 di DIY tergolong lebih rendah dibanding provinsi-provinsi di Pulau Jawa lainnya, tapi sejak terkonfirmasi adanya transmisi lokal pada akhir April lalu, lonjakan kasus positif Covid-19 lumayan mencolok. 

Apalagi setelah muncul klaster baru dari sebuah pusat grosir dan perbelanjaan besar di Sleman. Sejak saat itu kasus positif Covid-19 di DIY didominasi oleh transmisi lokal.

Maka pelonggaran "local lockdown" yang mulai dilakukan di sejumlah perkampungan di Sleman menyimpan dilema dan kekhawatiran yang tak bisa diabaikan.

Di satu sisi, penyebaran Covid-19 belum bisa dikendalikan sepenuhnya. Bahkan, DIY yang wilayahnya tidak terlalu luas, tapi mobilitas warganya sangat tinggi sebenarnya perlu lebih waspada dengan potensi transmisi lokal.

Di sisi yang lain tatanan kehidupan normal baru merupakan keniscayaan. Apalagi sejak Presiden Jokowi memberi sinyal kepada masyarakat Indonesia untuk bersiap memulai normal baru, banyak masyarakat yang menangkapnya sebagai restu pelonggaran.

Padahal, setelah kunjungan Presiden Jokowi ke stasiun MRT di Jakarta dan ke sebuah mal di Bekasi pada dua pekan lalu hingga saat ini belum jelas kapan dan seperti apa normal baru ala Indonesia akan dimulai. Protokol-protokol masih dalam penggodokan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun