Mohon tunggu...
Sigit Eka Pribadi
Sigit Eka Pribadi Mohon Tunggu... Administrasi - #Juara Best In Specific Interest Kompasiana Award 2023#Nominee Best In Specific Interest Kompasiana Award 2022#Kompasianer Terpopuler 2020#

#Juara Best In Specific Interest Kompasiana Award 2023#Nominee Best In Specific Interest Kompasiana Award 2022#Kompasianer Terpopuler 2020#Menulis sesuai suara hati#Kebebasan berpendapat dijamin Konstitusi#

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

3 Tips Menjadi Atasan yang Kompeten

23 Juni 2020   08:10 Diperbarui: 24 Juni 2020   06:19 1826
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi atasan di kantor (Sumber: www.lhcpafirm.com)

Menjadi seorang atasan di kantor sangat dituntut untuk memiliki kompetensi kepemimpinan yang bermutu dan berkualitas.

Kompetensi kepemimpinan merupakan kemampuan dan kecakapan yang harus dimiliki oleh seorang atasan, dalam rangka melaksanakan tugas dan tanggung jawab untuk memimpin para bawahan yang dilandasi oleh pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja.

Sehingga, kalau seorang atasan tidak mampu menunjukan atau memiliki kompetensi kepemimpinan yang bermutu dan berkualitas.Maka kedepannya akan dapat memberi dampak yang kurang baik dalam rangka perjalanan kepemimpinannya dihadapan para bawahannya, dan pada akhirnya seorang atasan justru jatuh terdegradasi.

Bahkan bila kompetensi kepemimpinan tersebut justru semakin memburuk, akan dapat menyebabkan seorang atasan jadi semakin kehilangan kredibilitasnya yaitu hilangnya kekuatan untuk menimbulkan kepercayaan dihadapan para bawahan.

Termasuk juga akan semakin kehilangan kapabilitasnya yang semakin menurun menjadi tingkatan powerless yaitu seorang atasan jadi kehilangan kekuatan berkaitan dengan skill yaitu kemampuan, kecakapan, dan keterampilan.

Nah, inilah kiranya yang menjadi latar belakang alasan, kenapa seorang atasan harus wajib memiliki kompetensi kepemimpinan yang bermutu dan berkualitas.

Lalu apa yang diperlukan oleh seorang atasan agar memiliki atau dapat membangun kompetensi yang berkualitas, tangguh dan mumpuni dalam kepemimpinannya?

Menjadi atasan memang tidaklah semudah membalik telapak tangan, sehingga seorang atasan sangat perlu berbagai trik ataupun cara agar dapat membangun kompetensi kepemimpinan yang bermutu dan berkualitas tersebut.

Sehingga beberapa hal penting kepemimpinan seperti apa yang menjadi dasar, pondasi, dan parameter ataupun indikator pokok yang berkaitan dengan kepemimpinan, perlu diramu ataupun diracik dan dikombinasi dengan baik, agar penerapan kepemimpinan dapat cocok, mujarab dan dapat diterima oleh para bawahan.

Nah, berkaitan dengan itu, penulis ingin berbagi sedikit pengalaman dan berbagai pembelajaran yang pernah penulis peroleh dalam rangka kompetensi kepemimpinan tersebut yang nantinya bisa disesuaikan dengan pekerjaan masing-masing.

Ya, atasan memang harus memiliki karakter dan kharisma kepemimpinan yang kuat sebagai kunci dalam membangun performa, pengaruh dan wibawa kepada para bawahan.

Sering terjadi para atasan tidak dapat menguasai dan mengemban job desknya karena gagal membangun karakter dan kharismanya kepada para bawahan.

Sehingga sangat berpengaruh kepada lemahnya peforma, pengaruh dan wibawa para atasan yang kurang memberi dampak berarti kepada para bawahan. Oleh karenanya beberapa hal yang akan penulis jabarkan pada artikel ini semoga bisa jadi saran dan pertimbangan yang bermanfaat.

Tentang bagaimana caranya membangun dan mengembangkan kompetensi kepemimpinan dengan kekuatan penuh atau powerfull, agar jadi bermutu dan berkualitas.

Ilustrasi gambar | Dokumen Shutterstock.com/Learnloft.com
Ilustrasi gambar | Dokumen Shutterstock.com/Learnloft.com

Pertama, membangun kredibilitas dan menguatkan influence (pengaruh) melalui engagement dan enpowerment yang bijak.

Seorang atasan harus mampu membangun kepercayaan kepada para bawahan melalui penguatan engagement, yaitu bagaimana para bawahan merasa dihargai, punya peran dan keterlibatan yang berarti.

Sehingga para bawahan ada keterikatan rasa memiliki yang kuat dan penjiwaan yang tinggi terhadap bidang pekerjaannya dan juga kepada kantornya.

Para bawahan jadi merasa dipercaya bahwa apa yang sudah menjadi pekerjaannya adalah penting, tidak peduli apapun level jabatannya dalam struktur organisasi.

Mereka percaya bahwa apa yang telah mereka kerjakan saling memiliki dampak dan keterikatan yang tak terpisahkan antara satu sama lainnya ataupun antara satu bagian/bidang dengan bagian/bidang yang lainnya, sehingga dapat mewujudkan kesadaran untuk saling bersinergi dan kompak.

Nah, ketika engagement ini sudah tertanam kuat kepada para bawahan, maka artinya seorang atasan sudah berhasil memiliki kekuatan untuk mempengaruhi (to influence).

Maka kekuatan mempengaruhi ini tinggal dilanjutkan dengan kebijakan enpowerment, yaitu bagaimana seorang atasan menjalankan wewenang dan otoritasnya untuk memberdaya gunakan para bawahan.

Bagaimana seorang atasan dapat menfaatkan pengaruh yang dimilikinya sebagai kekuatan otoritasnya dalam rangka mendelegasikan perintah untuk memberdaya gunakan berbagai kemampuan intelektual, bakat atau potensi yang dimiliki oleh para bawahan pada bidang pekerjaannya masing-masing.

Jadi disinilah yang menjadi ruhnya, ketika kuasa untuk memberi perintah sudah ditangan, artinya para bawahan sudah terpengaruh dan terbawa dengan ritme dan irama kepemimpinan. Yang mana dalam hal ini seorang atasan berhasil membangun kredibilitasnya, para bawahan jadi patuh dan taat kepada atasan, mereka percaya bahwa apa yang menjadi perintah tersebut merupakan bentuk dipercayanya para bawahan.

Sehingga para bawahan akan menjunjung tinggi dan memegang teguh amanah dengan tidak pernah menolak perintah yang dipercayakan tersebut.

Selalu setia dan loyal dan menjalankan perintah yang diamanahkan dengan penuh rasa tanggung jawab dan kesungguhan hati. Dan pada suatu ketika enpowerment dan engagement ini dapat memberi dampak dan pengaruh yang kuat, konstan dan terus menerus, serta selalu diterapkan kepada para bawahan, sampai pada akhirnya dapat stabil pada titik yang ajeg dan konsisten, maka disinilah sejatinya seorang atasan telah berhasil menemukan wibawa dan aura kharismatiknya.

Kedua, membangun dan menguatkan karakter dan performa yang fleksibel dan adaptip.

Karakter merupakan ke khasan pembawaan sikap perilaku yang berkaitan dengan kepribadian yang dimiliki seseorang, dan biasanya juga akan selalu berkaitan dengan performa yaitu bagaimana tampilan nyata dari karakter tersebut.

Pastinya karakter dan peforma ini akan membentuk gaya kepemimpinan seorang atasan, sehingga seorang atasan harus mampu membangun dan menguatkan karakter dan peforma yang dimilikinya untuk bisa mengakomodir berbagai macam karakter dan peforma para bawahan.

Jadi disini, seorang atasan harus mampu membangun gaya kepemimpinan yang fleksibel dan adaptip, yaitu gaya kepemimpinan yang luwes dan lentur dan bisa diterima oleh para bawahan.

Sehingga para bawahan bisa menerima dan menyesuaikan diri dengan gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh seorang atasan.

Kalau para bawahan bisa menyesuaikan diri dengan gaya kepemimpinan yang diterapkan artinya seorang atasan sudah dapat mengetahui bagaimana karakter, peforma dan kemampuan yang dimiliki oleh para bawahannya.

Dan ketika para bawahan sudah merasa selaras dan menyukai gaya kepemimpinan yang diterapkan, maka artinya seorang atasan telah mampu beradaptasi atau menyesuaikan diri dengan dinamika, baik itu situasi ataupun keadaan yang selalu bergerak dan berubah-ubah.

Jadi, ketika hubungan antara seorang atasan dan para bawahan sudah saling memberikan feedback yang positif, maka disinilah antara seorang atasan dan para bawahan sudah saling menemukan penjiwaan karakter dan performanya sesuai bidang pekerjaannya masing-masing.

Ketiga, mengutamakan problem solving dan continues learning dalam rangka menguatkan kapabilitas kepemimpinan.

Problem solving bagi kompetensi kepemimpinan biasanya selalu berkaitan dengan kemampuan atau skills seperti bagaimana seorang atasan memiliki kemampuan menganalisa, meneliti, berkreasi, berinovasi, berkomunikasi dan mengambil keputusan.

Mampu berempati dan mau mendengar apa yang menjadi pendapat ataupun permasalahan para bawahan, mampu untuk mengidentifikasi berbagai masalah serta saling mengkomunikasikannya untuk menemukan solusi yang efektif dalam rangka mengatasi permasalahan.

Sehingga sinergi dan kebersamaan antara atasan dengan para bawahan selalu terwujud, dan kalau sudah begini rancangan ide-ide yang kreatif ataupun rancangan inovatif bisa terbangun bersama, karena masing-masing telah saling menemukan passion dan mudah untuk mencari titik temunya.

Hal yang tak kalah penting juga, bagaimana seorang atasan bisa selalu transparan atau terbuka dalam hal continues learning kepada para bawahan, baik itu soal reward, pengembangan karir, keterampilan, bakat, dan pengetahuan seperti on the job training, experiences training dan sebagainya.

Artinya dalam hal ini, semua memiliki kesempatan yang sama, baik itu untuk para bawahan atau bagi sang atasan sendiri dan dinilah juga seorang atasan telah mampu mewujudkan dan menjaga kapabilitas kepemimpinannya sendiri.

Atasan menyadari diri bahwa tidak harus selalu para bawahan yang dituntut untuk selalu mengembangkan diri, tapi atasan wajib juga untuk selalu mengembangkan diri.
-----
Nah, inilah kiranya yang bisa penulis bagikan kenapa kompetensi kepemimpinan ini harus bermutu dan berkualitas serta menjadi keutamaan dalam memimpin. Nah, yang jelas apa yang sudah penulis bagikan ini sudah penulis alami dan pastinya kenapa penulis juga berani menuangkannya, artinya apa yang sudah penulis sampaikan ini telah berhasil penulis terapkan dalam praktiknya dilapangan.

Jadi bukan juga bermaksud menggurui, tapi semoga bisa menjadi tambahan ilmu dan wawasan yang bermanfaat.

Salam hangat.
Sigit Eka Pribadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun