Mohon tunggu...
Sherrin Salim
Sherrin Salim Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswi Ilmu Komunikasi Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Life's about experiments, the more the better.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Hidup di Korea Selatan Tanpa Alkohol? Mustahil!

11 November 2020   16:11 Diperbarui: 13 November 2020   14:33 2081
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah satu adegan drama Descendants Of The Sun (Sumber: kbsworld.kbs.co.kr)

Para pecinta drama Korea (drakor) pasti sering nih lihat adegan di atas pada berbagai drama hits dari Korea Selatan.

Ketika para aktor dikisahkan habis pulang kerja, patah hati, atau galau pasti mereka akan pergi ke kedai di pinggir jalan untuk menikmati seteguk soju. Minuman keras khas Korea yang biasanya ditemani dengan bulgogi (daging), galbi (iga panggang) atau samgyeopsal (daging babi panggang).

Tapi tahukah kalian ternyata kebiasaan minum soju atau minuman beralkohol adalah budaya khas Korea yang sudah ada sejak lama dan memiliki sejarah yang panjang loh!

Sul atau minuman beralkohol telah lama dinikmati oleh masyarakat Korea. Berdasarkan sejarah tidak diketahui secara pasti kapan minuman ini berkembang. Namun kemungkinan besar masyarakat Korea menemukannya secara tidak sengaja. Minuman beralkohol ini diawali dari fermentasi buah-buahan dan biji padi-padian yang mengandung gula, yang ternyata enak untuk dinikmati sehingga masyarakat Korea mulai memproduksi dan mengembangkan sul ini. 

Minuman khas Korea, Soju (Sumber: Serious Eats)
Minuman khas Korea, Soju (Sumber: Serious Eats)

Ada pepatah kuno Korea yang berbunyi “sul-eun sin-i naelin gajang keun seonmul”, yang artinya alkohol merupakan hadiah terbesar dari Tuhan.

Masyarakat Korea percaya bahwa minuman beralkohol merupakan perantara yang menghubungkan manusia dengan Tuhan dan dengan manusia lainnya. Bangkit dari kepercayaan inilah masyarakat Korea sangat menghormati dan mengonsumsi alkohol ketika ritual keagamaan dan upacara penghormatan nenek moyang (Sook & Hee, 2007, dalam Rismawati, 2011). 

Seiring berjalannya waktu, masyarakat Korea menikmati sul tidak hanya pada acara tertentu saja, tapi juga hampir dikonsumsi pada setiap kesempatan dan diibaratkan sebagai sesuatu yang harus ada bagi masyarakat Korea. Biasanya masyarakat Korea akan meminum sul ketika sedang berkabung atau ketika stres akibat pekerjaan, pendidikan, atau percintaan. Tekanan yang cukup besar dari persaingan sengit antar masyarakat untuk menjadi yang terbaik telah membuat masyarakat Korea cenderung meminum alkohol untuk melampiaskan rasa lelah, stres, dan kesal mereka.

Tidak hanya duka, budaya minum sul juga dilakukan ketika keadaan suka atau bahagia. 

Hoesik (회식) yaitu acara makan dan minum alkohol bersama di luar telah membuat budaya social drinking atau minum untuk bersosialisasi menjadi hal yang wajar di Korea Selatan.

Masyarakat Korea ketika berkumpul bersama teman atau bersama rekan kerja pasti akan minum alkohol. Hal ini akibat anggapan bahwa alkohol dapat mencairkan suasana dan memperkuat hubungan sehingga dapat saling mengenal lebih dalam.

Meskipun hoesik terdengar menyenangkan dan seru, budaya ini juga memiliki beberapa aturan tata krama yang tidak boleh dilewatkan, yaitu tidak boleh menolak ketika orang lain menuangkan sul ke dalam gelas kalian (Safriyantini, 2020).

Sul merupakan bentuk perhatian bagi masyarakat Korea sehingga ketika sul yang telah dituangkan ditolak tentu suasana akan menjadi canggung dan orang tersebut dianggap tidak sopan karena menolak perhatian orang lain.

Tak jarang masyarakat Korea sampai mabuk berat ketika sedang makan-makan akibat gelasnya yang dipenuhi oleh alkohol terus menerus. Oleh karena itu, budaya minum sul telah menjadi identitas masyarakat Korea yang sangat penting dalam kehidupan sosial dan budaya mereka.

Akibat pengaruh globalisasi, banyak sekali kebiasaan dan identitas dari masyarakat Korea yang terbawa ke Indonesia, salah satunya adalah banyak online shop yang menjual sul khas Korea Selatan atau soju yang banyak digemari oleh masyarakat Indonesia.

Meskipun demikian, tentu saja di Indonesia tidak dapat menerapkan budaya social drinking Korea Selatan karena tidak cocok dengan identitas budaya yang telah ada di Indonesia.

Identitas budaya merupakan sebuah kesadaran dasar terhadap karakteristik kelompok yang dimiliki oleh individu dalam hal kebiasaan hidup, adat, bahasa, dan nilai (Santoso, 2006).

Berangkat dari pengertian inilah, kita tahu bahwa identitas budaya akan menjadi ciri khas kelompok yang membedakan satu kelompok dengan kelompok lainnya. Setiap kelompok atau bangsa tentu akan memiliki identitasnya sendiri yang tidak dapat disamakan dengan identitas kelompok lain.

Begitu pula sebaliknya, identitas kelompok lain belum tentu dapat diterapkan ke dalam identitas budaya sendiri karena setiap identitas terbentuk dari latar belakang sosial dan budaya kelompok tersebut.

Dengan demikian, budaya minum di Korea Selatan tentu tidak boleh dianggap buruk karena tidak dapat disamakan dengan kehidupan sosial bermasyarakat di Indonesia. Di sana, minum sul telah menjadi lifestyle yang telah diwariskan secara turun menurun dan menjadi identitas budaya mereka.  

Daftar Pustaka:
Rismawati. (2011). Budaya minum sul dalam kehidupan sosial masyarakt korea (Skripsi).

Safriyantini, S. (2020). Mengenal Hoesik, Budaya Minum ala Korea Selatan yang Penuh Etika.

Santoso, B. (2006). Bahasa dan identitas budaya. Jurnal Kajian Kebudayaan, 1(1), 44-49.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun