Mohon tunggu...
Shirley
Shirley Mohon Tunggu... Lainnya - Berpengalaman sebagai Apoteker di sebuah rumah sakit

Saya menyukai alam, musik, dan sejarah dunia. "Bacaan yang baik menyehatkan pikiran sebagaimana olahraga yang tepat menyehatkan raga."

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Misteri di Balik Suplemen Beras Angkak Merah Setelah Kematian Dua Konsumen

27 Maret 2024   23:42 Diperbarui: 28 Maret 2024   18:05 536
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kobayashi Pharmaceutical menarik produk suplemennya yang mengandung red yeast rice atau angkak. (Foto: The Japan Times)

Berdasarkan data ditemukannya citrinin pada beberapa produk suplemen dengan kandungan RYR atau beras angkak merah di Taiwan dan AS, European Commission Regulation No 212/2014 telah mengamandemen Regulasi No 1881/2006 terkait kadar maksimum kontaminasi citrinin pada suplemen makanan yang mengandung beras fermentasi Monascus purpureus. Atas dasar nefrotoksisitasnya dan ketidakpastian karsinogenisitas dan genotoksisitas dari citrinini, maka kadar maksimum citrinin yang diperbolehkan dalam suplemen dengan basis beras yang difermentasi adalah 2 mg/kg. 

Tetap Waspada Menggunakan Produk "Herbal" 

Obat-obat dari bahan herbal semakin mudah ditemukan dengan kemajuan teknologi pembuatan sediaan dari bahan alam. Obat-obat jenis ini juga mudah ditemukan di pasaran dan dapat dibeli secara bebas atau tanpa memerlukan resep dokter, baik dari apotik, toko obat, supermarket, maupun toko lainnya. 

Masyarakat sering kali berasumsi bahwa obat herbal aman digunakan karena berasal dari bahan alami, bukan sintetis seperti obat kimia. Namun sesungguhnya yang tidak dipahami masyarakat adalah bahwa obat herbal dapat bekerja juga adalah dikarenakan di dalamnya juga terdapat senyawa kimia yang prinsipnya sama seperti obat kimia sintetis. Obat kimia mengandung senyawa kimia dengan struktur tertentu yang mampu berinteraksi secara kimia di dalam tubuh manusia, sama halnya dengan obat herbal ataupun obat tradisional. 

Setiap senyawa kimia dengan struktur kimia tertentu yang mampu bereaksi di dalam tubuh manusia mempunyai selain efek terapi (pengobatan) tentu juga mempunyai efek samping. Efek samping ini bersifat individual, artinya belum tentu terjadi pada semua individu. Efek samping dapat terjadi pada berbagai organ, dan resiko ini akan meningkat biasanya dengan semakin besarnya dosis maupun semakin lama jangka waktu suatu obat digunakan. 

Masyarakat perlu memahami bahwa efek samping obat lebih mudah diidentifikasi bila menggunakan satu zat aktif tunggal saja dalam satu sediaan. Pada obat herbal yang umumnya adalah masih dalam bentuk ekstrak selain zat aktif utama besar kemungkinan juga terdapat senyawa atau zat-zat lainnya. Oleh karenanya efek samping dari penggunaan obat herbal sering kali justru sulit diprediksi dan dapat berbahaya dalam kasus-kasus tertentu. 

Banyak orang juga menggunakan obat herbal sebagai tambahan dari obat kimia yang sudah diresepkan oleh dokter tanpa sepengetahuan dokternya. Hal ini juga berbahaya. Misalnya pasien sudah menggunakan obat penurun kolesterol dari golongan statin, namun juga mengkonsumsi aneka suplemen herbal yang juga dapat menurunkan kolesterol. Pasien tidak paham bahwa kedua bahan tersebut dapat berinteraksi dan bisa menimbulkan efek yang merugikan tubuhnya. 

Kandungan senyawa aktif utama dalam obat herbal tidak terstandar seperti obat kimia. Maksudnya begini. Obat penurun kolesterol statin dengan label lovastatin 20 mg pada kemasan artinya di dalamnya hanya terkandung zat utama penurun kolesterol sebesar 20 mg. Obat kimia dengan dosis terukur ini juga telah melewati serangkaian penelitian sehingga informasi aturan pakai dan efek samping yang mungkin ditimbulkan dalam pemakaian jangka panjang juga sudah jelas. Sedangkan suplemen herbal dengan kandungan bahan tertentu yang mempunyai efek menurunkan kolesterol tidak diketahui secara tepat berapa jumlah zat aktif di dalamnya. Misal dalam suplemen yang berisi RYR atau angkak tidak diketahui berapa jumlah monakolin K sebagai zat aktif utama yang berkhasiat untuk menurunkan kolesterol. Karena jumlah monakolin K yang tidak diketahui pasti maka akan sulit untuk memperkirakan aturan dosis yang paling tepat dan juga efek sampingnya. 

Sediaan herbal juga sangat bervariasi kandungan zat aktifnya, tergantung bahan baku dan proses produksinya. Jadi tidaklah heran dari berbagai studi diketahui banyak variasi kandungan monakolin dari  banyak suplemen herbal RYR walaupun mereka mempunyai bobot bahan yang sama.  

Oleh sebab itu kita perlu bijak dalam menggunakan suplemen herbal untuk merawat kesehatan. Pemakaian jangka panjang tidaklah dianjurkan dan perlu mengkonsultasikan hal ini kepada dokter yang merawat. 

Beberapa penelitian juga melaporkan bahwa obat-obatan herbal juga dapat menyebabkan kerusakan pada ginjal dan hati pada beberapa orang. Hal ini karena kandungan toksin atau cemaran tertentu misalnya logam berat dalam produknya, ataupun karena kandungan dalam obat herbal itu berinteraksi dengan obat lainnya. Sebagaimana obat kimia, obat-obat herbal juga perlu dimonitor ketat selepas pemasarannya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun