Mohon tunggu...
Syaiful Anwar
Syaiful Anwar Mohon Tunggu... Dosen - Dosen FEB Universitas Andalas Kampus Payakumbuh

Cara asik belajar ilmu ekonomi www.unand.ac.id- www.eb.unand.ac.id https://bio.link/institutquran

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Eid Mubarak 49: Lebaran dan Dinamika Kurs

19 April 2024   10:14 Diperbarui: 19 April 2024   10:29 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Dari sudut pandang kebijakan ekonomi, stabilisasi nilai tukar mata uang dan pengendalian fluktuasi kurs valuta asing menjadi penting untuk memastikan stabilitas ekonomi selama musim Lebaran. Intervensi pasar oleh bank sentral, kebijakan moneter yang akomodatif, dan koordinasi kebijakan fiskal dapat digunakan sebagai instrumen untuk mengelola fluktuasi kurs valuta asing dan mengurangi dampak negatifnya pada perekonomian.

Secara kesimpulan, fluktuasi kurs valuta asing memiliki dampak yang signifikan pada perekonomian suatu negara, terutama selama masa musim Lebaran ketika aktivitas ekonomi meningkat. Dampak ini terutama terlihat dalam perdagangan internasional, inflasi, dan stabilitas ekonomi secara keseluruhan. Oleh karena itu, pemahaman yang baik tentang faktor-faktor yang mempengaruhi fluktuasi kurs valuta asing dan implementasi kebijakan yang tepat diperlukan untuk mengelola dampak ekonomi dari perubahan nilai tukar mata uang selama periode ini.

Tinjauan Teoritis: Teori Paritas Daya Beli

Dari sudut pandang teoritis, fluktuasi kurs valuta asing selama Idul Fitri dapat dipahami melalui teori paritas daya beli. Teori ini menyatakan bahwa kurs valuta asing harus mencerminkan perbandingan antara tingkat harga barang dan jasa di dua negara yang bersangkutan. Jika terjadi ketidakseimbangan antara kurs valuta asing dan tingkat harga, maka akan terjadi arbritrase, di mana investor akan memanfaatkan perbedaan harga untuk mendapatkan keuntungan.

Pada masa musim Lebaran, terjadi peningkatan signifikan dalam tingkat konsumsi masyarakat, terutama dalam pembelian bahan makanan, pakaian baru, dan kebutuhan lainnya untuk merayakan Idul Fitri. Hal ini menciptakan permintaan yang tinggi terhadap barang dan jasa, baik yang diproduksi secara domestik maupun yang diimpor dari luar negeri. Dalam konteks ini, Teori Paritas Daya Beli dapat menjadi relevan untuk menganalisis hubungan antara perubahan harga di dalam negeri dan fluktuasi nilai tukar mata uang.

Menurut Teori Paritas Daya Beli, jika harga barang dan jasa di Indonesia meningkat secara signifikan selama musim Lebaran, maka nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing harus menguat agar paritas daya beli terjaga. Artinya, jika tingkat inflasi di Indonesia lebih tinggi daripada di negara mitra perdagangannya, maka rupiah seharusnya menguat untuk mengkompensasi perbedaan tersebut agar daya beli relatif tetap sama di kedua negara.

Namun, dalam praktiknya, implementasi Teori Paritas Daya Beli tidak selalu berjalan sesuai dengan yang diharapkan, terutama selama masa musim Lebaran. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi hubungan antara harga domestik dan nilai tukar mata uang, seperti elastisitas harga, ketidaksempurnaan pasar, dan ekspektasi inflasi.

Elastisitas harga, misalnya, mengacu pada seberapa responsif harga suatu barang terhadap perubahan harga mata uang. Jika harga barang cenderung tetap stabil meskipun nilai tukar mata uang berfluktuasi, maka Teori Paritas Daya Beli mungkin tidak sepenuhnya berlaku. Hal ini dapat terjadi dalam kasus barang-barang dengan permintaan inelastis, seperti kebutuhan pokok, di mana konsumen cenderung membayar harga yang ditetapkan tanpa terlalu memperhatikan perubahan nilai tukar.

Ketidaksempurnaan pasar juga dapat memengaruhi keterlaksanaan Teori Paritas Daya Beli. Misalnya, adanya hambatan perdagangan, seperti tarif atau kuota impor, dapat menyebabkan harga barang domestik menjadi lebih tinggi daripada yang diantisipasi oleh teori. Dalam kasus ini, nilai tukar mata uang mungkin tidak mengalami perubahan yang sebanding dengan perubahan harga domestik, sehingga paritas daya beli tidak tercapai.

Selain itu, ekspektasi inflasi juga dapat memainkan peran dalam menentukan hubungan antara harga domestik dan nilai tukar mata uang. Jika pasar memperkirakan inflasi yang tinggi di masa depan, maka nilai tukar mata uang mungkin akan merespons lebih cepat terhadap perubahan harga domestik untuk mencerminkan ekspektasi tersebut. Namun, jika ekspektasi inflasi tidak terlalu tinggi, nilai tukar mata uang mungkin tidak berubah sejalan dengan perubahan harga domestik.

Dalam konteks Indonesia, implementasi Teori Paritas Daya Beli selama masa musim Lebaran dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti kebijakan moneter dan fiskal, stabilitas politik, serta kondisi pasar global. Bank Indonesia, sebagai bank sentral negara, memiliki peran penting dalam mengelola nilai tukar mata uang agar tetap seimbang dengan kondisi ekonomi domestik. Selain itu, kebijakan fiskal yang tepat juga dapat membantu mengendalikan inflasi dan memperkuat daya beli rupiah selama musim Lebaran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun